Arahan Pengembangan Komoditas Lada (Piper nigrum L.) di Kabupaten Lampung Barat dalam Menghadapi Era Pertanian 4.0

Abstract

Lampung Barat menjadi salah satu area pengembang komoditas lada di Provinsi Lampung yang saat ini mengalami penurunan produktivitas lada dari tahun 2013-2019 sebanyak 14% . Melihat hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menyusun arahan kawasan pengembangan lada di Kabupaten Lampung Barat dengan mengetahui sebaran spasial komoditas lada dan karakteristiknya, menganalisis ketersediaan dan kesesuaian lahan komoditas lada, serta menganalisis karakter sosial dan ekonomi petani lada dalam menghadapi era pertanian 4.0. Analisis spasial dengan citra Sentinel-2 2019 di software ArcGIS 10.8 dilakukan untuk mengetahui sebaran spasial, ketersediaan lahan, dan kesesuaian lahan lada di Kabupaten Lampung Barat. Data PDRB, peta tematik, dan peta dasar juga digunakan untuk mendukung analisis. Selain aspek fisik, karakter sosial dan ekonomi diperoleh dari survei wawancara kepada petani lada sebagai responden, dan petugas pemerintahan sebagai informan, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa pada tahun 2019, Kabupaten Lampung Barat memiliki luas area lada sebesar 23,90 % yang mayoritas tersebar di sisi timur Kabupaten Lampung Barat. Karakteristik spasial lada yaitu lada di Kabupaten Lampung Barat menggunakan tajar hidup dan mayoritas budidaya dilakukan secara tumpang sari. Ketersediaan lahan di Kabupaten Lampung Barat terbagi menjadi tiga kategori dengan masing masing luasan yaitu Lahan tersedia seluas 21.958 ha, lahan potensi tersedia seluas 3.906 ha, dan lahan tidak tersedia seluas 21.462 ha. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan kelas kesesuaian lahan S2 seluas 1.895 ha dan untuk kelas kesesuaian lahan S3 seluas 20.433 ha serta kesesuaian lahan N seluas 3.536 ha. Sebagian besar lahan lada masih memungkinkan untuk dilakukan intensifikasi melalui pemberian input spesifik terhadap lahan sehingga menghasilkan kelas kesesuaian lahan potensial dengan masing-masing luasan, yaitu: kelas S1 (1.526 ha), kelas S2fn seluas 1.855 ha, dan kelas kesesuaian S2fns seluas 15.444 ha. Adapun untuk karakter sosial ekonomi petani lada di Kabupaten Lampung Barat dalam menghadapi era pertanian 4.0 baik dari sisi on-farm dan off-farm, petani lada di Kabupaten Lampung Barat masih jauh dalam kategori 4.0. Salah satu aspek pertanian 4.0 yang memungkinkan untuk diterapkan di Kabupaten Lampung Barat yaitu dari sisi off-farm dalam hal pemasaran digital. Syarat kepemilikan alat elektronik dan kekuatan sinyal internet yang baik sudah terpenuhi. Arahan pengembangan komoditas lada berdasarkan aspek fisik terbagi menjadi 8 prioritas yang kemudian terbagi ke dalam 3 arahan pengembangan, yaitu arahan 1, 2, dan 3. Arahan 1 merupakan area yang cocok dijadikan sentra lada, sedangkan kedua arahan lainnya membutuhkan perbaikan. Sementara pengembangan kawasan lada berdasarkan karakteristik sosial dan ekonomi petani lada baik dari aspek on-farm dan off-farm, yaitu: (1) meningkatkan kualitas lada dengan pemakaian bibit unggul, (2) memudahkan penjualan dengan perluasan pasar skala industri dengan bantuan pemerintah maupun pihak swasata, dan (3) meningkatkan kualitas pasca panen lada serta mencari para investor yang ingin bekerja sama untuk mengembangkan lada dalam skala besar.

West Lampung is one of the areas that developed pepper in Lampung Province which was experiencing a problem of decreasing pepper productivity. This study aims to compile the direction of the pepper development in West Lampung Regency by knowing the spatial distribution of the pepper commodity and its characteristics, analyzing the land availability and land suitability for pepper, and analyzing the socio-economic of pepper farmers in facing the agricultural 4.0. Spatial analysis with Sentinel-2 2019 imagery in ArcGIS 10.8 software was carried out to determine the spatial distribution, land availability, and land suitability of pepper in West Lampung Regency. GRDP data, thematic maps, and base maps are also used to support the analysis. In addition to the physical aspects, social and economic characters were obtained from interview surveys of pepper farmers as respondents, and government officers as informants, then analyzed descriptively. The results show that in 2019, West Lampung Regency has a pepper area of 23.90% of the pepper area, the majority of which is spread on the east side of West Lampung Regency. The spatial characteristics of pepper, namely pepper in West Lampung Regency, use live plants and the majority of cultivation is done by intercropping. The availability of land in West Lampung Regency is divided into three categories with each area, namely 21,958 ha of available land, 3,906 ha of potential available land, and 21.462 ha of unavailable land. The results of the land suitability analysis show that the land suitability class S2 is 1,895 ha and for the S3 land suitability class is 20,433 ha and the land suitability class N is 3,536 ha. Most of the pepper available still allows for intensification through the provision of specific inputs so as to produce potential land suitability classes, namely: class S1 (1,526 ha), class S2fn covering an area of 1,855 ha, and class S2fns covering an area of 15,444 ha. As for the socio-economic character of pepper farmers in West Lampung Regency in facing the 4.0 agricultural era both in terms of on-farm and off-farm, pepper farmers are still far in the 4.0 category. One aspect of agriculture 4.0 that allows it to be applied in West Lampung Regency is from the off-farm side in terms of digital marketing. The requirements for ownership of electronic devices and good internet signal strength have been met. The directions for developing pepper areas based on physical aspects are divided into 8 priorities which are then divided into 3 directions for regional development, namely directions 1, 2, and 3. Direction 1 is an area that is suitable as a pepper center, while the other two directions require improvement. Meanwhile, the development of pepper areas is based on the social and economic characteristics of pepper farmers from both on-farm and off-farm aspects, namely: (1) improving the quality of pepper by using superior seeds, (2) facilitating sales by expanding industrial scale markets with the assistance of the government and other parties. private sector, and (3) improving the post-harvest quality of pepper and looking for investors who want to work together to develop pepper on a large scale.