Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Pariwisata Di Kabupaten Bogor
Date
2020Author
Aldrianto, Edwin
Juanda, Bambang
Mulatsih, Sri
Rustiadi, Ernan
Metadata
Show full item recordAbstract
Pariwisata memiliki potensi menjadi penggerak pembangunan perdesaan
melalui diversifikasi pendapatan sehingga desa-desa yang memiliki potensi daya
tarik wisata dan sekaligus memiliki kedekatan dengan area perkotaan akan memiliki
peluang yang lebih baik dalam mengembangkan destinasi wisata. Hal ini terlihat
dengan adanya fenomena weekend tourism yang dapat menjadi elemen dominan
dalam hubungan desa-kota, dalam berbagai ukuran dan posisinya pada skala hirarki
sistem perkotaan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Tenjolaya
yang merupakan kawasan wisata di bagian barat Kabupaten Bogor. Berdasarkan
potensi dan tren wisata yang berkembang maka kawasan ini cocok dikembangkan
wisata alam yang memberikan banyak aneka pengalaman yang bernilai bagi
pengunjung. Sehingga perlu dianalisis daya tariknya berupa kesan terhadap lokasi
wisata ( setting/sense of place) dan aktivitas yang dapat dilakukan (activities/think
to do). Termasuk juga mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada
keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali dan pola assosiatif profil dan
perilaku pengunjung.
Keberhasilan pengembangan obyek wisata ditentukan oleh konstelasi atas
variabel-variabel yang terdapat di wilayah perdesaan (lokasi dimana obyek wisata
itu berada). Mengingat wisata merupakan “place based activities” yang ditentukan
oleh sumberdaya endogen. Untuk itu maka perlu diketahui bagaimana kompleksitas
kekuatan endogen dalam membentuk daya tarik dan daya saing wisata serta faktorfaktor
apa saja yang secara dominan menentukan pengembangan wisata perdesaan
dengan merujuk pada konsepsi kerangka kerja yang dinamakan rural web.
Selanjutnya dalam rangka pengelolaannya, maka perlu diidentifikasi
karakteristik sifat sumberdaya teritorial (territorial capital), yakni melihat
sumberdaya dari sifat materialitasnya (tangible-intagible) dan sifat penguasaannya
(open acces-private) untuk menentukan bentuk skenario pengelolaan obyek
destinasi wisata.
Berdasarkan persepsi responden pada lokasi penelitian (Gunung Salak Endah,
Ciputri, Cipeteuy dan Bogor Tenjolaya Park) menunjukkaan bahwa Semakin dekat
jarak asal pengunjung tempuh maka akan semakin rendah travel constrain yang
dirasakan dan semakin memberikan respon positif dalam menikmati obyek wisata.
Selain itu juga dengan adanya kesan positif terhadap obyek wisata (kesegaran iklim,
keindahan alam, kejernihan air, keramahan petugas wisata/penduduk setempat, serta
berkegiatan di lokasi (beraktivitas bersama dan relaksasi) maka akan dapat
merasakan kepuasan, kemudian menjadi loyal terhadap obyek wisata dalam bentuk
mengunggah (upload) foto-foto di sosial media, memberikan rekomendasi pada
kerabat dan melakukan kunjungan kembali ke lokas wisata (revisit).
Melalui metode regresi binomial logit dapat diketahui bahwa faktor kendala
perjalanan berupa kondisi ketidakbosanan dalam perjalanan dan waktu tempuh yang
tidak lama menjadi variabel yang menentukan peluang revisit ke lokasi wisata;
Selain itu dapat diketahui pula bahwa AktProdTani/berharap ada daya tarik
aktivitas produksi pertanian di lokasi dan camping merupakan kombinasi daya tarik
wisata yang mampu membuat wisatawan datang kembali ke lokasi wisata
Berdasarkan kedekatan asosiatif menunjukkan bahwa aktivitas camping, yang
sangat berasosiasi dengan berendam dan menikmati air terjun, sedangkan di lokasi
wisata buatan Bogor Tenjolaya Park berasosiasi dengan aktivitas jalan-jalan,
menikmati pemandangan, pengunjung BTP dari jarak dekat dan pendapatan <Rp.2,5
juta dan berharap ada arena permainan yang menarik di BTP. Lokasi ini terlihat
masih belum mendapatkan kunjungan yang memadai dari penduduk perkotaan di
sekitar Bogor, yang harusnya menjadi potensi pasar yang terus tumbuh.
Berdasarkan 24 faktor yang dianalisa MICMAC dengan kerangka kerja rural
web menghasilkan klasifikasi faktor strategis, dimana faktor yang penting adalah
faktor penentu (determinant/driver factor, faktor krusial (crucial factor) dan faktor
pengatur (regulatory factor). Terdapat empat Faktor penentu yakni : (1) Keterlibatan
investor eksternal dalam pengelolaan wisata alam, (2) kepemimpinan lokal, (3) daya
tarik wisata alam dan (4) pembangunan infrastruktur. Beberapa faktor krusial pada
sistem ini adalah: Valorisasi Aktivitas Ekonomi Lokal dan (2) Valorisasi Budaya
Lokal, dan Tumbuhnya Pengusaha Lokal.
Tiga faktor determinan berupa keterlibatan investor eksternal dalam
pengelolaan wisata alam dan pembangunan infrastruktur tersebut dirumuskan
sebagai pilihan strategi utama Sedangkan faktor krusial yang perlu dijadikan pilihan
strategi adalah melakukanValorisasi Aktivitas Ekonomi Lokal, dimana yang
potensial dikembangkan adalah Agrowisata. Faktor Pengatur yang terdiri dari (1)
Pengelolaan oleh Masyarakat Lokal, (2) Kohesivitas dan Collective Action, (3)
Kepatuhan pada Aturan dan (4) Perhatian terhadap lingkungan.dikembangkan
bersama suatu format kepemimpinan lokal dalam kegiatan Community Development.
Sehingga terdapat 4 skenario yang perlu dianalisa lebih lanjut yakni Pengembangan
Infrastruktur, Konsesi pada investor, Agrowista dan Community Development.
Berdasarkan Analisa Peluang Skenario partial yang diolah dengan SMIC-Prob
maka skenario yang memiliki peluang terbesar adalah kombinasi Konsesi +
Infrastruktur (10,6%), Agrowisata + Konsesi + Infrastruktur (9,9%) dan Agrowisata
+ Comdev (8,8%).
Berdasarkan matriks elastisitas peluang maka agrowisata dan pemberian
konsesi merupakan prime mover sekaligus dependent. Keduanya saling
mempengaruhi untuk terjadi (terwujud) dalam konteks pengembangan pariwisata
perdesaan. Untuk itu perlu didorong pelaku usaha Agribisnis di sekitar lokasi untuk
mengintegrasikannya dengan pariwisata dalam bentuk Agrowisata dengan
melibatkan masyarakat lokal.
Untuk meningkatkan peluang revisit (kunjungan kembali) wisatawan maka
diperlukan berbagai peningkatan daya tarik lokasi wisata berdasarkan formula
pengembangan destinasi berupa strategi/formula 6 A (Aksesibilitas, Atraksi/daya
tarik, Amenitas, Aktivitas, Adanya Paket Wisata, dan Ancillary/fasilitas
pendukung). Hal ini dapat dipercepat dengan melibatkan peran invesator swasta
dalam bentuk konsesi pengelolaan wisata alam di kawasan taman nasional yang saat
ini masih dikelola secara terbatas oleh masyarakat.