Show simple item record

dc.contributor.advisorAvenzora, Ricky
dc.contributor.advisorDarusman, Dudung
dc.contributor.advisorZulbainarni, Nimmi
dc.contributor.authorKabalmay, Jamaludin
dc.date.accessioned2022-04-27T06:02:33Z
dc.date.available2022-04-27T06:02:33Z
dc.date.issued2022-04-27
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111684
dc.description.abstractKepulauan Kei belum mengalami peningkatan perkembangan secara signifikan karena adanya perbedaan tatanan nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku. Aspek sosial dalam bentuk interaksi individu/masyarakat dengan individu/masyarakat lainnya dapat terlihat melalui sikap, perilaku dan simbol. Sebelumnya Avenzora (2013) telah menyatakan bahwa sosial politik dapat membentuk perilaku manusia dalam berinteraksi dan mengatur berbagai konflik kepentingan. Oleh karena itu, aspek sosial politik dapat dikatakan spesifik karena dibentuk oleh perilaku interaksi masyarakat yang khas yang melahirkan pembangunan yang spesifik. Secara umum Kepulauan Kei berkembang, namun perkembangan yang terjadi tidak secara signifikan karena tingginya angka permasalahan sosial yang terjadi secara terus-menerus dalam dasawarsa terakhir. Sepanjang perkembangannya, dinamika tata nilai sosial yang terjadi di Kepulauan Kei mengalami perubahan yang signifikan selama dasawarsa ini. Perubahaan tata nilai sosial yang bersifat negatif yang terjadi selama ini (perang, konflik dan disosiasi) mengalami perubahan dan jumahnya berangsur berkurang tiap tahunnya. Namun potensi kemunculannya dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini dipengaruhi oleh situasi sosial yang berbeda-beda, dengan aspek yang mendominasi yaitu aspek agama, ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, hak dan kewajiban, seni/budaya, komunikasi/bahasa. Untuk meredam munculnya kembali konflik, perlu dilakukan kajian lebih mendalam terkait potensi sumber permasalahan sosial serta aspek yang mempengaruhinya. Setelah ditemukan sumber permasalahan, kemudian ditentukan solusi tepat untuk meminimalisir permasalahan serta meningkatkan potensi ekowisata yang ada dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang ada sehingga kegiatan ekowisata dapat berjalan optimal dan pengembangan Kepulauan Kei dapat ditingkatkan kualitasnya. Berdasarkan hal inilah sehingga penting untuk diteliti terkait daya dukung sosial sebagai core utama untuk menstabilkan berbagai permasalahan sosial yang muncul di Kepulauan Kei. Dimensi sosial tidak hanya mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terlibat, tetapi juga mengorganisasikannya untuk menghasilkan manfaat ekonomi yang optimal bagi masing-masing komponen. Ekowisata adalah suatu sistem yang multi kompleks, dengan berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, ekowisata telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat dan menjadi salah satu prime mover dalam perubahan sosial budaya (Pitana 1999). Diharapkan jika permasalahan sosial dapat diminimalisasi maka dapat mengoptimalkan pertumbuhan pembangunan dan pertumbuhan sosial masyarakat Kei secara umum. Untuk itu sangat penting bagi industri pariwisata, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memahami cara kerja sistem nilai, perilaku individu, adat tradisional dan organisasi masyarakat sekitar. Tidak dapat dihindari bahwa pengembangan pariwisata menginduksi perubahan pada karakter sosial dari suatu destinasi (Saveriades 2000). Diharapkan Kepulauan Kei mampu untuk bersaing dengan Kepulauan lainnya di Indonesia sebagai wilayah prioritas unggulan wisata. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, Kepulauan Kei, Provinsi Maluku. