Show simple item record

dc.contributor.advisorSumarwan, Ujang
dc.contributor.advisorSuwarsinah, Heny Kuswanti
dc.contributor.advisorYusuf, Eva Zhoriva
dc.contributor.authorBr Gultom, Novianti
dc.date.accessioned2021-11-28T09:54:26Z
dc.date.available2021-11-28T09:54:26Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110020
dc.description.abstractPeningkatan rate persalinan sesar dari tahun ke tahun terjadi di banyak negara. Unnecessary caesarean section tidak saja berisiko bagi ibu dan bayi, namun juga berdampak membebani pembiayaan asuransi kesehatan sosial sebuah negara. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pengelolaan intensi pelanggan terhadap unnecessary caesarean section perlu dilakukan untuk menekan unnecessary caesarean section. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi intensi ibu hamil dan perilaku ibu bersalin pelanggan BPJS Kesehatan terhadap metode persalinan sesar; 2) membangun model intensi intensi ibu hamil dan perilaku ibu bersalin pelanggan BPJS Kesehatan terhadap metode persalinan sesar; dan 3) merumuskan implikasi manajerial serta memberikan masukan hal-hal yang harus dilakukan BPJS Kesehatan dalam rangka keberlanjutan program JKN. Kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah kombinasi Theory of Planned Behaviour dan teori Health-Seeking Behaviour. Mixed method digunakan dalam penelitian ini. Penelitian kuantitatif melalui survei menggunakan pertanyaan terstruktur kepada 282 ibu hamil dan 564 ibu bersalin. Penentuan wilayah sampel dengan multistaging mencakup tiga provinsi. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian kualitatif dilakukan melalui 2 fase Focused Group Discussion (FGD). FGD fase 1 dilakukan kepada pejabat BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan yang dianalisis dengan content analysis. FGD fase 2 juga dilaksanakan kepada pakar dari Kemenkes dan BPJS Kesehatan yang dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan Super Decision 2.10. Analisis tahap pertama dengan Structural Equation Modeling (SEM) kepada dua kelompok model. Model SEM ibu hamil menunjukkan bahwa knowledge ( = 0,64, t-hitung = 3,44) cenderung meningkatkan Perceived Behavioural Control (PBC); attitude ( = 0,26, t-hitung = 5,11), subjective norm ( = 0,40, t-hitung = 5,55) dan perceived need ( = 0,23, t-hitung = 4, 17) cenderung meningkatkan intention dan PBC ( = -0,27, t-hitung = -3,74) cenderung menurunkan intention metode persalinan sesar. Model SEM ibu hamil memiliki hasil uji kecocokan keseluruhan model yang baik (root mean square error of approximation = 0.08, normed fit index = 0.93, Tucker-Lewis index = 0.94, comparative fit index = 0.95, incremental fit index = 0.95, relative fit index = 0.93). Model SEM ibu bersalin menunjukkan bahwa knowledge ( = 0,61, nilai t = 3,25) cenderung meningkatkan PBC; attitude ( = 0,27, nilai t = 7,64), subjective norm ( = 0,26, nilai t = 7,96) dan perceived need ( = 0,26, nilai t = 7,67) cenderung meningkatkan intention, tetapi PBC ( = -0,08, nilai t = -4,47) cenderung menurunkan intention metode persalinan sesar. Intention cenderung meningkatkan behaviour persalinan sesar ( = 1,23, t-value = 17,47), tetapi PBC cenderung menurunkan behaviour persalinan sesar ( = -0,07, t-value = -3,59). Model SEM ibu bersalin memiliki hasil uji kecocokan keseluruhan model yang baik (root mean square error of approximation = 0.08, normed fit index = 0.94, Tucker-Lewis index = 0.94, comparative fit index = 0.95, incremental fit index = 0.95, relative fit index = 0.93). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa knowledge, attitude, subjective norm, perceived need, dan PBC merupakan faktor-faktor yang memengaruhi intention pelanggan terhadap unnecessary caesarean section. Intervensi perlu dilakukan sejak triwulan pertama kehamilan untuk mendorong persalinan normal. Tahap kedua adalah penelitian kualitatif dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga peran pemangku kepentingan dalam mengelola intensi dan perilaku persalinan sesar yaitu Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, dan organisasi profesi. Di samping itu, terdapat lima penekanan yang pertama, wacana pentingnya waktu tunggu selama satu tahun bagi peserta sebelum mendapatkan pelayanan kehamilan dan persalinan. Kedua, Kementerian Kesehatan perlu memastikan patient safety kepada organisasi profesi terkait adanya jahitan model baru ketika peserta JKN menjalani persalinan sesar. Ketiga, belum adanya pedoman atau kriteria indikasi persalinan sesar sesuai indikasi medis dan belum adanya Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang merinci batasan persalinan sesar. Keempat, masih munculnya perdebatan hitungan angka rasio sesar di Indonesia. Kelima, pentingnya peran dokter dan bidan serta organisasi profesi dalam hal mengedukasi pasien ibu hamil atau ibu yang akan bersalin. Tahap ketiga adalah analisis kuantitatif dengan AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Knowledge dan perceived behavioural control merupakan prioritas penting dalam mengelola intensi pelanggan BPJS Kesehatan terhadap unnecessary caesarean section; 2) Kementerian Kesehatan (0,61) memiliki peran paling signifikan dalam mengelola intensi pelanggan BPJS Kesehatan terhadap unnecessary caesarean section, diikuti oleh BPJS Kesehatan (0,31); 3) Saluran komunikasi pemasaran dalam intensi pelanggan BPJS Kesehatan terhadap unnecessary caesarean section adalah melalui publikasi di media sosial dan iklan; 4) Strateginya adalah memprioritaskan dilakukan social marketing dalam mengelola intensi pelanggan BPJS Kesehatan terhadap unnecessary caesarean section. PBC terbukti mampu menurunkan intensi persalinan sesar, sehingga upaya penurunan unnecessary caesarean section dapat dilakukan dengan meningkatkan PBC. Pengelolaan intensi bersalin sesar perlu diarahkan untuk menurunkan unnecessary caesarean section dan mendorong behaviour persalinan normal. Intervensi pengelolaan intensi di masa mendatang perlu dilakukan social marketing kepada ibu hamil sejak usia kehamilan triwulan pertama, khususnya bagi ibu yang pertama kali hamil (primigravida), didampingi suami/teman/kerabat. Implikasi manajerial lainnya, BPJS Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi perlu menyusun pedoman dan regulasi terkait materi social marketing; Kementerian Kesehatan agar segera mengesahkan PNPK terkait indikasi medis persalinan sesar; dan organisasi profesi agar mengedukasi dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya khususnya terkait indikasi medis persalinan sesar dan meningkatkan persalinan normal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePemodelan Perilaku Pelanggan BPJS Kesehatan terhadap Metode Persalinan sebagai Upaya Penurunan Unnecessary Caesarean Sectionid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordintensi unnecessary caesarean sectionid
dc.subject.keywordpersepsi kontrol perilakuid
dc.subject.keywordpersepsi terhadap kebutuhanid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record