Show simple item record

dc.contributor.advisorMardiastuti, Ani
dc.contributor.advisorRahman, Dede Aulia
dc.contributor.authorZahro, Yulia Raudhatul Balaqis
dc.date.accessioned2021-08-17T23:59:31Z
dc.date.available2021-08-17T23:59:31Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108524
dc.descriptionMohon untuk ditunda penerbitan skripsi milik saya, karena akan berencana untuk menerbitkan topik skripsi ini dalam bentuk jurnal dalam waktu dekat sekitar hingga bulan Desember 2021.id
dc.description.abstractOrangutan Kalimantan (Pongo pygameus wurmbii) adalah primata besar Asia berstatus ‘Dalam Bahaya Kritis’. Reintroduksi dilakukan untuk menekan penurunan populasi mereka di alam. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari-April 2021 di Suaka Margasatwa Lamandau bertujuan mengidentifikasi perbedaan perilaku di feeding site dan hutan alam, komposisi dan preferensi pakan tambahan dan alami orangutan kalimantan reintroduksi. Sebanyak empat kategori dari enam individu berbeda telah teramati selama 219 jam. Kedatangan orangutan ke feeding site secara nyata (P = 1 > α = 0,05) tidak dipengaruhi oleh pemberian pakan tambahan, sehingga aktivitas harian di hutan alamlebih besar. Aktvitas harian tertinggi yang dilakukan berturut-turut adalah makan, istirahat, dan berpindah. Komposisi pakan tambahan yang diberikan dalam bentuk buah berupa pisang (Musa spp.) dan pepaya (Carica papaya). Komposisi pakan alami tertinggi orangutan dari jenis-jenis tumbuhan adalah buah (51%), daun muda 25%, dan bagian tumbuhan lainnya (15%). Jenis pakan yang termasuk kategori sangat disukai adalah papung (Sandoricum emarginatum) sebesar 0,73, dan kumpang darah (Knema conferta) sebesar 0,66. Kategori lainnya yaitu sembilan jenis tumbuhan ‘Disukai’, tujuh jenis tumbuhan ‘Kurang Disukai’, 16 jenis tumbuhan ‘Tidak Disukai’, dan delapan jenis tumbuhan ‘Tidak Dikategorikan’.id
dc.description.abstractThe Bornean orangutan (Pongo pygameus wurmbii) is a 'Critically Endangered' large Asian primate. Reintroduction had been implementing to suppress their population decline in the wild. The research was conducted in February-April 2021 at Lamandau Nature Sanctuary, aimed to identify differences in behaviour at the feeding site and natural forest, composition and preferences for additional and nature feed for Bornean orangutan reintroduced. A total of six different individuals with four categories had observed for 219 hours. The arrival of orangutans to the feeding site significantly (P = 1 > = 0,05) was not affected by additional feeding, so daily activities in natural forestswere longer. The highest daily activities performed consecutively were eating, resting, and moving. The composition of the supplementary feed had given in the form of fruit in the form of banana (Musa spp.) and papaya (Carica papaya). The highest composition of natural food for orangutans from plant species is fruit (51%), young leaves 25%, and other plant parts (15%). Types of feed which included in the category of 'Highly Favoured' were papung (Sandoricum ermarginatum) of 0,73 and kumpang darah (Knema conferta) of 0,66. Other categories are nine plant species 'Preferred', seven plant species 'Less Like', 16 plant species 'Disliked', and eight plant species 'Not Categorized'.id
dc.description.sponsorshipOrangutan Foundation United Kingdom (OF-UK)id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerilaku dan Pakan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) Reintroduksi di Feeding Site dan Hutan Suaka Margasatwa Lamandauid
dc.title.alternativeBehavior and Food of Reintroduced Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) at Feeding Site and Forest Area in Lamandau Wildlife Sanctuaryid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBornean orangutanid
dc.subject.keyworddaily activitiesid
dc.subject.keywordfeed preferencesid
dc.subject.keywordfeeding siteid
dc.subject.keywordLamandau nature sanctuaryid
dc.subject.keywordreintroductionid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record