Kontribusi Perhutanan Sosial terhadap Pendapatan Anggota LMDH Tanah Mas di BKPH Bluluk KPH Mojokerto
Abstract
Kondisi masyarakat sekitar hutan yang telah lama hidup terbelenggu dengan
kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang ada di Indonesia. Dengan
adanya program perhutanan sosial diharapkan mampu untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
sistem pengelolaan dan kontribusi perhutanan sosial terhadap pendapatan anggota
LMDH Tanah Mas, KPH Mojokerto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu analisis statistik deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 65 orang
yang merupakan anggota LMDH Tanah Mas. Pengelolaan perhutanan sosial yang
dilakukan LMDH Tanah Mas meliputi penyiapan lahan, pengolahan tanah,
penanaman dengan memperhatikan pengadaan bibit, pembuatan lubang tanam dan
pengaturan jarak tanam, pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan,
pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemanenan, dan pemasaran kepada
tengkulak. Penanaman yang dilakukan oleh petani LMDH Tanah Mas
menggunakan pola agroforestri dimana jenis tanaman pertanian yang ditanam
berupa padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), tembakau (Nicotiana tabacum),
blewah (Cucumis melo L.), dan kacang tanah (Arachis hypogea). Sedangkan untuk
tanaman kehutanan yang ditanam pada areal kerja BKPH Bluluk, KPH Mojokerto
antara lain jati (Tectona grandis), jabon merah (Anthocephalus macrophyllus),
dan kayu putih (Melaleuca leucadendron). Nilai kontribusi perhutanan sosial
terhadap pendapatan anggota LMDH Tanah Mas rata-rata sebesar 32,86%.
Adapun tingkat kesejahteraan anggota LMDH Tanah Mas berdasarkan garis
kemiskinan Bank Dunia menunjukkan bahwa dengan adanya perhutanan sosial
maka jumlah petani dengan kategori miskin baik dengan lahan garapan sempit,
sedang, maupun luas mengalami penurunan. Sedangkan jumlah petani dengan
tingkat kesejahteraan bawah pada berbagai luas lahan garapan mengalami
peningkatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota LMDH Tanah
Mas perlu adanya inovasi pengolahan terhadap hasil panen menjadi produk olahan
baru sehingga mampu meningkatkan taraf hidup petani. The condition of societies around the forest who have been living in poverty
for a long time is one of the problems in Indonesia. With the social forestry
program, it is expected to be able to increase the income of societies around the
forest. The study aimed to analyze the management system and the contribution of
social forestry on the income of LMDH Tanah Mas farmers, KPH Mojokerto. The
method used was descriptive statistical analysis with the number of respondents
are 65 farmers of LMDH Tanah Mas. Social forestry management by LMDH
Tanah Mas included land preparation, tillage, planting considering seed
procurement, making planting holes and spacing arrangements, plant
maintenance included weeding, fertilizing, pest and desease control, harvesting,
and marketing to middleman. Planting carried out by LMDH Tanah Mas farmers
uses an agroforestry pattern where the types of agricultural crops grown are rice
(Oryza sativa), corn (Zea mays), tobacco (Nicotiana tabacum), cantaloupe
(Cucumis melo L.), and peanuts (Arachis hypogea). Meanwhile, forestry plants
planted in the working area of BKPH Bluluk, KPH Mojokerto include teak
(Tectona grandis), red jabon (Anthocephalus macrophyllus), and eucalyptus
(Melaleuca leucadendron). The average value of social forestry contribution on
the income of LMDH Tanah Mas farmers was 32.86%.. The welfare level of
Tanah Mas LMDH members based on the World Bank's poverty line shows that
with the existence of social forestry, the number of farmers in the poor category,
with narrow, medium, and wide arable land, has decreased. Meanwhile, the
number of farmers with lower welfare levels in various areas of arable land has
increased. To improve the welfare of LMDH members of Tanah Mas it is
necessary to innovate the processing of crops into new processed products so that
they can improve the farmer's standard of living.
Collections
- UT - Forest Management [3009]