dc.description.abstract | Peningkatan kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) dapat berperan besar
dalam perekonomian Indonesia. Persentase perempuan yang menjadi pengusaha di
sektor industri cukup besar dan mendorong perkembangan mereka menjadi sangat
penting. Kerentanan usaha dan ekonomi menyebabkan IMK menghadapi berbagai
masalah, di antaranya adalah permasalahan untuk mendapatkan modal dan
membayar upah. Bagi perempuan pengusaha industri mikro dan kecil (PPMK)
usaha yang cenderung mikro dan ketidak-pemilikan aset tetap menjadikan hanya
sedikit PPMK yang berminat untuk meminjam.
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk membantu IMK berkembang,
termasuk kebijakan permodalan, antara lain Kredit Usaha Rakyat (KUR)
bersubsidi. Akan tetapi, skema kredit inipun kurang diminati terutama oleh PPMK.
Menggunakan data Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) BPS tahun 2014 dan
2015 yang diolah dengan propensity score matching, terlihat adanya ketimpangan
pinjaman formal antara laki-laki dan perempuan. Dengan sumber daya,
karakteristik pengusaha dan usahanya yang mendekati sama, probabilitas PPMK
untuk mengajukan kredit lebih rendah daripada laki-laki. PPMK dengan
karakteristik usaha yang rentan enggan untuk meminjam ke bank. Analisis faktorfaktor
yang memengaruhi kerentanan usaha, aplikasi dan diterimanya kredit
Perempuan Pengusaha Mikro dan Kecil menggunakan model persamaan logit
menunjukkan bahwa: (1) kerentanan usaha dipengaruhi oleh karakteristik usaha
yaitu kemampuan membayar upah tenaga kerja sewa, aset tetap, uang tunai, dan
pendapatan usaha serta karakteristik demografi, (2) perempuan pengusaha baik
Mikro maupun Kecil yang melakukan aplikasi dan kreditnya diterima dipengaruhi
oleh jumlah pendapatan usaha, aset tetap dan uang tunai serta dummy skala usaha,
dan (3) usaha kecil dengan jumlah pendapatan, aset tetap dan upah yang lebih
tinggi memiliki peluang mendapatkan kredit perbankan lebih besar dibandingkan
dengan usaha mikro.
Analisis ekonomi rumahtangga semua keputusan dibuat oleh rumahtangga.
Dalam ekonomi rumahtangga PPMK, keputusan alokasi waktu kerja, produksi dan
pengeluaran saling terkait. Untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang
memengaruhi alokasi waktu, penerimaan, pengeluaran dan kredit rumahtangga
perempuan pengusaha mikro dan kecil, dan (2) dampak perubahan upah kerja,
kredit, alokasi waktu kerja dan produktivitas tenaga kerja terhadap kesejahteraan
dan kerentanan rumahtangga PPMK di Kabupaten Bogor dan Kota Depok dibangun
model ekonomi rumahtangga PPMK dalam bentuk sistem persamaan simultan.
Model ekonometrika terdiri dari 4 blok, yaitu (1) blok curahan waktu dan tenaga
kerja, (2) blok biaya usaha dan pendapatan rumahtangga, (3) blok pengeluaran
rumahtangga, dan (4) blok tabungan dan pinjaman PPMK.
Hasil estimasi model ekonomi rumahtangga PPMK cukup baik ditunjukkan
oleh kriteria ekonomi dan statistik. Faktor-faktor yang memengaruhi adalah
v
curahan waktu kerja pemilik di usaha utama berpengaruh negatif sedangkan total
pendapatan rumahtangga berpengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja
sewa laki-laki. Curahan waktu kerja suami berpengaruh negatif sedangkan
pendapatan total rumahtangga berpengaruh positif terhadap penggunaan tenaga
kerja sewa perempuan.
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan akses kredit, peningkatan
curahan tenaga kerja pemilik di usaha lain, peningkatan curahan tenaga kerja suami
di usaha lain, peningkatan curahan tenaga kerja pemilik di profesi, peningkatan
curahan tenaga kerja suami di profesi, dan peningkatan produktivitas berdampak
secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan dan penuruan pada
rasio kerentanan ekonomi rumahtangga PPMK.
Kerentanan usaha maupun kerentanan ekonomi menyebabkan PPMK tidak
tertarik untuk mengambil kredit dari perbankan, meskipun kredit dapat membantu
PPMK membayar upah dan mengembangkan usahanya. Simulasi kebijakan pada
peningkatan kredit berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
serta penurunan rasio kerentanan rumahtangga PPMK. Namun, perubahan faktor
internal seperti peningkatan alokasi waktu kerja di usaha lain dan profesi juga dapat
mendorong peningkatan rasio kerentanan dan kesejahteraan rumahtangga PPMK.
Salah satu simulasi yang terbaik adalah ketika terjadi peningkatan upah tenaga kerja
sewa sewa dikombinasikan dengan peningkatan kredit yang diambil oleh PPMK,
hasilnya adalah peningkatan pengeluaran dan rasio kerentanan. Selain itu jika
kebijakan kredit tidak diubah, peningkatan produktivitas pemilik, suami serta
tenaga kerja laki-laki juga dapat meningkatkan pengeluaran total rumahtangga
PPMK dan rasio kerentanan ekonomi. Simulasi peningkatan upah tenaga kerja sewa
dan produktivitas pemilik menunjukkan, ketika terjadi peningkatan upah, maka
peningkatan produktivitas pemilik menjadi kunci utama mengembangkan usaha,
meningkatkan rasio kerentanan yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan rumahtangga PPMK.
Sesuai simulasi di atas untuk meningkatkan kesejahteraan serta menurunkan
kerentanan rumahtangga PPMK, pemerintah disarankan meningkatkan bantuan
modal yang lebih ramah perempuan dan pelatihan untuk mendorong keahlian
PPMK dan meningkatkan produktivitasnya. Data kredit bersubsidi pemerintah dan
penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa pinjaman perbankan oleh IMK tidak
dipengaruhi tingkat bunga, dengan demikian alokasi subsidi bunga diharapkan
dapat digunakan untuk menambah bantuan pelatihan, baik yang dilakukan oleh
Dinas-dinas maupun oleh lembaga swadaya masyarakat. Selain itu meningkatkan
kesempatan kerja pemilik dan suami di luar usaha utama juga dapat menjadi solusi
bagi peningkatan kesejahteraan dan penurunan kerentanan ekonomi rumahtangga
PPMK. | id |