Show simple item record

dc.contributor.advisorSarwoprasodjo, Sarwititi
dc.contributor.advisorSihabudin, Ahmad
dc.contributor.advisorKinseng, Rilus A.
dc.contributor.authorWidiyanarti, Tantry
dc.date.accessioned2022-06-08T03:39:42Z
dc.date.available2022-06-08T03:39:42Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111982
dc.description.abstractDigitalisasi naskah adalah memindahkan konten naskah ke dalam format digital yang dilakukan oleh petugas digitalisasi. Upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan naskah terutama kontennya dari kehancuran dan kehilangan. Naskah sebagai benda budaya harus diselamatkan, karena naskah merupakan identitas budaya yang didalamnya begitu banyak pengetahuan sehingga perlu diselamatkan. Upaya penyelamatan naskah tidak saja dilakukan secara fisik naskah namun juga isi naskah. Pertimbangannya adalah agar jika fisik naskah hilang dan rusak, maka isi naskah tetap terjaga. Penyelamatan isi naskah dengan menggunakan media digital yang disebut dengahn digitalisasi. Permasalahannya adalah sulit untuk melakukan digitalisasi karena: akses ke naskah sulit, perbedaan persepsi tentang makna naskah antara petugas digitalisasi dan pemilik naskah dan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya muncul. Apalagi jika naskah yang akan didigitalisasi diyakini oleh pemiliknya bersifat sakral, kepemilikannya bersifat komunal dan ada otoritas naskah yang menjaganya secara ketat sehingga seringkali untuk mengakses naskah menjadi sulit dan digitalisasi sulit dilakukan. Agar kesulitan tersebut diatasi maka dibutuhkan cultural broker yang akan membantu petugas digitalisasi dalam meyakinkan pemilik naskah, sedangkan naskah yang profan tidak seperti itu. Cultural broker mengupayakan agar naskah yang sakral tersebut dapat digitalisasi melalui pendekatan komunikasi antarbudaya dengan mengedepankan nilai-nilai budaya lokal (indigenuous communication). Terkait hal itu tujuan penelitian ini untuk: (1) mendeskripsikan makna dan mitos naskah; (2) menganalisis peran cultural broker, (3) menganalisis proses komunikasi antarbudaya dan indigenuous communication dalam digitalisasi naskah; (4) menganalisis peran modal sosial (petugas digitalisasi) dalam digitalisasi naskah; serta (5) mengkonstruksi pendekatan komunikasi pembangunan yang dapat dikembangkan khususnya dalam digitalisasi naskah. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Legok (naskah dianggap sakral) dan Cikedung Lor (naskah yang dianggap profan) dengan pertimbangan pada dua lokasi tersebut memiliki pemaknaan naskah yang berbeda. Metode kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi digunakan untuk melihat proses digitalisasi naskah sebagai unit analisis, dengan menggunakan software n vivo 12 untuk mengeksplorasi sampai sejauh mana hubungan antara pemaknaan naskah dengan proses digitalisasi naskah yang kemudian hasilnya divisualisasikan. Melalui pendekatan etnokomunikasi memudahkan peneliti mengobservasi proses komunikasi antarbudaya dan peristiwa komunikasinya. Strategi etnografi juga bermanfaat untuk mengungkapkan keberagaman perspektif budaya dalam memahami pemaknaan naskah, digunakan untuk memilih informan dan lokasi penelitian. Temuan di lapangan menemukan ada lima pertemuan (peristiwa komunikasi) pada setiap level yang menjelaskan bagaimana komunikasi antarbudaya berlangsung dalam digitalisasi naskah. Yang kesemua level akan berbeda sesuai dengan pemaknaan naskahnya (sakral atau profan). iii Temuan berikutnya mengungkapkan bahwa komunikasi antarbudaya dalam digitalisasi naskah berbeda antara naskah yang sakral dan profan. Jika naskah bersifat sakral, digitalisasi sulit dilakukan, akses naskah sulit, diperlukan cultural broker sebagai penghubung dan negosiator. Sedangkan untuk naskah yang profan justru sebaliknya, sehingga petugas digitalisasi cukup melakukannya tanpa harusn dibantu cultural broker. Komunikasi antarbudaya dalam digitalisasi naskah berfokus pada enam dimensi yaitu: (1) Identitas Budaya, (2) Power Distance (jarak kekuasaan), (3) Orientasi Jangka Pendek-Panjang, (4) Uncertainty anxiety avoidance Management (AUM), (5) High-Low Context Communication (HLCC), (6) Individualism-collectivism. Penelitian ini menemukan bahwa cultural broker memegang peranan yang penting jika komunikasi bermasalah (terhambat). Cultural broker akan menyelesaikannya sebagai mediator sekaligus negosiator. Pendekatan dan strategi yang dilakukan oleh cultural broker adalah melalui budaya, sehingga dapat diterima warga. Naskah yang ada di Legok diyakini oleh warga masyarakatnya bersifat sakral sehingga untuk melakukan digitalisasi diperlukan cultural broker. Sedangkan di Cikedung Lor naskahnya bersifat profan dan milik individu, maka cultural broker tidak diperlukan dalam digitalisasi naskah. Untuk memudahkan pendigitalisasian naskah diperlukan modal sosial. Modal sosial dengan muatan nilai-nilai budaya yang dominan, memudahkan digitalisasi naskah terlaksana. Temuan penelitian yang lain adalah bahwa komunikasi antarbudaya memberikan sumbangan signifikan bagi pesan-pesan pembangunan. Dengan beberapa kompetensi yang dimiliki cultural broker dan Petugas digitalisasi dalam hal komunikasi antarbudaya seperti kompetensi: indigenuous communication, strategi penguatan budaya, dan diskursus budaya maka pesan pembangunan (digitalisasi naskah) dapat tersampaikan. Temuan penelitian mendapatkan bahwa kompetensi komunikasi diiringi dengan penguatan nilai-nilai budaya lokal seperti: identitas budaya, slogan kelokalan yang terus diulang-ulang, cinta warisan leluhur, cinta budaya, dan seterusnya, membuka kesadaran pemilik naskah akan pentingnya digitalisasi. Hal yang demikian diperlukan untuk mengorganisasikan bagaimana seluruh partisipan dalam proses digitalisasi naskah dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dalam rangka mencapai pemahaman Bersama sehingga pesan pembangunan (digitalisasi) dapat diterima. Dengan demikian, pendekatan budaya dalam berkomunikasi khususnya dalam komunikasi antarbudaya memberikan kontribusi pada komunikasi pembangunan dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan yang dibutuhkan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleCultural Broker: Kajian Komunikasi Antarbudaya dalam Digitalisasi Naskahid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordCommunication eventsid
dc.subject.keyworddevelopment communicationid
dc.subject.keyworddigitization of manuscriptsid
dc.subject.keywordindigenous communicationid
dc.subject.keywordintercultural communicationid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record