Survei dan Deteksi Penyakit Bercak Bercincin pada Pepaya di Sumatera Utara

Abstract

Penyakit bercak bercincin merupakan salah satu penyakit penting pada pepaya yang disebabkan oleh Papaya ringspot virus (PRSV). Insidensi penyakit yang disebabkan infeksi PRSV pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 2012 di Nanggroe Aceh Darussalam dan sejak saat itu diketahui telah menyebar ke beberapa daerah di Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini bertujuan mengetahui insidensi penyakit bercak bercincin dan mengidentifikasi strain PRSV penyebab penyakit bercak bercincin tersebut. Pengamatan lapangan, wawancara petani, dan pengambilan sampel dilakukan di 2 lokasi, yaitu di Desa Namorih, Kabupaten Deli Serdang dan Kelurahan Bhakti Karya, Kota Binjai. Sampel daun, tangkai daun, dan buah yang diambil dari tanaman sakit di lapangan dibawa ke laboratorium untuk deteksi PRSV menggunakan metode DAS-ELISA dan RT-PCR yang dilanjutkan dengan analisis sekuens nukleotida. Variasi gejala yang teramati di lapangan berupa mosaik dan malformasi pada daun, mosaik bergaris pada tangkai daun, dan bercak bercincin pada buah. Insidensi penyakit mencapai 51,82% hingga 73,49%. Indikasi infeksi PRSV pertama kali ditunjukkan dengan reaksi positif sampel terhadap antibodi PRSV. Selanjutnya, infeksi PRSV terkonfirmasi melalui teramplifikasinya fragmen DNA spesifik PRSV. Analisis sekuens nukleotida juga menunjukkan bahwa isolat-isolat asal Sumatera Utara memiliki homologi yang tinggi (92,5-98,9%) terhadap isolat PRSV-P asal Genbank.

Ringspot disease is one of the important diseases in papaya caused by Papaya ringspot virus (PRSV). Incidence of PRSV infection was first reported in Indonesia in 2012 in Nanggroe Aceh Darussalam and since then it has spread out to several regions in Sumatera, Java, Bali, and West Nusa Tenggara. This study aimed to determine the incidence of ringspot disease and identify the PRSV strain that caused the ringspot disease. Field observations, farmers interview, and samples collection was carried out in 2 locations, i.e. Namorih Village, Deli Serdang Regency and Bhakti Karya Village, Binjai City. Field samples of leaves, petioles, and fruit taken from diseased plants were brought to the laboratory for PRSV detection using DAS-ELISA and RT-PCR methods followed by DNA sequencing. Symptom variation was observed in the field involving mosaic and malformation of the leaves, striped mosaic on the petioles, and ringspot on the fruits. Disease incidence reached 51.82% to 73.49%. Infection of PRSV was first indicated by positive reaction of the samples to PRSV antibody. Furthermore, amplification of specific DNA fragment confirmed PRSV infection. Sequence analysis showed that the isolates from North Sumatra has high homology (92.5- 98.9%) to PRSV-P isolates from Genbank accession.