Flavonoid dan Kombinasi Ekstrak Silase Berbasis Daun Herbal sebagai Alternatif Antibiotik pada Broiler dan Layer
Date
2021Author
Prihambodo, Tri Rachmanto
Nahrowi
Jayanegara, Anuraga
Batubara, Irmanida
Utomo, Desianto Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Hanjuang (Dracaena fragrans), mangkokan (Polyscias scutellaria), insulin (Tithonia diversifolia) dan daruju (Hippobroma longifora) merupakan daun herbal terpilih berdasarkan kemampuannya sebagai antibakteri. Fitokimia yang terkandung di dalam daun herbal seperti fenol dan flavonoid ini vital diperlukan sebagai pengganti antibiotik yang telah dilarang penggunaannya sejak Januari 2018. Namun kemampuannya masih bisa dimaksimalkan kembali dengan perlakuan fermentasi anaerob yang dikombinasikan dengan tanaman jagung. Kombinasi tanaman jagung dan daun herbal merupakan produk alami tanpa memberikan efek negatif. Perlu diperhatikan bahan yang berasal dari alam perlu distandarisasi guna memberikan efek yang sama apabila diduplikasikan.
Salah satu kandungan fitokimia yakni flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder terbesar yang ada di tanaman. Beberapa penelitian telah dilaporkan kemampuannya terhadap broiler dan layer dan menghasilkan variasi hasil. Hal ini perlu disimpulkan secara komprehensif berdasarkan beberapa literatur yang dikumpulkan dan dievaluasi melalui pendekatan meta analisis. Penelitian kali ini memiliki kebaharuan diantaranya mendapatkan formula kombinasi daun herbal dan tanaman jagung, mendapatkan informasi efek sinergis pada kombinasi daun herbal dan tanaman jagung, menghasilkan ekstrak silase berbasis daun herbal sebagai senyawa antibakteri pada Escherichia coli dan mendapatkan rekomendasi dosis level flavonoid terbaik pada broiler dan layer.
Penelitian tahap pertama dilakukan untuk memperkuat dasar teoritis penggunaan bahan baku tanaman jagung dan daun herbal guna menghasilkan silase. Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat (bahan kering, bahan organik dan protein kasar), kandungan water soluble carbohydrate (WSC) dan kandungan fenol serta flavonoid pada masing-masing bahan baku dan kombinasi berdasarkan formula. Analisis deskriptif digunakan untuk membahas hasil yang ditampilkan. Hasil tahap ini melaporkan adanya variasi hasil parameter yang diujikan pada bahan baku. Nilai tertinggi pada bahan kering, bahan organik, protein kasar, kandungan WSC, kandungan fitokimia pada kombinasi daun herbal dan tanaman jagung secara berurutan yaitu jagung + daruju, jagung + insulin, jagung + insulin, tanaman jagung dan jagung + hanjuang.
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mendapatkan ekstrak silase terbaik sebagai antibakteri berdasarkan evaluasi karakteristik, kandungan dan hubungannya melawan bakteri Escherichia coli. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan standar penggunaan ekstrak silase berbasis daun herbal berdasarkan kandungan fenol dan flavonoid, kandungan asam organik (asam asetat, asam propionat dan asam butirat), total bakteri asam laktat dan dosis minimal menghambat (MIC) dan membunuh (MBC) bakteri Escherichia coli dengan memperhatikan kualitas silase dan ekstrak silase secara organoleptic. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil yang tersedia kecuali analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara kandungan ekstrak silase & bahan baku dengan kemampuan antibakteri yang ditunjukan dengan hasil MIC dan MBC. Ekstrak silase hanjuang dengan umur panen 10 hari merupakan ekstrak silase terbaik berdasarkan kemampuannya menghambat bakteri dengan dosis MIC 1,56 % (v/v) dan MBC 3,12 % (v/v). Penghambatan ini didasari pada kandungan asam organik, kandungan fenol dan flavonoid serta populasi bakteri asam laktat. Hasil analisis regresi menunjukan untuk menghasilkan dosis 1,56 % pada ekstrak silase hanjuang, ekstrak silase hanjuang harus mengandung 0,08 g/kg fenol dan 0,01 g/kg flavonoid.
Penelitian tahap ketiga sampai dengan kelima merupakan evaluasi penggunaan flavonoid terhadap ternak uji melalui pendekatan meta analisis. Meta analisis dipilih karena merupakan suatu metode analisis statistic dengan menggunakan beberapa literatur ilmiah dimana seluruh faktor dihitung termasuk nilai ketidakpastian dari estimasi persamaannya. Seluruh literatur yang sudah ditentukan persyaratannya dievaluasi dan dianalisis menggunakan mix model methodology. Tahap ketiga menggunakan 60 buah literatur dan dipilih menjadi 42 literatur untuk dianalisis lebih lanjut mengenai kemampuan flavonoid dalam bentuk ekstrak maupun tepung. Hasil analisis menunjukan efek flavonoid secara nyata lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan bentuk tepung berdasarkan peningkatan pertambahan bobot badan dikarenakan peningkatan penyerapan karena ekstrak flavonoid meningkatkan panjang vili.
Literatur pada tahap ketiga digunakan kembali pada tahap keempat untuk mengevaluasi kemampuan berbagai bentuk flavonoid terhadap performa dan morfologi saluran pencernaan mengevaluasi efektivitas flavonoid terbaik terhadap performa, profil saluran pencernaan, profil lipid dan darah serta karakteristik pada ayam broiler. Parameter yang diukur berupa performa ayam broiler (pertambahan bobot badan, mortalitas, konsumsi pakan, feed conversion rate (FCR) dan mortalitas pada masing-masing fase pertumbuhan), profil saluran pencernaan (panjang vili, kedalaman kripta dan rasio vili dan kripta, pada duodenum, jejenum dan ileum), profil lipid (glukosa, trigliserida, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), kolesterol, malondialdehid dan superoxide dismutase) dan kapasitas karkas. Hasil meta analisis menunjukkan berdasarkan FCR yang dihasilkan, penambahan flavonoid sebesar 1,2 g/kg pada fase starter, 9,3 g/kg pada fase finisher dan 1,3 g/kg pada fase total meningkatkan kualitas telur, menurunkan kandungan kolesterol dan meningkatkan kekebalan tubuh ayam dengan peningkatan superoxide dismutase tanpa mempengaruhi hen housed production ayam petelur
Tujuan tahap kelima adalah mengevaluasi efektivitas flavonoid terbaik terhadap performa, kualitas telur, profil lipid dan profil stres oksidatif pada ayam petelur. Kandungan fenol sebesar 0,08 g/g dan flavonoid 0,01 g/kg mampu menghambat dan membunuh bakteri dengan dosis 1,56-3,12%. Penggunaan flavonoid sebagai pakan aditif lebih optimal pemberiannya dalam bentuk ekstrak. Pemberian flavonoid 8,2 g/kg dalam pakan ayam broiler dan 21,08 g/kg ayam petelur mampu meningkatkan performa seperti bobot badan, efisiensi pakan dan meningkatkan kualitas produk
Collections
- DT - Animal Science [343]