Analisis Perbedaan Morfologi Daun Kuantitatif Antar Spesies Meranti (Shorea spp.) pada Fase Anakan dan Pohon
Date
2021-12Author
Mufarhatun, Nur
Hilwan, Iwan
Rachmat, Henti Hendalastuti
Metadata
Show full item recordAbstract
Shorea adalah marga terbesar dalam famili Dipterocarpaceae, pohon kayu dominan yang mendominasi hutan tropis Asia Tenggara. Tingginya tingkat keanekaragaman spesies dari marga Shorea menyebabkan terjadinya kesulitan dalam mengidentifikasi spesies di lapang baik pada fase anakan maupun pohon. Karena beberapa spesies pohon cenderung memiliki perbedaan morfologi pada fase anakan dan fase pohon, meskipun ada beberapa ciri morfologi yang tetap bertahan dari fase anakan sampai fase pohon.
Penelitian analisis perbedaan karakteristik morfologi daun secara kuantitatif terhadap Shorea balangeran, S. leprosula, S. mecistopteryx, S. multiflora, S. ovalis, S. pinanga, S. platyclados, S. selanica, dan S. stenopthera bertujuan untuk mengkuantifikasi karakteristik morfologi daun serta menganalisis kelompok yang terbentuk pada beberapa spesies fase anakan dan pohon kelompok kayu meranti (Shorea spp.) di Hutan Penelitian Dramaga dan Gunung Dahu. Sampel fase anakan diambil 3 helai dari dari dua puluh (20) individu tiap spesies. Sedangkan sampel untuk fase pohon terdiri dari 5 helai daun dari sepuluh (10) individu tiap satu spesies. Sebelas variabel bentuk fisik daun dianalisis menggunkan PCA dengan XLSTAT dan uji beda F dengan IBM SPSS Statistics 25. Sedangkan perbedaan karakteristik warna daun dengan menggunkan sampel yang sama dianalisis menggunkan R Statistics 3.6.0, RawTherapee 5.5, ImageJ 1.32, nixsensor, dan encycolorpedia.id untuk mendapatkan warna daun dari spesies yang diamati. Analisis kelompok untuk semua variabel baik bentuk fisik daun maupun warna daun dilakukan menggunkan Hierarchical Cluster Analysis dengan IBM SPSS Statistics 25.
Hasil penelitian analisis perbedaan karakteristik bentuk fisik daun menunjukan bahwa dari sebelas variabel yang diamati pada fase anakan dan fase pohon, hanya 8 variabel yang nilainya dapat digunkan sebagai pembeda morfologi daun secara kuantitatif, yaitu LD (lebar daun), PL (panjang lamina), LP (panjang lebar daun terlebar), SD (sudut tulang daun), PT (panjang tangkai daun), JT (jumlah tulang daun), LS (luas daun), dan KL (keliling daun). Sedangkan hasil analisis perbedaan warna daun setiap spesies memiliki perbedaan warna, akantetapi apabila dilihat dari hasil ekstrak warna secara digital pada fase pohon memiliki warna daun yang lebih pekat dibanding fase anakan. Hal tersebut sejalan dengan hasil kandungan klorofil pada fase pohon yang lebih tinggi dibanding fase anakan, dan pada ketiga perlakuan tersebut spesies yang memiliki kandungan klorofil tertinggi adalah S. leprosula. S. leprosula merupakan salah satu spesies yang direkomendasikan untuk kegiatan silvikultur intensif (SILIN) karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat beradaptasi dengan lingkungan, dimana tingginya kandungan klorofil dapat menjadi salah satu faktor pendukung kemampuannya baik dalam kemampuan adaptasi maupun pertumbuhannya yang cepat.
Hasil penelitian analisis kelompok atau cluster yang dilakukan dengan menggunakan analisis dendrogram baik pada fase anakan maupun pohon 9 spesies meranti (Shorea spp.) yang diamati hanya terbentuk menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 hanya terdiri dari dua spesies yaitu S. stenopthera S. mecistopteryx, selain itu kedua spesies itu juga tergolong dalam satu sections Pachycarpae. Berbeda dengan kelompok 2 yang terbentuk dari sections yang berbeda dan kelompok 2 terdiri dari Shorea balangeran, S. leprosula, S. ovalis, S. pinanga, S. platyclados, dan S. selanica, bahkan ada satu spesies yang berasal dari kelompok kayu meranti kuning yaitu S. multiflora. Meskipun S. multiflora tergolong kelompok kayu meranti kuning dalam hasil penelitian analisis kelompok bedasarkan karakteristik morofologi daun secara kuantitatif menunjukkan bahwa S. multiflora masuk kedalam kelompok 2, hal tersebut dikarenakan secara kuantitatif bentuk fisik dan warna daun S. multiflora hampir sama dengan spesies meranti lain yang diamati. Berbeda dengan S. stenopthera dan S. mecistopteryx yang berada pada kelompok 1 selain sections kedua spesies ini yang sama, salah satu hal yang menyebabkan kedua spesies ini masuk kedalam kelompok 1 adalah karena ukuran atau bentuk daun yang hampir sama. Selain itu, kelompok tersebut terbentuk karena adanya kesamaan atau kedekatan antar variabel yang digunakan dalam pengelompokan 9 spesies meranti (Shorea spp.) yang diamati.
Collections
- MT - Forestry [1419]