Show simple item record

dc.contributor.advisorSarwoprasodjo, Sarwititi
dc.contributor.advisorArifin, Hadi Susilo
dc.contributor.advisorHapsari, Dwi Retno
dc.contributor.authorShahreza, Mirza
dc.date.accessioned2022-03-29T03:29:36Z
dc.date.available2022-03-29T03:29:36Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111456
dc.description.abstractBank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi dengan mengadopsi sistem perbankan dengan menabung sampah anorganik bernilai ekonomis oleh nasabah yang memilah dan mengumpulkan sampah rumah tangga. Bank sampah berkembang pesat pada tahun 2020 mencapai 11.330 unit di 369 kabupaten/ kota di Indonesia dan omzet yang dihasilkan mencapai 54 miliar rupiah per tahun. Bank sampah di kota Tangerang Selatan juga diawali oleh masyarakat atau tokoh yang bernama Benny Harkamto pada tahun 2010 yang juga terinspirasi dari Bambang Suwerda. Lalu berkembang secara berjejaring di tujuh kecamatan digagas oleh Yayasan Bunga Melati Indonesia dengan nama Bank Sampah Melati Bersih pada tahun 2012. Pada tahun 2014 bank sampah menjadi program pemerintah kota yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Perkembangan bank sampah di kota Tangerang Selatan sampai bulan Juli 2020 sebanyak 323 unit yang tersebar di tujuh kecamatan. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk; 1) menganalisis proses konvergensi simbolik di antara pemangku kepentingan program bank sampah di kota Tangerang Selatan; 2) menganalisis bentuk konvergensi simbolik komunitas pengelolaan sampah yang mengadaptasi tipologi permukiman di kota Tangerang Selatan; 3) merumuskan strategi komunikasi lingkungan berdasarkan tipologi pemukiman yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan paradigma naratif dan metode penelitian kualitatif . Analisis dengan menggunakan: 1) analisis dua siklus pengkodean data, 2) analisis tema fantasi berdasarkan pendalaman teori konvergensi simbolik, 3) Metode analisis dampak strategi dan identifikasi asumsi (SIAM). Analisis data saat melakukan coding dibantu dengan perangkat lunak Nvivo untuk membuat coding terkait dengan tema yang dikonstruksi dan kategorisasi dalam penyajian data yang terkait hasil dari pengumpulan data dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, studi dokumen dan partisipasi daring dari grup whatsapp dan pertemuan zoom. Penelitian ini menunjukkan bahwa program bank sampah melibatkan pemangku kepentingan yang memiliki motivasi dan peran yang berbeda tetapi saling berkaitan satu dengan lainnya, karena adanya pemusatan simbol atau pesan (konvergensi simbolik) pada program bank sampah di antaranya, yaitu DLH sebagai pelaksana regulasi, Komunitas bank sampah sebagai kegiatan sosial dari partisipasi masyarakat yang memunculkan tokoh-tokoh penggerak, dan Pengepul sebagai pembeli sampah. Konvergensi simbolik di kota Tangerang Selatan diawali dengan adanya dramatisasi pesan yang menjadi visi retorisnya, yaitu: “Penyelamat Lingkungan Kota Tangerang Selatan”, “Kurangi Timbulan sampah di TPA Cipeucang”, “memilah sampah dari rumah”, “sampah menjadi berkah”, “Zero Waste”, “Rumah Minim Sampah”, dan “1 RW 1 Bank Sampah”. Dukungan DLH dengan memberikan sarana prasarana seperti timbangan, gawang, buku tabungan, tabung composter dan pendampingan bank sampah. Visi retoris juga dapat terlihat dari kegiatan komunitas bank sampah selain menimbang, menabung sampah, ada pengelolaan sampah anorganik dan organik. Konvergensi simbolis yang terjadi di komunitas bank sampah dengan tipologi pemukiman, yaitu: 1) tipe 1 (kampung kota); 2) tipe 2 (kompleks); dan 3) tipe 3 (real estate) yang melahirkan melahirkan tema-tema fantasi, tipe fantasi, dan visi retoris yang berbeda. Visi retoris komunitas bank sampah di Tipe 1 cenderung pada pragmatis (ekonomi), di tipe 2 cenderung pada sosial (interaksi dan kebersamaan), dan di tipe 3 cenderung pada spirit melakukan sesuatu yang semestinya (righteous) tidak ada motivasi ekonomi atau sosial. Kesimpulan dari analisis SIAM menunjukkan bahwa kategori asumsi kunci pertama, komunitas pengelolaan sampah di tipe 1 adanya irisan antara ekonomi, pendidikan, dan sosial, dan sosial lebih menonjol. Sedangkan ekonomi dan pendidikan berimbang. Kedua, tipe 2 adanya irisan antara kebijakan, sosial, dan pendidikan, tidak ada ekonomi, namun kebijakan lebih menonjol. Ketiga, tipe 3 adanya irisan antara pendidikan, lingkungan, dan sosial. Tidak ada ekonomi, namun pendidikan lebih menonjol. Implementasi program bank sampah sesuai regulasi sangat optimal bila diterapkan di tipe 1 yang menjadikan sumber pendapatan, di tipe 2 sangat berperan dalam kegiatan kreativitas daur ulang sampah dan di tipe 3 pada kegiatan kampanye advokasi lingkungan yang kritis. Dari penilaian asumsi kritis pertama, komunitas pengelolaan sampah di Tipe 1 (kampung kota) memiliki tantangan untuk mengubah kebiasaan masyarakat seperti membuang sampah sembarangan dan membakar sampah di lingkungan. Kedua, tipe 2 (kompleks) tantangannya adalah motif sosial belum bisa diterapkan kepada warga secara umum. Ketiga, tipe 3 (real estate) pada pelaksanaan program bank sampah menjadi paradoks dengan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle). Berdasarkan asumsi kunci dan kritis yang telah ditemukan maka strategi komunikasi lingkungan yang dirumuskan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1) menetapkan strategi khalayak sasaran berdasarkan karakteristik tiga tipologi pemukiman; 2) Menyusun strategi pesan sesuai dengan tema fantasi yang mengandung makna, emosi, motif dan tindakan sesuai visi retoris tipologi pemukiman. Visi retoris di tipe 1 adalah pragmatis, jadi pesan yang sesuai adalah berdasarkan tipe fantasi “sampah menjadi mata pencaharian”. Visi retoris di tipe 2 adalah sosial, jadi pesan yang sesuai berdasarkan tipe fantasi “kebersamaan yang menghibur”. Visi retoris di tipe 3 adalah righteous, jadi pesan yang sesuai berdasarkan tipe fantasi “menjadi pejuang bumi”. 3) menetapkan strategi media yang sesuai karakter kelompok di lokasi tipologi pemukiman. Media yang relevan di tipe 1 adalah tatap muka dan forum kelompok sosial, di tipe 2 dengan menggunakan jalur struktur RT dan RW, dan di tipe 3 menggunakan jejaring sosial dan media digital. Aksi dari strategi komunikasi dalam bentuk kampanye lingkungan dengan dua pola, yaitu: 1) sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, dan 2) pembinaan kepada komunitas pengelolaan sampah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStrategi Komunikasi Lingkungan yang Mendukung Keberlanjutan Komunitas Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang Selatanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordstakeholdersid
dc.subject.keywordsymbolic convergenceid
dc.subject.keywordwaste bankid
dc.subject.keywordwaste managementid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record