Vaksin Polivalen Edwardsiella ictaluri Untuk Pencegahan Penyakit Enteric Septicemia of Catfish Pada Ikan Patin (Pangasianodon hypophthalmus).
Date
2022Author
Purwaningsih, Uni
Sukenda
Lusiastuti, Angela Mariana
Alimuddin
Widanarni
Nuryati, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Kasus kematian akibat penyakit Enteric Septicemia of Catfish (ESC) yang
disebabkan oleh bakteri Edwardsiella ictaluri menjadi kendala utama pada
budidaya ikan patin di Indonesia. Perbedaan kondisi geografis antar wilayah diduga
menjadi faktor penyebab variasi fenotipe dan genotipe isolat E. ictaluri.
Karakteristik spesifik isolat dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
pengembangan riset vaksin polivalen E. ictaluri yang mampu memproteksi
terhadap variasi antigen heterolog dan meningkatkan nilai relative percent survival
(RPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan vaksin polivalen E. ictaluri
untuk pencegahan penyakit ESC pada ikan patin, dengan lima tahap penelitian yaitu
1) karakterisasi fenotipe dan genotipe E. ictaluri, 2) identifikasi gen virulen dan
evaluasi korelasi terhadap patogenisitas E. ictaluri, 3) profil protein dan toksisitas
protein bakteri E. ictaluri pada ikan patin, 4) efikasi berbagai sediaan vaksin inaktif
sel utuh E. ictaluri pada ikan patin didukung kajian uji kualitas dan keamanan
vaksin, dan 5) efikasi dan proteksi vaksin inaktif polivalen sel utuh E. ictaluri
dengan dan tanpa booster pada ikan patin.
Penelitian tahap pertama bertujuan mengidentifikasi isolat E. ictaluri secara
fenotipe dan genotipe. Karakteristik terhadap tujuhbelas isolat bakteri yang berasal
dari wilayah berbeda yaitu tujuh isolat dari Jawa Barat (PCjG, PJlG), PSb5G,
PSb3G, PSb1G, PSmH, P), satu isolat dari Jawa Timur (PTaH), dua isolat dari Riau
(PR1G, BRSH), tiga isolat dari Sumatera Selatan (B1, B2, A2), satu isolat dari
Jambi (PJbH), satu isolat dari Lampung (S.935G), dan dua isolat dari Kalimantan
Selatan (PBm1G, PBm2G) secara biokimia dan API 20E teridentifikasi sebagai E.
ictaluri. Seluruh isolat termasuk β-hemolitik namun zona paling terang terlihat
pada isolat PSb1G, PJbH, A2, P, dan PBm1G. Aktivitas enzim dan profil antibiotik
homolog pada semua isolat. Analisis PCR semua isolat dengan primer spesifik E.
ictaluri terdeteksi pada 129 bp. Isolat E. ictaluri asal Indonesia menunjukkan
variasi genotipe. Semua isolat memiliki kemiripan 99.56-100% dengan strain E.
ictaluri 93-146 complete genome.
Penelitian tahap kedua bertujuan mengidentifikasi gen virulen dan
menganalisis korelasi gen virulen dan patogenisitas dalam menentukan komposisi
penyusun vaksin polivalen E. ictaluri. Identifikasi gen virulen menunjukkan hasil
variatif dan secara umum pada semua isolat E. ictaluri memiliki gen T6SS (evpC)
dan urease. Kematian ikan patin akibat infeksi E. ictaluri tertinggi sebesar 96.67-
100% terjadi pada ikan yang dinfeksi dengan E. ictaluri PSb1G, PJbH, A2, P, dan
PBm1G dengan rerata waktu kematian 3.73-4.58 hari pascainfeksi. Mortalitas ikan
patin akibat infeksi ESC tidak dipengaruhi oleh jumlah gen virulen yang dimiliki
bakteri E. ictaluri. Infeksi E. ictaluri menyebabkan perubahan abnormalitas
patologi klinik, gambaran darah, dan kerusakan jaringan.
Penelitian tahap ketiga bertujuan menganalisis profil protein, toksisitas sel
utuh, dan extracellular product (ECP) serta korelasinya terhadap patogenisitas.
