Pengaruh Transformasi Hutan Hujan Menjadi Pertanian Monokultur pada Keanekaragaman Semut Tanah (Hymenoptera: Formicidae) di Provinsi Jambi
Date
2021-07Author
Rizqulloh, Muhammad Naufal
Widyastuti, Rahayu
Hidayat, Purnama
Metadata
Show full item recordAbstract
Semut (Formicidae) merupakan komponen fundamental dari hampir setiap ekosistem terestrial terutama di daerah tropis. Beberapa jenis semut diketahui memiliki respon yang linear terhadap perubahan kondisi habitat. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini semut digunakan sebagai bioindikator untuk mengeksplorasi efek dari transformasi hutan hujan menjadi pertanian monokultur komersial pada kelimpahan, kekayaan dan komposisi komunitas semut tanah. Spesimen semut yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari sampel ekstensif meso- dan makrofauna tanah di sepanjang gradien penggunaan lahan dari hutan hujan melalui hutan karet ke perkebunan monokultur karet dan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Pengambilan sampel dilakukan pada 32 plot dengan masing-masing berukuran 50 x 50 m, menggunakan metode pencuplikan tanah berukuran 16 cm x 16 cm x 5 cm. Secara keseluruhan, pada penelitian ini diperoleh 2079 individu semut pekerja yang tergolong dalam 90 spesies dari 37 genus dan enam subfamili. Tipe penggunaan lahan berpengaruh signifikan terhadap kelimpahan dan kekayaan spesies, namun tidak berpengaruh terhadap komposisi komunitas semut. Secara kumulatif, hutan hujan memiliki jumlah spesies semut tertinggi yang secara eksklusif hidup di dalamnya. Rata-rata kelimpahan semut tertinggi juga ditemukan pada sistem hutan hujan, meskipun berdasarkan uji pairwise tidak terdeteksi perbedaan yang signifikan. Kekayaan spesies tertinggi ditemukan di hutan hujan pada salah satu dari dua lanskap yang diteliti, namun tidak berbeda secara signifikan dari sistem pertanian di lanskap lainnya. Variasi yang cukup tinggi pada total individu semut yang diperoleh dari setiap plot menunjukkan bahwa metode pengambilan sampel tidak memadai untuk koleksi semut secara khusus. Meskipun demikian, penelitian ini menunjukkan aspek yang menarik terkait keanekaragaman semut beserta peranan fungsionalnya yang relevan untuk membantu memahami konsekuensi ekologis dari transformasi hutan hujan menjadi pertanian monokultur di daerah tropis. Ants (Formicidae) are fundamental components of almost every terrestrial ecosystem, especially in the tropics. Several types of ants are known to have a linear response to changes in habitat conditions. Therefore, in this study ants were used as bioindicators to explore the effects of rainforest transformation cash crop monocultures on abundance, richness and community composition of soil living ants. Ants in this study were procured as a by-product of extensive sampling of soil meso- and macrofauna along a land-use gradient from lowland rainforest via jungle rubber to monocultures of rubber and oil palm in Jambi Province, Sumatra, Indonesia. Sampled in 32 plots of 50 m x 50 m each, with three 16 cm x 16 cm x 5 cm soil cores each, we collected 2079 worker ant individuals, belonging to 90 species from 37 genera and six subfamilies. Land use had a significant effect on abundance and richness, while distance-based community composition was not affected. Cumulatively, lowland rainforest had the highest number of ant species exclusively living in it, and the highest average ant abundance, although multiple comparison tests did not detect significant differences. We also found highest species richness in the lowland rainforest in one of the two investigated landscapes, while not significantly different from the agricultural systems in the other. High abundance variances in collected ant individuals among plots suggest inadequacy of the sampling method, however. Despite that, our study can offer an interesting aspect related to ants diversity and their functional roles which relevant to improve our understanding of the ecological consequences of lowland rainforest transformation to agricultural monocultures in the tropics.
Collections
- MT - Agriculture [3778]