dc.description.abstract | Pembangunan di suatu negara berjalan dengan lebih baik apabila didukung
dengan tujuan dan program yang terencana. Pengintegrasian kesetaraan gender
sudah menjadi salah satu strategi dalam rencana pembangunan di dunia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mendukung agenda kesetaraan gender.
Bekasi merupakan salah satu kota di Indonesia yang mendukung kesetaraan
gender. Bentuk dukungan terhadap kesetaraan gender menargetkan seluruh
kelurahan di Kota Bekasi dipimpin oleh Perempuan. Pengakuan terhadap
kepemimpinan perempuan masih saja menjadi pro dan kontra baik di tingkat
dunia, nasional maupun regional. Peningkatan kesetaraan gender meskipun sudah
terlihat akan tetapi masih belum merata, capaiannya saat ini baru 19,3 persen.
Konstruksi sosial budaya yang melekat terhadap perempuan dan konsep diri
perempuan itu sendiri menjadi hambatan terhadap peran perempuan sebagai
pemimpin.
Masalah penelitian adalah: (1) Bagaimana sudut pandang Perempuan Lurah
berdasarkan karakteristik, pengetahuan tersituasi dan pembagian peran dalam
merealisasikan program pembangunan Kota Bekasi? (2) Bagaimana peran
kepemimpinan dan gaya komunikasi Perempuan Lurah dalam merealisasikan
program pembangunan Kota Bekasi? (3) Bagaimana kategori pesan dan bentuk
media komunikasi Perempuan Lurah dalam merealisasikan program
pembangunan Kota Bekasi? (4) Bagaimana strategi komunikasi Perempuan Lurah
dalam merealisasikan program pembangunan Kota Bekasi?
Penelitian dilaksanakan di Kota Bekasi pada bulan Juni 2018 hingga
Februari 2019 dengan pendekatan penelitian kualitatif. Lokasi ditentukan secara
purposif sebanyak tiga kelurahan yang dipimpin oleh perempuan yaitu Kaliabang
Tengah, Bantargebang, dan Jatiluhur. Tiga Perempuan Lurah (Informan kunci).
merupakan lurah berprestasi dalam merealisasikan program pembangunan seperti
menghentikan bangunan liar sehingga mendapat sebutan Lurah Buldoser dan
Lurah Srikandi, melaksanakan pembuatan biopori, dan memiliki kinerja yang baik.
Informan tambahan dari tiga kelurahan (Kaliabang Tengah, Bantargebang dan
Jatiluhur) diambil berdasarkan kategorisasi yang telah ditentukan yaitu warga
yang aktif dalam kegiatan rapat dan turun ke wilayah, masing-masing kelurahan
terdiri dari enam informan tambahan yaitu satu ketua Rukun Tetangga, satu ketua
Rukun Warga, satu Tokoh masyarakat dan tiga Kader.
Pengamatan dilakukan pada dua situasi sosial yaitu pada saat Perempuan
Lurah turun ke wilayah melaksanakan kegiatan Kebersihan, Ketertiban dan
Keindahan (K3) dan pada saat rapat dengan warga. Fokus penelitian yaitu
kepemimpinan Perempuan Lurah dianalisis dengan teori sudut pandang.
Pertimbangan penentuan Perempuan Lurah karena adanya ketidakadilan dalam
sistem yang dominan seperti paham patriarkis yang menganggap bahwa pemimpin
adalah milik laki-laki, adanya anggapan terhadap ketidakmampuan perempuan
seperti perempuan itu lemah, tidak rasional, cenderung emosional dan tidak
memiliki keberanian mengemukakan pendapat. Oleh karena itu dalam penelitian
ini menganalisis sudut pandang Perempuan Lurah dalam melaksanakan peran
kepemimpinan dan keterampilan komunikasinya menghasilkan strategi
komunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut pandang Perempuan Lurah
berdasarkan karakteristik, pengetahuan tersituasi dan pembagian peran dalam
keluarga membentuk sudut pandang bahwa dalam melaksanakan peran sebagai
pemimpin memberikan teladan, sabar, mengubah kebiasaan warga, terbuka dalam
berkomunikasi, mendidik warga menjadi mandiri, memiliki inisiatif mengunjungi
warga, selalu koordinasi dengan warga, warga diperlakukan seperti keluarga
sendiri dan sebagai rekan.
Kepemimpinan Perempuan Lurah adalah transformasional, transaksional
dan situasional dan gaya komunikasi Perempuan Lurah adalah agresif dan asertif.
Gaya komunikasi agresif ditunjukkan dengan bahasa formal, menekankan
identitas diri, menegur warga dengan nada tinggi, perintah bersifat langsung. Gaya
komunikasi asertif ditunjukkan dengan bahasa informal, nada suara tenang dan
jelas, komunikasi berlangsung dua arah, posisi duduk berhadapan dan melingkar,
menyampaikan informasi dengan aksen dan bahasa daerah sendiri atau
menyesuaikan dengan menggunakan bahasa lokal Betawi. Sudut pandang
Perempuan Lurah dalam melaksanakan peran kepemimpinan adalah komitmen
dalam melaksanakan peran, menjembatani permasalahan yang dihadapi warga,
memberikan himbauan dalam melaksanakan program.
Kategori pesan verbal dan nonverbal Perempuan Lurah yaitu menggunakan
variasi bahasa yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan karakteristik warga.
Bentuk media komunikasi yang digunakan Perempuan Lurah adalah media
komunikasi langsung dan media komunikasi tidak langsung. Komunikasi
langsung yang digunakan subuh keliling, warga datang ke rumah Perempuan
Lurah dan informasi diumumkan menggunakan pengeras suara langsung dari
masjid (Wawar). Sudut pandang Perempuan Lurah dalam menyampaikan
program adalah memahami karakteristik warga, menggunakan aksen dan bahasa
lokal dan sudut pandang Perempuan Lurah dalam menggunakan media
komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi, mengatasi permasalahan
warga dan mengontrol kinerja ketua Rukun Tetangga, ketua Rukun Warga, Tokoh
Masyarakat dan Kader.
Strategi komunikasi Perempuan Lurah dalam merealisasikan program,
mencari duduk persoalan yang dihadapi warga, mengubah kebiasaan warga, dan
memberikan pujian pada warga dilaksanakan dengan memerhatikan: (1)
penempatan lurah sesuai dengan karakteristik wilayah; (2) komunikasi atau
penyampaian program sesuai dengan konteks, karakteristik wilayah dan warga;
(3) Komunikasi informal: bertemu di warung kopi untuk membentuk suasana cair
dalam menyampaikan ide-ide untuk pelaksanaan program; (4) mengetahui
permasalahan warga, merencanakan serta melaksanakan program, melakukan
monitoring dan evaluasi; (5) WhatsApp untuk menyampaikan informasi dalam
bentuk grup ataupun jaringan pribadi, (6) partisipasi warga untuk mendukung
program pembangunan. | id |