Show simple item record

dc.contributor.advisorNahrowi
dc.contributor.advisorJayanegara, Anuraga
dc.contributor.advisorMutia, Rita
dc.contributor.authorAndriani, Mira
dc.date.accessioned2021-10-04T07:14:34Z
dc.date.available2021-10-04T07:14:34Z
dc.date.issued2021-09
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109542
dc.description.abstractIndonesia adalah negara tropis yang memiliki biodiversitas aneka ragam buah khas yang tersebar di berbagai pulau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 produksi buah-buahan lokal di Indonesia sebesar ±22.517.670 Ton. Buahbuahan merupakan bahan pangan yang kaya akan antioksidan. Dari sekian banyak buah-buahan tropis yang belum begitu dikenal adalah buah matoa (Pometia pinnata spp.). Pemanfaatan tepung kulit buah matoa berpotensi sebagai sumber fenol dalam pakan ternak. Sejauh ini, belum ada dilakukan penelitian potensi kulit buah matoa sebagai sumber antioksidan alami (fenol) dalam ransum broiler. Beberapa bahan aktif dapat rusak dalam penanganannya pada suhu tinggi, seperti senyawa flavonoid (fenol) memiliki suhu optimal 0oC – 65oC. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik melakukan penelitian selanjutnya bagaimana pengaruh suhu oven pada pengeringan kulit matoa (Pometia pinnata spp.) sebagai sumber antioksidan alami (fenol) serta pengguanaannya didalam ransum ayam broiler yang dapat mengikat radikal bebas dan menghambat kerusakan sel didalam tubuh ternak selama ayam mengalami stress panas di lingkungan tropis juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. Perlakuan pengeringan kulit matoa dilakukan dengan pengeringan freeze drying/control (P0) dan pengeringan suhu oven 50oC (P1), 60oC (P2), dan 70oC (P3). Peubah yang diamati adalah karakteristik kandungan kimia, aktivitas antioksidan (IC50), MDA, dan fenol. Hasil uji skrining fitokimia kualitatif pada kulit matoa menunjukkan hasil yang negatif atau tidak terdapat kandungan alkaloid, quinon, steroid, triterpenoid dan positif (terdapat) mengandung flavonoid, tanin dan saponin. Hasil menunjukkan bahwa suhu pengeringan memiliki pengaruh yang nyata terhadap karakteristik kimia kandungan air dan IC50. Pengeringan kulit matoa terbaik pada perlakuan P1 (50oC) yaitu kandungan air 9,47%±0,14%; kadar abu 3,74%±0,07%; protein kasar 4,89%±0,03%; lemak kasar 0,46%±0,04%; serat kasar 34,42%±2,16%; IC50 sebesar 20,70±0,85b (ppm), MDA sebesar 12,85±1,49 (µg/g), dan kandungan fenol sebesar 0,85±0,23 (% b/b). Hasil tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan kulit buah matoa berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber antioksidan (fenol) dalam ransum ternak unggas. Hasil penggunaan tepung kulit matoa (pengeringan suhu 50oC) dalam ransum dengan level perlakuan 0,25%(R1), 0,50%(R2), dan 0,75%(R3), sedangkan untuk R0 atau control (0%) tanpa kulit matoa. Peubah yang diamati adalah performa, kualitas karkas, organ dalam, dan diferensiasi leukosit. Performa ayam broiler dengan penggunaan tepung kulit matoa pada level 0,25%, 0,50%, dan 0,75% dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan penelitian (g/ekor/hari). Namun, pertambahan bobot badan dan konversi, level penggunaan tepung kulit matoa yang diberikan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hasil ini menyimpulkan bahwa penggunaan tepung kulit matoa dapat meningkatkan efisiensi pakan yang ditunjukkan dengan tidak berpengaruhnya pertambahan bobot badan dan nilai FCR. Begitu pula, penggunaantepung kulit matoa dalam ransum broiler juga tidak berpengaruh terhadap kualitas karkas dan organ dalam ayam broiler. Kesimpulannya, penggunaan tepung kulit matoa hingga 0,75% di dalam ransum broiler aman untuk diaplikasikan tanpa mengurangi produktivitasnya dan aman untuk diaplikasikan dalam ransum broiler serta tidak mengganggu perkembangan dan fungsi saluran pencernaan. Penggunaan tepung kulit matoa dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap leukosit, heterofil, limfosit dan H:L. Penggunaan tepung kulit matoa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap monosit, dimana pada perlakuan R0 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan R2 dan R3, tetapi berbeda nyata terhadap R1. Meskipun monosit menunjukkan berbeda nyata, tetapi kisaran monosit masih dalam kisaran normal. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing perlakuan mengalami stress. Kesimpulannya, diferensiasi leukosit darah broiler pada penelitian ini mengindikasikan bahwa broiler pada semua perlakuan dalam keadaan sehat dan tidak sedang terinfeksi penyakit akut, namun pada beberapa perlakuan mengalami stress.id
dc.description.sponsorshipBeasiswa BPPDNid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePotensi Penggunaan Kulit Matoa (Pometia pinnata spp.) sebagai Sumber Fenol untuk Meningkatkan Produktivitas Ayam Broiler di Lingkungan Tropisid
dc.title.alternativeThe Potential Usage of Matoa Peel Meal (Pometia pinnata spp.) as a Phenols Source to Increase Broilers Productivity in the Tropical Environmentsid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAyam Broilerid
dc.subject.keywordFenolid
dc.subject.keywordMatoaid
dc.subject.keywordProduktivitasid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record