Show simple item record

dc.contributor.advisorNasrullah, Nizar
dc.contributor.advisorSulistyantara, Bambang
dc.contributor.authorLiong, Ardy Sugiarto
dc.date.accessioned2021-07-27T12:06:14Z
dc.date.available2021-07-27T12:06:14Z
dc.date.issued2021-07-27
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107869
dc.description.abstractPeningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan berpengaruh pada pembangunan di perkotaan, mengakibatkan perubahan pada penggunaan lahan dan perubahan fungsi lahan. Akibatnya ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Makassar mengalami penurunan dan tidak sebanding dengan pembangunan yang terjadi. Salah satu isu lingkungan yang sering terjadi di wilayah perkotaan adalah Urban Heat Island (UHI) yaitu peningkatan suhu udara wilayah perkotaan dibandingkan dengan wilayah perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan suhu permukaan dan distribusi suhu permukaan di Kota Makassar pada tahun 1999, 2009, dan 2019, melakukan analisis intensitas UHI di Kota Makassar dan membandingkan secara spasial dan menyusun rencana ruang terbuka hijau untuk mengurangi fenomena UHI. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada bulan September 2019 hingga September 2020. Metode yang digunakan adalah metode perencanaan Simonds yang terdiri dari tahap persiapan, research/pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan. Pada tahap pengumpulan data, digunakan analisis spasial sebagai metode dalam pengumpulan data dengan menggunakan Citra Landsat ETM+ 7 dan Landsat 8 OLI path 114-row 64 dari United States Geological Survey (USGS). Berdasarkan hasil analisis perubahan tutupan lahan di Kota Makassar dalam 20 tahun, terjadi penurunan pada beberapa tutupan lahan yaitu badan air sebesar 0.9%, lahan terbuka sebesar 5.9% dan lahan bervegetasi sebesar 8.6%, sedangkan lahan terbangun mengalami peningkatan sebanyak 13.1%. Terjadi peningkatan nilai rerata land surface temperature (LST) di Kota Makassar sebesar 0.39°C, dengan distribusi suhu pada kelas 30-32°C dan 32-34°C mengalami peningkatan dalam luas, sedangkan untuk rentang 24-26°C, 26-28°C dan 28-30°C mengalami penurunan luasan distribusi LST. Hasil analisis regresi antara luas RTH dan suhu udara di Kota Makassar diperoleh hasil regresi Y=35.17 – 0.30X dengan R2 = 0.27, hubungan luas RTH dengan kelembaban udara yaitu Y = 33.41 + 0.52x dengan nilai R2 = 0.06 dan hubungan antara RTH dengan nilai LST adalah Y = 31.87 - 0.37x dengan R2 sebesar 0.28. Intensitas UHI di Kota Makassar sebesar ±7.46°C dan jika dilakukan pelebaran wilayah sebesar 5 km ke Kabupaten Gowa, diperoleh intensitas urban heat island sebesar ±7.67°C. Perbedaan nilai intensitas UHI sebesar 0.21°C menggambarkan adanya perbedaan suhu antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Area prioritas perencanaan di Kota Makassar yaitu di Kecamatan Makassar dan Kecamatan Mariso dengan hasil skoring 16. Adapun rekomendasi perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Makassar untuk mengurangi fenomena UHI yaitu pengembangan jalur hijau jalan, sempadan kanal, vertical greenery system, taman lingkungan dan memanfaatkan pekarangan masyarakat.id
dc.description.abstractThe increase in population in urban areas affects development in urban areas, resulting in changes in land use and changes in land functions. As a result, the availability of green open space (GOS) in Makassar City has decreased and is not commensurate with the development that is taking place. One of the environmental issues in urban areas is Urban Heat Island (UHI), namely the increase in air temperature in urban areas compared to rural areas. This study compares changes and distribution of land surface temperature in Makassar City in 1999, 2009, and 2019, Analyses the intensity of Urban Heat Island in Makassar City, compares spatially, and Develops plans for green open spaces to reduce the Urban Heat Island phenomenon. This research was conducted in Makassar City and Gowa Regency, South Sulawesi, from September 2019 to September 2020. The method used is the Simonds planning method which consists of the preparation, research/data collection, analysis, synthesis, and planning stages. At the research stage or data collection, spatial analysis is used as a method of data collection using Satelite Image Landsat ETM+ 7 and Landsat 8 OLI path 114-row 64 from United States Geological Survey (USGS) website. Based on the analysis of land cover changes in Makassar City in 20 years, there was a decrease in some land cover, namely water bodies by 0.9%, open land by 5.9%, and vegetated land by 8.6%, while built-up land increased by 13.1%. There has been an increase in the average value of land surface temperature (LST) in Makassar City by 0.39°C, with the temperature distribution in the surface temperature class 30-32°C and 32-34°C increasing in the area, while for the surface temperature range from 24-26 °C, 26-28°C and 28-30°C experienced a decrease in the surface temperature distribution area. The regression analysis results between the percentage of GOS and air temperature in Makassar City obtained regression results of Y=35.17 – 0.30X with R2 = 0.27, the relationship between GOS and humidity is Y = 33.41 + 0.52x with R2 = 0.06, and the relationship between GOS and LST is Y = 31.87 - 0.37x with R2 of 0.28. The intensity of the UHI in Makassar City is ±7.46°C, and if the area is widened with 5 km to Gowa Regency, the UHI intensity is ±7.67°C. The difference in the UHI intensity value of 0.21°C illustrates the difference in temperature between urban and rural areas. The priority areas for planning in Makassar City are Makassar Districts and Mariso Districts, with an assessment score of 16. There are recommendations for planning green open spaces in Makassar City to reduce the urban heat island phenomenon, such as the development of green roads, the greening of the canal walls, vertical greenery systems, neighbourhood parks, and home yards.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan Ruang Terbuka Hijau untuk Mengurangi Fenomena Urban Heat Island di Kota Makassarid
dc.title.alternativeGreen Open Spaces Planning to Reduce the Urban Heat Island Phenomenon In Makassar Cityid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordgreen open spaceid
dc.subject.keywordland surface temperatureid
dc.subject.keywordlandscape planningid
dc.subject.keywordurban heat islandid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record