Show simple item record

dc.contributor.advisorMachfud, Machfud
dc.contributor.advisorFahmi, Idqan
dc.contributor.advisorDjohar, Setiadi
dc.contributor.authorErnawati, Erni
dc.date.accessioned2021-06-23T13:15:10Z
dc.date.available2021-06-23T13:15:10Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107092
dc.description.abstractIndustri pangan olahan sebagai bagian dari industri makanan minuman (mamin) adalah salah satu sektor penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Selama periode 2013-2018, kinerja industri mamin secara konsisten tumbuh diatas 8-9% melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi. Penurunan laju pertumbuhan industri mamin yaitu sebesar 7.95% (Tahun 2019) dan sebesar 2.03% (kuartal II/2020) tetap berada diatas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Industri pangan adalah industri yang padat pengetahuan, siklus produk umumnya pendek, permintaan konsumennya dinamis, dan nilai produksinya signifikan. Industri pangan membutuhkan inovasi yang lebih cepat dan tuntutan inovasi lebih tinggi dibandingkan industri lainnya. Bagaimana perusahaan di industri pangan olahan dapat memperbesar pencapaian inovasinya diharapkan dapat terjawab dari penelitian ini. Pada prakteknya, banyak perusahaan yang melakukan investasi besar-besaran dalam upaya pengembangan inovasinya, sehingga inovasi seringkali dipersepsikan sebagai proses yang mahal, memerlukan alokasi waktu dan sumber daya besar, serta memiliki risiko cukup tinggi. Berbagai studi dilakukan untuk dapat menggali sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya baik eksternal maupun internal untuk pengembangan inovasinya. Mitra rantai pasok (pemasok dan pelanggan) ditengarai sebagai salah sumber daya eksternal yang dapat menjadi sumber sekaligus mitra dalam pengembangan inovasi melalui pola hubungan yang terjadi baik yang bersifat transaksional maupun kolaboratif. Pola hubungan transaksional menekankan pada aspek-aspek yang secara umum menjadi pertimbangan utama ketika seseorang bertransaksi (harga, volume, kualitas, kecepatan), menitikberatkan pada rasa puas - tidak puas, serta berorientasi jangka pendek. Sebaliknya pola hubungan kolaboratif lebih menekankan pada aspek-aspek yang orientasinya jangka panjang, berlandaskan kepercayaan, berhubungan dalam kerangka “kita” dan bukan “saya”, serta menitikberatkan pada konsep asah, asih, dan asuh. Perusahaan ditengarai harus memiliki kemampuan internal tertentu untuk dapat memperoleh manfaat lebih besar dari sumber daya strategis yang diperolehnya dari lingkungan eksternal perusahaan yaitu dari mitra rantai pasok. Sumber daya eksternal maupun internal, keduanya diharapkan dapat mendorong pengembangan inovasi di perusahaan. Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model pengembangan inovasi berbasis jaringan rantai pasok dan kapabilitas organisasi pembelajar yang dapat diimplementasi di industri pangan olahan di Indonesia. Beberapa pertanyaan penelitian diajukan untuk dapat mencapai tujuan penelitian tersebut yaitu (1) bagaimana pengaruh jaringan rantai pasok transaksional dan kolaboratif terhadap inovasi; (2) bagaimana pengaruh kapabilitas organisasi pembelajar terhadap inovasi; (3) apakah kapabilitas organisasi pembelajar mampu memediasi hubungan antara jaringan rantai pasok dan inovasi; dan (4) apa saja sub elemen kunci dari elemen kendala utama dan enabler dalam pengembangan inovasi di industri pangan olahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengkombinasikan dua teknik análisis yaitu SEM (Structural Equation Modeling) dan ISM (Interpretative Structural Modeling) dalam membangun sebuah model. Teknik análisis SEM dilakukan untuk mengkonfirmasi hubungan kausal diantara semua variabel laten dalam penelitian yaitu variabel Jaringan Rantai Pasok Transaksional, Jaringan Rantai Pasok Kolaboratif, Kapabilitas Organisasi Pembelajar, Orientasi Inovasi, dan Inovasi, menghasilkan model persamaan struktural. Teknik análisis ISM dilakukan untuk mengkaji elemen kendala utama dan enabler, yaitu kedua elemen yang belum terakomodasi dalam pemodelan persamaan struktural. ISM menghasilkan model interpretasi struktural. Pengembangan model selanjutnya dilakukan menggunakan pendekatan Purposeful Activity Model (PAM) atau Human Activity Model (HAM). Pengembangan model menjadi model akhir dilakukan setelah diperoleh model persamaan struktural dan model interpretasi struktural. Pengembangan model dilakukan untuk memastikan model akhir yang dihasilkan dalam penelitian ini siap untuk diimplementasikan. Berdasarkan hasil penelitian, model pengembangan inovasi di industri pangan olahan di Indonesia dapat dilakukan melalui integrasi jaringan rantai pasok kolaboratif dan penguatan kapabilitas organisasi pembelajar, dengan memanfaatkan enabler dan memperhatikan kendala. Tiga sub elemen kunci dari elemen kendala utama inovasi yang berhasil diidentifikasi yaitu ketidakpastian ekonomi atau politik, tumpang tindih peraturan pemerintah, dan rendahnya komitmen organisasi terkait inovasi. Tiga sub elemen kunci terkait elemen enabler inovasi yaitu perkembangan teknologi informasi, perubahan ke arah gaya hidup sehat, dan peningkatan kebijakan terkait go green. Model pengembangan inovasi ini dilengkapi dengan serangkaian aktivitas yang harus dilakukan baik oleh pelaku usaha, asosiasi, maupun pemerintah pada setiap aspek yang terbukti menunjukkan kontribusi besar sesuai hasil penelitian. Jaringan rantai pasok kolaboratif dan transaksional, keduanya memiliki pengaruh positif signifikan terhadap inovasi, tetapi jaringan rantai pasok kolaboratif menunjukkan pengaruh lebih besar dibandingkan transaksional. Jaringan rantai pasok kolaboratif dengan pelanggan menunjukkan kontribusi lebih besar atau korelasi lebih kuat jika dibandingkan dengan jaringan rantai pasok kolaboratif dengan pemasok. Kapabilitas sebagai organisasi pembelajar terbukti mampu berperan sebagian dalam memediasi hubungan antara jaringan rantai pasok kolaboratif dan inovasi, tetapi sebaliknya tidak terbukti memediasi terhadap jaringan rantai pasok transaksional. Hasil ini tidak terlepas dari karakteristik dari hubungan kolaboratif dan transaksional. Lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi stakeholder di industri pangan olahan dalam merumuskan strategi untuk mengembangkan inovasi melalui integrasi jaringan rantai pasok kolaboratif dan penguatan kapabilitas organisasi pembelajar dengan memanfaatkan enabler dan memperhatikan kendala. Hasil penelitian menjadi masukan bagi stakeholder di pemerintahan terkait berbagai kebijakan demi pemeliharaan kestabilan politik dan ekonomi serta berbagai regulasi yang ada sehingga dapat mendorong pengembangan inovasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel Pengembangan Inovasi Berbasis Jaringan Rantai Pasok dan Kapabilitas Organisasi Pembelajar (Studi Kasus Industri Pangan Olahan)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordindustri pangan olahanid
dc.subject.keywordinovasiid
dc.subject.keywordjaringan rantai pasok kolaboratifid
dc.subject.keywordjaringan rantai pasok transaksionalid
dc.subject.keywordkapabilitas organisasi pembelajarid
dc.subject.keywordorientasi inovasiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record