Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.advisorSoviana, Susi
dc.contributor.advisorRetnani, Elok Budi
dc.contributor.authorYuliani, Raden Adjeng Dewi Maria
dc.date.accessioned2022-04-19T05:58:49Z
dc.date.available2022-04-19T05:58:49Z
dc.date.issued2022-04-18
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111607
dc.description.abstractNyamuk (famili Culicidae) menjadi pusat perhatian dalam penelitian entomologi di seluruh dunia karena perannya sebagai vektor dari berbagai virus dan parasit yang dapat menyerang manusia dan hewan. Aedes albopictus dikenal juga sebagai Asian tiger mosquito, merupakan nyamuk yang invasif dapat ditemukan di wilayah tropis dan empat musim. Spesies ini berhubungan dengan kesehatan masyarakat karena perannya sebagai vektor dari beberapa arbovirus, yaitu Dengue (DENV), Chikungunya (CHIKV) dan virus Zika. Ae. albopictus mentrasmisikan virus Chikungunya lebih efisien dibandingkan dengan nyamuk Ae. aegypti. Kabupaten Tangerang terdiri atas 29 kecamatan, 274 desa dengan jumlah penduduk sekitar 3.140.473 jiwa. Pada bulan Agustus tahun 2014 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang yang juga merupakan kecamatan endemis Dengue. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis bioekologi nyamuk Ae. albopictus sebagai dasar penyusunan strategi pengendalian Chikungunya dan Dengue di Kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan pada dua musim yaitu musim hujan (Januari sampai dengan Maret 2018) dan musim kemarau (Mei sampai dengan Juli 2018). Pengumpulan telur dan larva nyamuk dilakukan di 7 desa/kelurahan (Kelurahan Binong, Kelurahan Sukabakti, Desa Kadu, Desa Kadu Jaya, Desa Cukanggalih, Desa Curug Kulon dan Desa Curug Wetan). Koleksi dilakukan di 100 rumah setiap desa/kelurahan sehingga total sampel 700. Pengumpulan nyamuk dewasa dilakukan di Kelurahan Binong, setiap 2 minggu sekali pada musim hujan dan musim kemarau. Kegiatan survei pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan Chikungunya melalui wawancara di Kelurahan Binong Kecamatan Curug. Satu rumah diwakili satu orang total sampel 100 orang yang diwawancarai. Hasil penelitian didapatkan empat spesies nyamuk di luar rumah pada siang hari yaitu Ae. albopictus terjadi pada bulan Mei ( 80,53%), Armigeres subalbatus pada bulan Januari (21,28%), Ae. aegypti pada bulan Juni (16,30%) dan Culex. quinquefasciatus pada bulan Maret (2,65%). Kepadatan Ae. albopictus memperlihatkan korelasi yang tidak signifikan dengan ICH (r = 0,195 dan p = 0,712). Ar. subalbatus (r = 0,025 dan p = 0,963) dan Ae. aegypti (r = 0,181 dan p = 0,731) juga memperlihatkan korelasi yang tidak signifikan dengan ICH. Hanya Cx. quinquefasciatus yang memperlihatkan korelasi signifikan dengan ICH (r = 0,894 dan p = 0,016). Cx. quinquefasciatus ditemukan di beberapa titik penelitian karena adanya saluran air (parit) yang merupakan tempat perindukan Cx. quinquefasciatus, yang mudah tergenang air ketika hujan. Di lain pihak Ae. albopictus dan Ae. aegypti mempunyai tempat perindukan yang tersembunyi dan sifat telurnya yang tahan kekeringan. Pada penelitian yang dilakukan di 7 desa/kelurahan di Kecamatan Curug didapatkan rata-rata 41,05±1,63 telur/ovitrap dengan indeks ovitrap tertinggi (96%) di kelurahan Binong. Kelurahan Binong merupakan wilayah permukiman dan sedikit vegetasi tetapi banyak ditemukan barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk. Indeks ovitrap paling rendah di Kelurahan Sukabakti (90%). Ae. albopictus (58,46%) lebih banyak dibandingkan Ae. aegypti (41,54%) dari telur yang ditetaskan pada pemasangan 1400 ovitrap di luar rumah. Hasil penelitian ini didapatkan dari 2990 kontainer yang terdiri atas 1545 (51,67%) kontainer yang dapat dikontrol (Controllable Containers) dan 1445 (48,33%) kontainer yang tidak dapat dikontrol (Disposible Containers). Kontainer yang positif larva Ae. albopictus sebanyak 1320 kontainer yang berasal dari 597 (45,23%) kontainer yang dapat dikontrol dan 723 (54,77%%) kontainer yang tidak dapat dikontrol. Rata-rata hasil pengukuran kepadatan larva pada 7 desa/kelurahan adalah sebesar 44,96% (Container Index, CI) dan BI paling tinggi di Desa Curug Wetan (2,24/100 rumah). Hasil analisis indeks maya di 7 desa/kelurahan Kecamatan Curug menunjukkan 72,57% tergolong kategori sedang sehingga wilayah tersebut berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk di luar rumah, yaitu Ae. albopictus yang merupakan vektor Chikungunya dan Dengue. Pada penelitian ini didapatkan karakteristik habitat larva Ae. albopictus di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang pada kontainer yang tidak terkontrol di luar rumah. Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Binong Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang pada 100 responden melalui wawancara terstruktur didapatkan hasil sebagian besar responden adalah perempuan, kelompok umur 20-40 tahun, pendidikan terakhir SMA dan sebagian besar ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Jenis kelamin (p = 0,021) dan pekerjaan (p = 0,038) secara nyata mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan Chikungunya. Kelompok umur (p = 0,002) dan tingkat pendidikan (p = 0,000) sangat nyata mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap pengetahuan Chikungunya di Kelurahan Binong. Tingkat pengetahuan (p = 0,000) mempengaruhi secara nyata sikap masyarakat terhadap pencegahan Chikungunya di Kelurahan Binong Kecamatan Curug.id
