Pengembangan Model Sistem Traceability Rantai Pasok Daging Sapi Berbasis Teknologi Informasi
Date
2021Author
Purnama, Diki Gita
Seminar, Kudang Boro
Nuraini, Henny
Hariyadi, Purwiyatno
Metadata
Show full item recordAbstract
Undang-Undang Pangan (UU No 18, 2012) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Salah satu komponen penting ketahanan pangan adalah persyaratan keamanan pangan. Untuk mewujudkan ketahanan daging sapi, diperlukan adanya sistem pengelolaan peternakan yang baik, serta untuk menjamin terpenuhinya persyaratan keamanan daging sapi perlu dikembangkan sistem keterlacakan dari daging sapi yang dihasilkan (traceability). Saat ini Indonesia belum memiliki sistem identifikasi ternak nasional yang standar dan aktor-aktor dalam rantai pasak umumnya belum terdaftar dan belum memiliki sistem traceability daging sapi berbasis teknologi informasi yang terintegrasi. Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis persepsi konsumen dalam membeli produk daging sapi Aman Sehat Utuh Halal (ASUH), 2) Mengembangakan sistem identifikasi ternak sapi di Indonesia berbasis teknologi informasi (TI), 3) Memetakan dan merancang sistem traceability berbasis teknologi informasi, 4) Mengembangkan prototype sistem traceability berbasiskan teknologi informasi dalam rantai pasok daging sapi, dan 5) Menganalisis penerapan sistem traceability berbasiskan teknologi informasi dalam rantai pasok daging sapi di masa mendatang. Penelitian diawali dengan analisis keinginan membeli daging ASUH sebagai dasar bahwa adanya keinginan dari konsumen terhadap daging yang aman dan perlunya sistem traceablitity. Penelitian ini dimulai dengan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang sudah mengonsumsi produk daging sapi ASUH. Selanjutnya, dilakukan pemetaan rantai pasok daging sapi di Indonesia dengan studi deskriptif dan dilanjutkan dengan pengembangan sistem informasi traceability daging sapi menggunakan Software Development Life Cycle (SDLC) metode prototyping yang diberi nama Sicadas.com. Perancangan dilakukan dengan konsep Computer Base Information System (CBIS) dalam merancang infrastruktur sistem traceability. Analisis implementasi sistem traceability dilakukan dengan melakukan survey terhadap pakar kemudian dianalisis menggunakan ISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap konsumen dan persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap kemauan membeli, sedangkan variabel kepercayaan, atribut produk, dan traceability memiliki pengaruh signifikan terhadap keinginan untuk membeli. Selanjutnya, sistem identitas dan database ternak nasional dapat memberikan nomor identitas ternak secara unik dan dapat ditulis ke RFID yang kemudian dapat dipasang di telinga sapi (eartag). Laman Sicadas.com dapat diakses dan digunakan oleh semua aktor pada rantai pasok. Konsumen dapat mengetahui asal usul sapi dan daging dengan melakukan pemindaian pada kode QR. Agar sistem Traceability dapat diterapkan maka dibutuhkan dukungan regulasi dari pemerintah. Meskipun, penerapan sistem traceability ini juga membutuhkan anggaran yang besar untuk instalasi fasilitas dan infrastruktur, pemeliharan serta sumber daya manusia yang kompeten.
Collections
- DT - Business [326]