Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) dan Kumis Kucing (Orthosipon aristatus (Blume) Miq.) pada Hewan Model Nefrolitiasis: Studi In Silico, In Vitro dan In Vivo
View/ Open
Date
2019Author
Purwono, Rini Madyastuti
Wientarsih, Ietje
Widodo, Setyo
Purwaningsih, Erni H
Harlina, Eva
Metadata
Show full item recordAbstract
Nefrolitiasis adalah proses terbentuknya inti kristal di dalam ginjal yang
dapat berkembang menjadi batu ginjal (urolith) dalam jangka waktu lama. Kejadian
urolitiasis kalsium oksalat pada hewan kecil anjing dan kucing secara berurutan
sebanyak 43 % dan 70.4 %. Tingkat keterulangan urolitiasis kalsium oksalat sekitar
48-57 % dalam 3 tahun pada anjing, sedangkan pada kucing sekitar 6.8% dalam 2
tahun. Pada manusia, tingkat keterulangan kasus urolitiasis pasca pengangkatan
batu ginjal pertama sangat tinggi, yaitu 70-81 % pada laki-laki dan 47-60 % pada
perempuan Tingkat keterulangan yang cukup tinggi menjadi masalah serius bagi
penderita batu ginjal sehingga perlu dicarikan solusi yang efektif.
Pencegahan kasus nefrolitiasis baik secara empiris maupun penelitian sudah
mulai banyak menggunakan tanaman obat yang memiliki aktivitas antinefrolitiasis
untuk mencari solusi yang efektif dalam mencegah keterulangan. Penanganan kasus
nefrolitiasis pada hewan khususnya anjing dan kucing sampai saat ini tidak
menggunakan kombinasi tanaman obat karena masih melakukan tindakan
invasif/operasi. Tanaman obat yang biasa digunakan secara empiris adalah
kombinasi dari keji beling dan kumis kucing. Pada penelitian ini akan digunakan
kombinasi tanaman obat daun alpukat dan kumis kucing sebagai antinefrolitiasis.
Selanjutnya dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi dasar untuk
pembuatan sediaan vet label terutama untuk anjing dan kucing.
Penelitian yang menggunakan kombinasi daun alpukat dan kumis kucing
sebagai obat antinefrolitiasis ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu in silico, in vitro,
dan in vivo. Senyawa penanda daun alpukat diwakili oleh kuersetin, sedangkan
kumis kucing diwakili oleh sinensetin. Hasil konfirmasi senyawa penanda
menggunanakan High Performance Liquid ChromatograpHy (HPLC), diperoleh
waktu retensi puncak daun alpukat adalah 11.730 menit (standar kuersetin 11.727
menit) dan waku retensi puncak kumis kucing adaah 5.717 menit (standar
sinensetin 5.736 menit). Puncak retensi yang terjadi pada sampel yang mendekati
standar, baik pada sampel ekstrak daun alpukat maupun kumis kucing, cukup
meyakinkan bahwa sampel daun alpukat mengandung kuersetin sebagai senyawa
penanda dan ekstrak kumis kucing mengandung sinensetin sebagai senyawa
penanda.
Studi in silico dilakukan untuk menentukan mekanisme penghambatan
kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan kumis kucing dalam mencegah
nefrolitiasis. Hasil simulasi molekular doking menggunakan ligan uji kuersetin dan
sinensetin menunjukkan ligan uji mampu menempati reseptor glikolat oksidase.
Glikolat oksidase merupakan enzim yang berperan dalam membentuk kondisi
hiperoksaluria. Enzim ini mengoksidasi asam glikolat menjadi asam oksalat di hati.
Energi afinitas kuersetin (-8.2 kcal/mol) dan sinensetin (-7.5 kcal/mol) lebih negatif
dibandingkan inhibitor alamiahnya yaitu 4-carboxy-5-dodecylsulfanyl-1,2,3-
triazole (CDST) sebesar -6.9 kcal/mol, sehingga mampu berperan sebagai inhibitor
pada enzim glikolat oksidase. Analisis ligan dengan metoda Lipinski menunjukkan
sinensetin lebih stabil apabila diberikan peroral.
Pada pengujian in vitro adalah pengujian kombinasi ekstrak dengan
berbagai rasio dosis untuk melarutkan kristal kalsium oksalat sintesis dalam larutan
urin buatan. Pengujian in vitro dibagi dalam 11 kelompok perlakuan yaitu kontrol
negatif (KN), kontrol positif (KP), ekstrak daun alpukat (DA), ekstrak kumis kucing
(KK) dan berbagai rasio kombinasi esktrak daun alpukat dan kumis kucing (1:1,
1:3, 3:1, 2:3, 3:2, 1:4, 4:1). Pada pengujian ini dilakukan pengukuran kadar ion
kalsium yang terurai dari garam kalsium oksalat dengan spektrofometer serapan
atom. Kelompok kombinasi daun alpukat 6 000 ppm dan kumis kucing 20 000
ppm dengan r a s io (1 :4) mampu memberikan daya larut terbaik dengan kadar
kalsium ion paling tinggi di dalam larutan urin sintetis.
Pada pengujian in vivo dilakukan pemberian ekstrak etanol kombinasi daun
alpukat dan kumis kucing dengan variasi dosis pada hewan coba tikus yang
diinduksi nefrolitiasis. Sebanyak 35 ekor tikus dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
kelompok normal (tanpa perlakuan), kontrol negatif (induksi etilen glikol), kontrol
positif (sediaan komersil), kelompok yang diberi ekstrak daun alpukat dosis 300
mg/kgBB, ekstrak daun kumis kucing dosis 250 mg/kgBB, kombinasi dosis 1
(ekstrak daun alpukat 300 mg/kgBB+ekstrak kumis kucing 250 mg/kgBB) dan
kombinasi dosis 2 (ekstrak daun alpukat 600 mg/kgBB+ekstrak kumis kucing 500
mg/kgBB). Hasil terbaik ditunjukkan oleh kelompok kombinasi dosis 1 yang
mampu menghambat pembentukan kristal kalsium oksalat pada tikus induksi
nefrolitiasis melalui mekanisme peningkatan laju filtrasi glomerulus, menjaga
keseimbangan faktor litogenik dalam urin dan menekan kerusakan epitel tubulus
melalui aktivitas antioksidan. Pada pengamatan imunohistokimia, ekspresi protein
osteopontin (OPN) yang mengalami downregulasi pada kelompok kombinasi 1
ditunjukkan dengan intensitas warna coklat pada sel-sel yang positif OPN.
Collections
- DT - Veterinary Science [283]