Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Karet Berkelanjutan Melalui Pendekatan Rantai Pasok di Provinsi Jambi
Date
2020Author
Machmud, Musdhalifah
Siregar, Hermanto
Harianto, Harianto
Reda Susila, I Wayan
Metadata
Show full item recordAbstract
Isu terkait karet diawali dari isu strategis global dan nasional. Isu strategis global karet, yaitu harga karet dunia yang turun dan adanya tuntutan pemenuhan prinsip-prinsip sustainability. Isu strategis nasionalnya adalah karet berkontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Pada tahun 2019, karet sebagai penghasil devisa sebesar 3.4 M USD dan 3.8 juta ha lahan ditanami karet. Saat ini, akibat harga komoditas karet yang rendah, petani karet beralih ke komoditas lain. Di sisi lain, Jambi merupakan sentra produksi karet nomor 4 di Indonesia. Utilitas pabrik karet remah sendiri di Indonesia tidak optimal (<80%). Hal tersebut disebabkan di antaranya oleh industri hilir karet yang belum berkembang. Permasalahan utama di karet secara umum ada tiga, yaitu daya saing yang rendah, industri hilir belum berkembang, dan distribusi pendapatan tidak berkeadilan. Pertama, daya saing karet diindikasikan dengan karet rakyat yang sudah tua, budidaya yang tidak optimal, pemasaran slab tidak efisien, dan petani karet mulai beralih ke komoditi lain. Kedua, industri hilir berbasis karet di Jambi belum berkembang. Hal tersebut ditandai dengan utilitas pabrik karet remah yang belum optimal. Industri hilir karet secara nasional sebagai leading sector tetapi belum ada studi peran industri karet terhadap perekonomian Jambi. Terdapat indikasi distribusi pendapatan industri berbasis karet tidak berkeadilan. Hal tersebut terlihat dari distribusi pendapatan yang tidak sesuai dengan beban risiko. Tujuan penelitian ini ada tiga. Pertama, mengkaji daya saing industri karet indonesia. Kedua, menganalisis industri berbasis karet dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Jambi (baik sebagai leading sector maupun adjusting sector) dan menciptakan pendapatan. Ketiga, menganalisis distribusi pendapatan yang diciptakan industri berbasis karet di antara pelaku ekonomi di Jambi. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada 3. Pertama, analisis daya saing industri karet dengan menggunakan analisis daya saing komparatif (RCA), analisis daya saing kompetitif (CMSA), dan spider web. Data yang digunakan adalah UN Comtrade 2020, Kementerian Perdagangan 2019, dan Gapkindo 2018. Kedua, analisis peran industri karet dalam pertumbuhan ekonomi Jambi dilakukan dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Data yang digunakan adalah BPS Jambi dan Nasional 2015. Metode penelitiannya adalah dengan mendisagregasi matriks SNSE dari ordo 52x52 menjadi 55x55 dengan mendisagregasi sektor perkebunan menjadi 4 sektor, yaitu industri ban; industri karet remah dan karet asap; industri barang-barang lainnya dari karet; dan industri kayu, barang dari kayu, dan lain lain. Ketiga, analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan SNSE dan SPA (Structural Path Analysis). Data yang digunakan adalah hasil data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Provinsi Jambi tahun 2015. Daya saing industri karet Indonesia perlu ditingkatkan, baik dari aspek produktivitas, kelembagaan, modalitas petani, dan mutu karet yang diekspor. Industri berbasis karet di Provinsi Jambi lebih berperan sebagai leading sector dan dalam penciptaan pendapatan bias kepada pemodal, kota, dan non-petani. Pembangunan industri hilir perlu didorong baik secara nasional maupun di daerah bahan baku karet. Distribusi pendapatan perlu penyempurnaan lebih lanjut di setiap pelaku rantai pasok agar menjadi lebih wajar. Hasil temuan menunjukkan bahwa industri karet primer maupun hilir berperan signifikan terhadap perekonomian Provinsi Jambi, yaitu sebesar IDR 29,86 Trilliun atau 69,17% dari nilai tambah faktor produksi di Provinsi Jambi dan penyerapan tenaga kerja sebesar 630 ribu orang atau 40,2% dari jumlah tenaga kerja di Provinsi Jambi. Hasil temuan menunjukkan bahwa forward dan backward linkage dari semua industri karet primer dan dua jenis industri karet hilir (industri karet remah dan karet asap; dan industri kayu, barang dari kayu dan lain lain) memiliki forward linkage< 1 dan backward linkage>1 sehingga hanya efektif sebagai leading sector saja. Perubahan yang terjadi di sektor lain atau menggunakan pembangunan sektor lain tidak akan efektif untuk mendorong pertumbuhan keempat subsektor industri karet tersebut. Sektor industri karet primer dan dua jenis industri karet hilir tersebut akan tumbuh jika sektor itu sendiri yang ditumbuhkan. Dari aspek penggandaan pendapatan secara total, subsector perkebunan karet memiliki penggandaan pendapatan total yang tertinggi. Dengan demikian, untuk meningkatkan pendapatan pada agisbisnis karet secara keseluruhan, maka pemilihan pembangunan fokus di subsector perkebunan karet merupakan kebijakan yang strategis dan prioritas karena penggandaan pendapatan totalnya yang tertinggi (1,35) disusul oleh perkebunan selain karet (1,28); industri kayu, barang dari kayu (1,17) dan industri karet remah dan karet asap (1,09). Kebaruan penelitian ini adalah secara spesifik mendisagregasi sektor perkebunan karet menjadi subsubsektor perkebunan karet yang lebih rinci. Implikasi kebijakannya adalah peningkatan daya saing industri karet dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas melalui peremajaan, pembiayaan KUR untuk sektor produksi, pendampingan dan pelatihan, serta kemitraan dengan petani. Industri berbasis karet di Jambi dapat ditingkatkan perannya dalam perekonomian dengan melakukan peningkatan efisiensi pemasaran dan pemberian insentif terhadap investasi baru di Industri hilir di Jambi. Distribusi pendapatan dalam rantai pasok industri karet dapat dilakukan dengan penguatan UPPB, pasar lelang, dan dilakukan kajian terkait pembentukan BPDP. Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan analisis SNSE karet pada tingkat nasional menggunakan data terbaru dari BPS. Penelitian lebih detil terkait masing-masing subsektor pada industri karet alam, sistem resi gudang, dan lain- lain. Perlu dilakukan analisis ketimpangan perdagangan produk konsumen di hilir karet terhadap sektor hulu karet.
Collections
- DT - Business [89]