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 600 responden, dengan dibagi ke dalam 10 kelompok meliputi 1) pemuka adat, 2) industri pariwisata, 2) masyarakat, 4) LSM, 5) akademisi kota, 6) akademisi kabupaten, 7) pemerintah, 8) pemuka agama Islam, 9) pemuka agama Katolik, 10) pemuka agama Protestan. Penelitian ini memiliki ruang lingkup meliputi penyusunan strategi pengembangan ekowisata melalui analisis spasial tata nilai sosial yang terjadi selama dasawarsa terakhir dibandingkan dengan tata nilai sosial saat ini. Penelitian dilakukan melalui tiga fase yaitu fase identifikasi merupakan fase untuk mengidentifikasi permasalahan penelitian dan merumuskan konsep identitas sebagai solusi mengatasi masalah penelitian, fase analisis merupakan fase untuk menganalisis variabel penelitian yang dilakukan, dan fase sintesis yang mengkaji kondisi sosial masyarakat Kei, kemudian dilakukan optimasi serta alternatif strategi terbaik sebagai policy brief dan ditentukan model daya dukung yang terjadi pada masyarakat Kei. Strategi pengembangan ekowisata untuk pengembangan sosial masyarakat Kei dapat menjadi bahan masukan bagi parapihak yang berkepentingan dalam pengembangan ekowisata, baik pemerintah pusat dan daerah, pihak pengembang, serta masyarakat di Kab. Maluku Tenggara dan Kota Tual, Kepulauan Kei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai situasi sosial yang bersifat positif lebih tinggi daripada situasi sosial yang bersifat negatif. Aspek yang mempengaruhi situasi sosial tersebut juga berbeda-beda. Aspek yang mendominasi di beberapa situasi sosial adalah aspek ekonomi dan teknologi. Dinamika tata nilai sosial yang terjadi di Kep. Kei mengalami perubahan yang signifikan dari 10 tahun lalu hingga saat ini. Perubahaan tata nilai sosial yang bersifat negatif mengalami perubahan yang lebih besar dibandingkan perubahan tata nilai sosial yang bersifat positif. Walaupun skor tata nilai positif hingga saat ini masih lebih tinggi. Untuk itu, perlu disusun beberapa langkah strategi untuk mengembangkan pariwisata yang ada di Kep. Kei, seperti meningkatkan fungsi kelembagaan adat dan agama. Ketujuh aspek atau variabel tata nilai sosial yang menyusun daya dukung sosial memiliki korelasi yang positif. Nilai koefisien korelasi pada tata nilai sosial yang bersifat postif (situasi kondusif, asosiasi, kooperatif, dan kolaborasi produktif) adalah lebih besar dari nilai koefisien korelasi pada tatanilai sosial yang bersifat negatif (nilai koefisien korelasi > 0,5). Hal ini dapat dimaknai bahwa tata nilai sosial yang bersifat positif harus terus di tingkatkan kualitasnya agar kondisi konflik dapat diredam sehingga kegiatan ekowisata dapat berjalan dengan optimal. Adanya kegiatan pengembangan pariwisata dan kedatangan wisatawan ke Kepuluan Kei ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dihasilkan dari kondisi tata nilai adalah masyarakat berkenan untuk bekerja sama dalam peningkatan atau pengembangan sektor pariwisata yang ada di Kepulauan Kei ini. Dampak negatifnya dari kegiatan tersebut adalah tata nilai yang dapat menimbulkan perang. Ketujuh kondisi itu dirasakan oleh masyarakat Kepulauan Kei dalam waktu sepuluh tahun terakhir.id
dc.description.sponsorshipLPDP BUDI-DNid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleOptimasi Model Daya Dukung Sosial bagi Pengembangan Ekowisata Kepulauan Keiid
dc.title.alternativeOptimization of Social Carrying Capacity Model for Kei Islands Ecotourism Developmentid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordcollaboration productiveid
dc.subject.keywordconflictsid
dc.subject.keywordecotourismid
dc.subject.keywordKei Islandsid
dc.subject.keywordoptimization modelid
dc.subject.keywordsocial carrying capacityid
dc.subject.keywordsocial situationid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record