Etnobotani Masyarakat Adat Sunda di Kampung Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat
Abstract
Pengungkapan pengetahuan dan kearifan lokal memiliki nilai yang sangat strategis sebagai upaya penggalian potensi dan keunggulan sumber daya hayati khususnya jenis tumbuhan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat, seperti masyarakat adat Cireundeu di Jawa Barat. Masyarakat adat Cireundeu memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang berbeda dari masyarakat adat Sunda lainnya. Penelitian ini bertujuan menggali dan mendokumentasikan pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Adat Cireundeu dalam mengelola satuan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya tumbuhan yang ada didalamya, serta membandingkannya dengan masyarakat umum di sekitarnya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur dan open-ended kepada lima orang informan kunci dan 40 orang informan umum menggunakan metode purposive sampling. Data keanekaragaman tanaman dikumpulkan dengan metode participative plot sampling yang melibatkan informan sebagai pemandu. Data vegetasi dianalisis menggunakan 4 ukuran plot yaitu 20x20 m untuk tingkat pohon, 10x10 m untuk tingkat tiang, 5x5 m untuk tingkat pancang, dan 2x2 m untuk tumbuhan bawah. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat adat Cireundeu mengelola empat satuan lingkungan, yaitu Padumukan, Leuweung Baladahan, Leuweung Tutupan dan Leuweung Larangan; dan memanfaatkan 462 jenis tanaman. Tanaman tersebut dikelompokkan menjadi 12 kategori penggunaan, yang didominasi oleh tanaman hias sebanyak 138 jenis. Hasil analisis Index of Cultural Significance (ICS) yang dikorelasikan dengan Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan bahwa banyak jenis tanaman memiliki nilai ICS dan INP yang berbeda pada kedua kelompok masyarakat yang mencerminkan pemanfaatan tanaman dan pengelolaan lingkungan yang berbeda antara masyarakat adat dan masyarakat umum. Disclosure of local knowledge and wisdom has strategic value for exploring the potential and advantages of biological resources, especially plant species belonging to community groups such as Sundanese traditional society in Cireundeu West Java. The people of Cireundeu have the knowledge and local wisdom that are different from other Sundanese indigenous peoples. The study aimed to explore and document the knowledge and local wisdom of the Cireundeu Indigenous people in managing various environmental units and utilizing their plant resources, as well as comparing them with the general public around them. Ethnobotanical data were collected using structured and open-ended interviews with five key informants and 40 public informants conducted using the purposive sampling method. Data on plant diversity was collected using the participative plot sampling method which involved informants as guides. Vegetation data were analyzed using 4 plot sizes, 20x20 m for tree level, 10x10 m for pole level, 5x5 m for sapling level, and 2x2 m for understory plant. The results of this study indicate that the Cireundeu Indigenous people manage four environmental units, Padumukan, Leuweung Baladahan, Leuweung Tutupan, and Leuweung Larangan; and utilize 462 plant species. These plants are grouped into 12 categories of use dominated by ornamental plants as many as 138 species. The results of the Index of Cultural Significance (ICS) analysis correlated with the Important Value Index (IVI) show that many plant species have different ICS and IVI values in two community groups reflecting diverse plant uses and environmental management between indigenous and public peoples.