Karakterisasi protein sel utuh dan ECP E. ictaluri menggunakan SDS-PAGE
ditunjukkan dengan hasil pengukuran berat molekul (BM) pada masing- masing
sediaan. Profil protein sel utuh pada isolat PJbH menunjukkan 14 pita protein pada
kisaran 11.18-140 kDa, sedangkan pada isolat P dan PBm1G menunjukkan 10 pita
protein pada kisaran 11.18-71.06 kDa. Profil protein ECP terdeteksi hanya
ditemukan 2 pita, yaitu 11.18 dan 14.30 kDa. Mortalitas tertinggi terjadi pada
perlakuan sel utuh P dan PBm1G sebesar 97.78% dan 100% sedangkan pada PJbH
menunjukkan kematian rendah sebesar 15.56%. Toksisitas sel utuh menyebabkan
gejala klinis, perubahan anatomi dan kerusakan jaringan.
Penelitian tahap keempat bertujuan menganalisis sinergitas dan kompetensi
berbagai antigen bakterin E.ictaluri dalam menginduksi imunitas pada ikan patin.
Hasil dari karakterisasi fenotipe, genotipe, similaritas strain, gen virulen, dan
patogenisitas serta potensi sel utuh dijadikan dasar dalam penyusunan formulasi
vaksin. Vaksin sebelum digunakan dilakukan uji kualitas dan keamanan terlebih
dahulu. Komposisi penyusun vaksin polivalen terdiri dari isolat PJbH, P, dan
PBm1G dengan perbandingan 1:1:1. Sediaan vaksin monovalen, bivalen, dan
polivalen inaktif sel utuh E. ictaluri inaktivasi formalin 0.3% terbukti aman
digunakan dan tidak menimbulkan efek samping pada ikan patin. Efikasi vaksin
monovalen, bivalen, dan polivalen E. ictaluri dengan konsentrasi 1010 CFU mL-1
ikan-1 diinjeksikan secara intraperitoneal. Vaksin inaktif polivalen E. ictaluri
terbukti mampu memberikan proteksi terbaik dan meningkatkan respons imun
spesifik dan non-spesifik hingga pemeliharaan 35 hari.
Penelitian tahap kelima bertujuan mengkaji efektivitas dan proteksi vaksin
inaktif polivalen sel utuh bakterin E. ictaluri dengan dan tanpa booster dalam
menghasilkan respons imun dan meningkatkan kelangsungan hidup ikan patin. Ikan
patin divaksinasi dengan vaksin inaktif polivalen bakterin E. ictaluri konsentrasi
1010 dan 109 CFU mL-1 ikan-1. Vaksin inaktif polivalen sel utuh E. ictaluri 1010 CFU
mL-1 ikan-1 dengan booster terbukti mampu memberikan proteksi nilai RPS terbaik
yaitu sebesar 90.47, 55.00, dan 60.00% ketika diuji tantang dengan isolat PJbH, P,
dan PBm1G serta menunjukkan peningkatan respons imun spesifik dan nonspesifik
dibanding non-booster hingga pemeliharaan 77 hari.
Simpulan akhir dari penelitian ini adalah E. ictaluri yang berasal dari Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan berbeda secara fenotipe dan genotipe, memiliki variasi
jumlah gen virulen yang berbeda namun secara umum memiliki gen T6SS (evpC)
dan urease. Infeksi E. ictaluri menyebabkan perubahan abnormalitas patologi klinik,
gambaran darah dan kerusakan jaringan. Sel utuh E. ictaluri mengandung
komponen faktor virulen yang berperan dalam mekanisme patogenesis infeksi ESC
pada ikan patin. Vaksin inaktif polivalen E. ictaluri konsentrasi 1010 CFU mL-1
ikan-1 mampu menginduksi respons imun spesifik dan non-spesifik serta
memberikan proteksi terbaik dengan nilai RPS sebesar 61.02% terhadap multiinfeksi
E. ictaluri dibanding vaksin monovalen, bivalen, dan kontrol hingga
pemeliharaan selama 35 hari. Vaksin polivalen E. ictaluri konsentrasi 1010 CFU
mL-1 ikan-1 dengan booster mampu menginduksi respons imun spesifik dan nonspesifik
serta memberikan proteksi terbaik dengan nilai RPS tertinggi terhadap
infeksi isolat E. ictaluri PJbH, P, dan PBm1G hingga pemeliharaan selama 77 hari.
Collections
- DT - Fisheries [725]