dc.description.abstractMosquitoes (family Culicidae) were the center of attention in entomological research around the world because of their role as vectors of viruses and parasites that could transmitted to humans and animals. Aedes albopictus, also known as the Asian tiger mosquito, was an invasive mosquito that could be found in the tropics and temperate regions. This species was associated with public health because of its role as a vector of several arboviruses, namely Dengue (DENV), Chikungunya (CHIKV) and Zika virus. Ae. albopictus transmitted Chikungunya virus more efficiently than Ae. aegypti. Tangerang District had 29 Subdistricts, 274 villages with population 3.140.473 people. In August 2014 the Chikungunya Outbreak occurred in Curug Subdistrict, Tangerang District, which also an endemic area of Dengue. Therefore, this research to analyze the bioecology of Ae. albopictus as information to control Chikungunya and Dengue in Tangerang District. The study was conducted in two seasons, the rainy season (January to March 2018) and dry season (May to July 2018). The collection of mosquito’s eggs and larvae was carried out in Binong Village, Sukabakti Village, Kadu Village, Kadu Jaya Village, Cukanggalih Village, Curug Kulon Village and Curug Wetan Village. The collection was carried out in 100 houses in each village for total sample of 700. The collection of adult mosquitoes was carried out in Binong Village, once every 2 weeks during the rainy and dry seasons. Survey of knowledge and attitude of the community in preventing Chikungunya disease through interviews in Binong Village, Curug Subdistrict. One house was represented by one person, a total sample of 100 people were interviewed. The results of the study showed there were four species of outdoor mosquitoes during the day were Ae. albopictus occurred in May (80,53%), Ar. subalbatus in January (21,28%), Ae. aegypti in June (16,30%) and Cx. quinquefasciatus in March (2,65%). Density of Ae. albopictus showed no significant correlation with ICH (r = 0,195 and p = 0,712). Ar. subalbatus (r = 0,025 and p = 0,963) and Ae. aegypti (r = 0,181 and p = 0,731) also showed no significant correlation with ICH. Only Cx. quinquefasciatus showed a significant correlation with ICH (r = 0,894 and p = 0,016). Cx. quinquefasciatus was found at several site because of the existence of the ditches which was a breeding place of Cx. quinquefasciatus, and easily to be stagnant when it rains. Otherwise, breeding place of Ae. albopictus and Ae. aegypti were hidden and the eggs are dry resistant. The results of the study in 7 villages in Curug Subdistrict obtained that the average 41,05±1,63 eggs/ovitrap, with the highest ovitrap index (96%) in Binong Village. Binong Village was a residential area and had little vegetation but there were many used items that could became mosquito breeding places. The lowest ovitrap index was in Sukabakti Village (90%). There were Ae. albopictus (58,46%) more than Ae. aegypti (41,54%) from eggs that hatched from one thousand and four hundred ovitraps that installed outside the house. In this study, 2990 containers consist of 1545 (51,67%) controllable containers and 1445 (48,33%) uncontrollable containers (disposible containers). Containers positive for Ae. albopictus were 1320 containers from 597 (45,23%) controllable containers and 723 (54,77%%) disposible containers. The larval density index in 7 villages were 44.96% (Container Index, CI) and Curug Wetan Village had the highest BI (2,24/100 houses). The results of the analysis of maya index in seven villages in Curug District showed that 72,57% belonged to the moderate category so that the area has the potential to be a breeding sites of outdoor mosquitoes, especially Ae. albopictus which is a vector of Dengue and Chikungunya. In this research, habitat characteristics of Ae. albopictus in Curug Subdistrict, Tangerang District were mostly in uncontrolled containers outside the house. Research conducted in Binong Village, Curug Subdistrict, Tangerang District through interviewed on 100 respondents using structured questionnaire, the results showed that most of the respondents were women, group of age 20-40 years old, with high school education and most of the housewives or not working. Gender (p = 0,021) and type of work (p = 0,038) affect people’s knowledge of Chikungunya prevention. Age group (p = 0,002) and education level (p = 0,000) significantly affect people’s kowledge of Chikungunya prevention in Binong Village. Level of knowledge (p = 0,000) also significantly affect people’s attitude towards Chikungunya prevention.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKajian Entomologi Aedes abopictus Sebagai Dasar Pengendalian Vektor Chikungunya dan Dengue di Kabupaten Tangerangid
dc.title.alternativeAn Entomological Study of Aedes albopictus for Vector Control of Chikungunya and Dengue in Tangerang Districtid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAeid
dc.subject.keywordalbopictusid
dc.subject.keywordChikungunyaid
dc.subject.keywordhabitat characteristicid
dc.subject.keywordknowledge and attitudeid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record