Show simple item record

dc.contributor.advisorSitanggang, Imas Sukaesih
dc.contributor.advisorSyaufina, Lailan
dc.contributor.authorAziz, Syarfi
dc.date.accessioned2021-09-27T10:08:49Z
dc.date.available2021-09-27T10:08:49Z
dc.date.issued2021-09-23
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109411
dc.description.abstractKelestarian hutan sangat penting untuk dijaga karena hutan merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup yang berada di dalam dan disekitarnya. Bencana karhutla adalah salah satu persoalan lingkungan yang belum terselesaikan sampai saat ini. Salah satu kegiatan pengendalian karhutla adalah deteksi dini dengan pemantauan dan pengecekan lapangan titik panas. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) memprioritaskan pengecekan titik panas yang menggerombol (membentuk cluster) yang ditumpang susun dengan data citra satelit yang terindikasi asap, dan titik panas yang terjadi berulang kali minimal 3 hari berturut-turut. Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi sebaran titik panas dalam cluster yang direkomendasikan sebagai prioritas titik panas untuk diperiksa di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cluster titik panas MODIS dan VIIRS tahun 2020 menggunakan Spatio Temporal Density Based Clustering (ST-DBSCAN) dan memverifikasi cluster titik panas menggunakan citra MCD64A1 tahun 2020. Data titik panas adalah data titik panas Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) dan data titik panas Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) yang diperoleh dari Fire Information for Resource Management System (FIRMS) National Aeronautics and Space Administration (NASA). Data titik panas yang digunakan adalah wilayah Sumatera. Selanjutnya dilakukan pembentukan cluster menggunakan algoritme ST-DBSCAN dengan parameter Eps1, Eps2 dan MinPts. Eps1 merupakan radius maksimum ketetanggaan titik panas yaitu 1,1 km. Eps2 merupakan radius maksimum aspek temporal titik panas yaitu 5 hari. MinPts merupakan jumlah minimum titik panas dalam area ketetanggaan dalam radius Eps1 dan Eps2. Setelah didapatkan hasil cluster titik panas dilakukan verifikasi menggunakan citra MCD64A1. Titik panas dalam cluster diverifikasi menggunakan citra MCD64A1 dengan buffer 500 meter dan 1000 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa titik panas MODIS yang membentuk cluster sebesar 17,15% dan titik panas VIIRS sebesar 27,68% dari total titik panas. Hasil verifikasi dengan citra MCD64A1 menunjukan bahwa pada titik panas MODIS, 60,26% titik panas berada pada area terbakar yang diwakili oleh citra MCD64A1 dengan radius 500 meter dan 71,82% titik panas berada pada area terbakar dengan radius 1000 meter. Untuk titik panas VIIRS, sekitar 50,31% titik panas berada pada area terbakar yang diwakili oleh citra MCD64A1 dengan radius 500 meter dan 58,60% titik panas berada pada area terbakar dengan radius 1000 meter. Verifikasi titik panas dalam cluster menghasilkan lebih dari 50% titik panas berada disekitar area kebakaran yang menunjukan titik panas yang berpotensi menjadi titik api. Titik panas hasil verifikasi tersebut menjadi prioritas dalam kegiatan ground check. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan dalam deteksi dini karhutla di wilayah Sumateraid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleVerifikasi Pola Cluster Spatio-Temporal Titik Panas Menggunakan Citra MCD64A1id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordClusterid
dc.subject.keywordKarhutlaid
dc.subject.keywordMCD64A1id
dc.subject.keywordST-DBSCANid
dc.subject.keywordTitik Panasid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record