Analisis Metagenomik Profil Taksonomi dan Fungsional Komunitas Mikrob di Tempe
Date
2021Author
Yulandi, Adi
Suwanto, Antonius
Wahyudi, Aris Tri
Waturangi, Diana Elizabeth
Metadata
Show full item recordAbstract
Tempe adalah pangan fermentasi asli Indonesia dengan kacang kedelai
sebagai bahan bakunya. Tipe fermentasi yang terbuka pada produksi tempe
memungkinkan komunitas mikrob dari lingkungan bersama Rhizopus spp. sebagai
laru menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks kedelai menjadi senyawa
sederhana yang lebih mudah dicerna dan meningkatkan nilai nutrisinya Saat ini
terdapat sekitar 80.000 produsen tempe di Indonesia dan sebagian besar dalam
kategori produsen tradisional. Keragaman proses dan lingkungan kerja tersebut
berkontribusi pada variasi produk akhirnya.
Pengrajin tempe tradisional di kawasan Empang (EMP) dan Warung Jambu
(WJB) Bogor, Jawa Barat menggunakan prosedur perebusan kedelai yang berbeda
pada proses produksinya. Korelasi perbedaan prosedur tersebut terhadap profil
komunitas bakteri di ekologi mikrob kedua sampel tersebut telah diteliti
sebelumnya. Pengrajin tempe tradisional di desa Tempelan (DJT), kabupaten Blora,
provinsi Jawa Tengah hingga saat ini masih tetap mempertahankan penggunaan
daun tanaman jati sebagai bahan pembungkus dalam produksi tempe. Penelitian
baik profil taksonomi maupun fungsional dari komunitas bakteri pada ekologi
mikrob produk tempe bungkus daun jati hingga saat ini belum pernah dilakukan.
Analisis metagenomik shotgun (shotgun metagenomic) merupakan
pendekatan lain yang dapat dilakukan pada studi metagenomik dengan melakukan
sekuensing keseluruhan DNA metagenom yang telah difragmentasi. Metode ini
dapat memberikan informasi fungsional komunitas mikrob selain informasi profil
taksonomi pada suatu ekologi mikrob. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan
analisis metagenomik shotgun sampel dari dua pengrajin tempe tradisional di
Bogor, Jawa Barat (EMP dan WJB) dan tempe bungkus daun jati dari pengrajin
tempe tradisional di Blora Jawa tengah (DJT) untuk mengkarakterisasi profil
taksnomi dan fungsional komunitas mikrob ketiga sampel tersebut.
High-Troughput Sequencing (HTS) total DNA metagenom sampel tempe
menggunakan jasa NovogeneAIT Genomics Singapore Pte Ltd. Penyaringan raw
reads hasil HTS dengan kemiripan tinggi dengan urutan basa genom Rhizopus
menggunakan modul Read_QC di alur kerja MetaWRAP. Raw reads bebas
kontaminasi genom Rhizopus selanjutnya di analisis profil taksonomi dan
fungsional menggunakan alur kerja SqueezeMeta.
Profil taksonomi hasil analisis metagenomik shotgun menunjukkan
Proteobacteria, Firmicutes, Bacteroidetes dan Actinobacteria merupakan filum
dengan kelimpahan relatif tinggi di metagenom sampel tempe. Filum-filum tersebut
juga terkarakterisasi pada penelitian metagenomik amplikon berdasarkan markah
molekuler taksonomi gen 16S rRNA sebelumnya. Hasil analisis metagenomik
amplikon menunjukkan bahwa Firmicutes merupakan filum dengan kelimpahan
relatif tertinggi sedangkan penelitian ini menunjukkan Proteobacteria merupakan
filum dengan kelimpahan tertinggi. Analisis profil taksonomi hanya berdasarkan
markah gen 16S rRNA dapat menghasilkan bias dalam perhitungan kelimpahan
relatif komunitas bakteri pada suatu ekologi mikrob. Terdapat spesies bakteri yang
memiliki lebih dari satu salinan (copy number) gen tersebut. Pemilihan urutan basa
primer yang digunakan dan protokol amplifikasi menggunakan PCR dilaporkan
juga berkontribusi terjadinya bias analisis profil taksonomi.
Kelimpahan filum Bacteroidetes dan Actinobacteria pada sampel DJT relatif
tinggi dibandingkan dengan sampel EMP dan WJB. Tren tersebut belum pernah
dilaporkan pada penelitian profil taksonomi ekologi mikrob di tempe sebelumnya.
Karakteristik organoleptik produk tempe bungkus daun berbeda dengan tempe
bungkus daun pisang dan plastik. Asosiasi beberapa anggota filum Actinobacteria
dan Bacteroidetes khususnya dalam kontribusi terhadap sifat sensoris produk
pangan fermentasi telah diteliti sebelumnya.
Profil fungsional menunjukkan komunitas bakteri aktif mentranskripsi gen–
gen yang berhubungan dengan fungsi transpor dan transposase. Iron complex outer
membrane recepter protein (KEGG ID: K02014) merupakan protein yang relatif
paling tinggi tingkat transkripsinya pada ketiga metagenom sampel tempe.
Ketersediaan hayati (bioavailability) mineral seperti zat besi pada tempe dilaporkan
meningkat secara signifikan. Zat besi mempunyai peran esensial dalam
pertumbuhan bakteri. Iron complex outer membrane recepter protein berperan
dalam proses transpor pada sebagian besar spesies di filum Proteobacteria.
Transposase merupakan protein dengan tingkat ekspresi relatif tinggi yang sering
dijumpai pada analisis profil fungsional metagenom dari sampel lingkungan.
Transkripsi gen-gen pada grup: biosintesis cincin korin; dan sintesis akhir dan
perbaikan pada lintasan biosintesis de novo B12 di metagenom sampel EMP relatif
lebih tinggi dari sampel WJB dan DJT. Genus-genus dari filum Proteobacteria
relatif dominan mentranskripsi gen-gen tersebut. Telaah pustaka menunjukkan
bahwa kandungan vitamin B12 tempe EMP dua kali lebih tinggi dibanding tempe
WJB. Vitamin B12 mempunyai peran krusial pada beberapa proses pada lintasan
metabolisme baketeri. Beberapa organisme memiliki lintasan alternatif untuk
proses tersebut melalui gen yang berfungsi tanpa memerlukan vitamin B12 sebagai
kofaktor (B12-independent). Hasil perbandingan transkripsi gen-gen yang pada
kedua lintasan tersebut menunjukkan komunitas bakteri pada metegenom sampel
tempe cenderung menggunakan jalur alternatif pada lintasan metabolisme karbon
serta pada biosintesis metionina dan deoksiribonuklotida.
Analisis metagenomik shotgun memungkinkan untuk mendapatkan
metagenome-assembled genomes (MAGs) melalui proses binning. Jumlah MAG
yang dihasilkan alur kerja SqueezeMeta sebanyak 42 dengan sembilan diantaranya
sebagai “high quality MAGs”, MAG dengan tingkat kelengkapan di atas 90% dan
kontaminasi di bawah 10%. Hasil anotasi lebih lanjut menunjukkan 9 MAGs
memiliki kluster gen biosintesis de novo B12 baik melalui jalur aerobik maupun
anaerobik.