Show simple item record

dc.contributor.advisorSuryaningtyas, Dyah Tjahyandari
dc.contributor.advisorWidjaya, Hermanu
dc.contributor.authorRohmah, Nur
dc.date.accessioned2022-02-01T06:58:25Z
dc.date.available2022-02-01T06:58:25Z
dc.date.issued2022-01-31
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110909
dc.description.abstractKeragaman tanah secara alami terbentuk sebagai hasil dari interaksi faktor pembentuk tanah, yaitu bahan induk, iklim, relief, organisme, dan waktu, namun pada daerah pertambangan juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia dalam mengelola lahan bekas tambang. Lahan Akses Terbuka (LAT) adalah lahan bekas tambang yang berada pada lahan milik rakyat, desa atau pemerintah daerah, di luar areal Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan, yang pada umumnya mengalami penurunan kualitas dan produktivitas tanah. Salah satu LAT adalah bekas tambang gamping di Padalarang. Pemulihan lahan akses terbuka di daerah ini menurut DITJEND PPKL (2016) disarankan dengan revegetasi menggunakan tanaman kehutanan untuk memulihkan fungsi lingkungannya. Jenis tanaman yang dipilih disesuaikan dengan kondisi biofisik dan karakteristik lingkungannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor pembatas/penghambat melalui evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan konsep FAO, serta melakukan arahan pemulihan LAT tambang gamping di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Areal LAT dianalisis karakteristik lahannya secara morfometrik kedalam satuan lahan homogen. Pengamatan karakteristik lahan, sifat morfologi tanah, dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada empat profil yang mewakili lahan dengan kelas lereng berbeda. Data karakteristik lahan dirinci pada setiap satuan lahan homogen dan dilakukan interpretasi melalui evaluasi kesesuaian lahan menurut konsep FAO. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap tanaman jati, sengon, lamtoro, dan pinus. Tanah di area LAT menurut taksonomi tanah dapat diklasifikasian kedalam Lithic Udifluvents, adapun tanah alami disekitar LAT diklasifikasikan kedalam Typic Hapludalfs. Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kehutanan (jati, sengon, lamtoro dan pinus) termasuk dalam kategori S3 (sesuai marginal) sampai kelas N (tidak sesuai). Adapun beberapa faktor penghambatnya adalah ketersediaan air, retensi hara, media perakaran, dan hara tersedia serta faktor erosi. Hasil evaluasi kesesuaian lahan potensial S2 (cukup sesuai) hinga S3 (seseuai marginal) dengan faktor pembatas retensi hara, hara tersedia, media perakaran, bahaya erosi, dan kesesuaian tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas ketersediaan air untuk tanaman lamtoro. Arahan dan rekomendasi upaya-upaya penanganan faktor pembatas melalui teknik penanaman sistem pot pada lahan berbatu, pemupukan nitrogen dan penanaman cover crop.id
dc.description.abstractSoil diversity is naturally formed as a result of the interaction of soil-forming factors, namely parent material, climate, relief, organisms, and time, but in mining areas it is also influenced by human activities in managing ex-mining land. Open Access Land (or LAT in Bahasa Indonesia) is ex-mining land located on land owned by the people, village or local government, outside the company's Mining Business Permit (or IUP in Bahasa Indonesia) area, which generally has decreased soil quality and productivity. One of the LAT is a former limestone mine in Padalarang. Reclamation of open access land in this area according to DITJEND PPKL (2016) is recommended by revegetation using forestry plants to restore environmental functions. The selected plant species are adapted to the biophysical conditions and environmental characteristics. This study aims to identify limiting/inhibiting factors through evaluation of land suitability based on the FAO concept, as well as directing the recovery of LAT from ex-limestone mines open-access land in Padalarang District, West Bandung Regency. The LAT area was analyzed for morphometric land characteristics into homogeneous land units. Observations of land characteristics, soil morphological properties, and soil sampling were carried out on four profiles representing land with different slope classes. Data on land characteristics are detailed for each homogeneous land unit and interpreted through land suitability evaluation according to the FAO concept. Land suitability evaluation was carried out for teak, sengon, lamtoro, and pine plants. Soil in the LAT area according to soil taxonomy can be classified into Lithic Udifluvents, while natural soil around LAT is classified into Typic Hapludalfs. The results of the actual land suitability evaluation for teak, sengon, lamtoro and pine are included in the S3 (marginally suitable) to N subclasses (unsuitable). The inhibiting factors are water availability, nutrient retention, root media, and available nutrients as well as erosion factors. The results of the evaluation of potential land suitability S2 (moderately suitable) to S3 (marginally suitable) with limiting factors potential nutriens, available nutrients, root media, erosion, and unsuitable (N) with limiting factor waters availability for lamtoro plant. Directives and recommendations of efforts to handle limiting factors through pot system planting techniques on land with rock outcrops, nitrogen fertilization and cover crop planting.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEvaluasi Kesesuaian Lahan di Lahan Akses Terbuka Bekas Tambang Gamping, Kecamatan Padalarangid
dc.title.alternativeLand Suitability Evaluation of Ex-Limestone Mining Open-access-land, Padalarang Subdistrictid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordfaktor pembatasid
dc.subject.keywordhara tanahid
dc.subject.keywordkemiringan lerengid
dc.subject.keywordrevegetasiid
dc.subject.keywordtanaman kehutananid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record