dc.description.abstract | Jengger ayam merupakan tanaman hias semusim yang termasuk dalam famili
Amaranthaceae dan tersebar luas di Asia dan Afrika. Beberapa negara seperti
Nigeria, China dan India, daun jengger ayam banyak dikonsumsi sebagai sayuran
hijau yang bergizi. Biji, daun dan bunganya juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Ekstrak biji jengger ayam mengandung senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, glikosida, fenolik, saponin, tanin, triterpenoid dan skualen.
Perolehan kembali senyawa bioaktif dari tanaman berpotensi dipengaruhi oleh
kondisi ekstraksi yang digunakan, serta berbagai faktor seperti jenis pelarut, waktu
ekstraksi dan suhu ekstraksi, rasio sampel-pelarut, ukuran sampel, pH diketahui
mempengaruhi hasil ekstraksi dan kandungan bioaktif yang diperoleh. Meskipun
sifat bioaktif ekstrak biji jengger ayam telah dipelajari sebelumnya, namun belum
ada penelitian yang dilakukan untuk mengoptimalkan kondisi ekstraksi senyawa
bioaktif dari biji jengger ayam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menentukan kondisi optimal ekstraksi senyawa fenolik (TPC) dan antioksidan
(TAC) dengan variasi waktu ekstraksi (A), ukuran partikel (B), rasio padatan pelarut (C) dan konsentrasi etanol (D) pada biji jengger ayam menggunakan RSM.
Proses ekstraksi dengan sonikasi digunakan sebagai metode ekstraksi dengan
variasi A (15, 30, dan 60 menit), B (60, 80, dan 100 mesh), C (1:5, 1:10, dan 1:20
g/mL), D (50, 70, dan 96%) telah menghasilkan respon TPC minimum 0.81
mgGAE/g fw pada percobaan 23 (A=60 menit; B= 80 mesh; C=1:10 g/mL;
D=96%) dan TPC maksimum 1.95 mgGAE/g fw pada percobaan 13 (A=30 menit;
B= 100 mesh; C=1:20 g/mL; D=70%). TAC-DPPH maksimum 4.65µmol TE/g fw
pada percobaan 18 (A=30 menit; B= 100 mesh; C=1:10 g/mL; D=96%), TAC FRAP maksimum 8.56 µmol TE/g fw pada percobaan 17 (A=30 menit; B= 80
mesh; C=1:20 g/mL; D=96%) dan TAC-CUPRAC maksimum 25.75 µmol TE/g fw
pada percobaan (A=15 menit; B= 80 mesh; C=1:10 g/mL; D=96%). Respon TAC DPPH, FRAP dan CUPRAC minimum diperoleh pada percobaan 6 (A=60 menit;
B= 60 mesh; C=1:10 g/mL; D=70%) dengan perolehan masing-masing 0.83 µmol
TE/g fw, 3.66 µmol TE/g fw, dan 5.12 µmol TE/g fw. Kondisi proses ekstraksi
dengan waktu ekstraksi 15 menit, ukuran partikel simplisia 100 mesh, rasio
padatan-pelarut 1:20 (g/mL) dan konsentrasi etanol 88% telah direkomendasikan
oleh program Design Expert 13.0 sebagai formulasi yang optimal, dan diprediksi
menghasilkan TPC 1.687 mg GAE/g fw, TAC-DPPH 4.352 µmolTE/g fw, TAC FRAP 8.773 µmolTE/g fw, dan TAC-CUPRAC 25.757 µmolTE/g fw dengan nilai
desirability yaitu 0.918. Validasi model dilakukan berdasarkan formulasi kondisi
optimum ekstraksi yang disarankan. Berdasarkan uji-T dengan taraf kepercayaan
95% terhadap nilai eksperimen dan nilai prediksi telah diperoleh p-value 0.131
(p>0.05). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa nilai eksperimen yang telah
diperoleh sesuai dengan yang diprediksi, dan juga menyarankan bahwa model yang
diperoleh akurat. Optimasi ekstraksi TPC dan TAC pada biji jengger ayam telah
berhasil dilakukan dengan sonikasi sebagai metode ekstraksi menggunakan RSM.
Ukuran partikel, rasio padatan-pelarut, dan konsentrasi etanol secara signifikan
mempengaruhi perolehan TPC dan TAC dengan p-value<0.05, sedangkan waktu
ekstraksi tidak berdampak pada TPC dan TAC dalam rentang yang diuji. | id |