dc.description.abstract | Rumput laut merupakan produk perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, seiring dengan jumlah permintaan dunia semakin tinggi dan jenis pemanfaatan yang semakin beragam. Rumput laut diklasifikasikan berdasarkan pigmen yang terkandung, yaitu Rhodophyta (merah), Chlorophyta (hijau), dan Phaeophyta (cokelat). Salah satu jenis rumput laut cokelat yang memiliki potensi pemanfaatan luas di daerah tropis adalah Sargassum. Biota ini umumnya ditemukan di seluruh perairan Indonesia dengan jumlah biomassa bervariasi. Kondisi lingkungan pesisir berpengaruh terhadap sebaran dan produktivitas Sargassum, yang dapat dibuktikan dari keragaman spesies pada satu perairan. Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan dapat dilakukan dengan pendekatan pada pengaruh lingkungan dan musim. Variasi spasio-temporal berdampak pada tekanan terhadap keberadaan rumput laut dan memaksa proses adaptasi. Proses adaptif tersebut tergambarkan melalui variasi sebaran, morfologi, dan produksi metabolit untuk dapat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang. Hal ini mendasari penelitian tentang keragaman spasial dan karakteristik morfometri dan kandungan metabolit dari rumput laut jenis Sargassum polycystum yang tumbuh di pesisir Pulau Tidung, Sebesi, dan Bintan dalam kaitannya dengan kualitas perairan dan musim.
Penelitian dilakukan pada dua musim yang berbeda, yaitu di musim peralihan I pada bulan Maret hingga April dan musim peralihan II di bulan Agustus hingga September 2019. Pengambilan data menggunakan metode transek kuadrat, dan analisis sebaran menggunakan perangkat lunak MS Excel dan PAST statistik. Analisis morfometrik S. polycystum berdasarkan ukuran bagian-bagian talus. Ekstraksi alginat dilakukan melalui jalur asam dengan pelarut Na2CO3 kemudian penentuan rasio M/G menggunakan Proton Nuclear Magnetic resonance (1H-NMR). Ekstraksi fukosantin menggunakan pelarut aseton dengan metode Ultra-Sound Assisted Extraction (UEA). Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk menentukan karakteristik lingkungan yang mendominasi pada lokasi dan musim, sedangkan analisis diskriminan digunakan untuk mendapatkan hubungan antara faktor lingkungan dengan sebaran, karakteristik morfometri, dan kuantitas metabolit. Parameter lingkungan yang diteliti meliputi suhu, Dissolved Oxygen (DO), salinitas, pH, kecerahan, dan kandungan trace element air laut. Multi parameter kualitas air digunakan untuk analisis kualitas air laut dan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) untuk analisis kandungan trace element.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nitrat, amonia, dan salinitas berbeda nyata antar pulau (p<0.05), sedangkan musim berpengaruh nyata terhadap DO, suhu, salinitas, selenium (Se), dan besi (Fe) (p<0.05). Konsentrasi DO, nitrat (NO3-), dan amonia (NH3-), serta besi (Fe), menjadi ciri khas Pulau Bintan. Pulau Tidung dicirikan oleh variasi salinitas dan keberadaan unsur seng (Zn). Pulau Sebesi menunjukkan variasi suhu, DO, tembaga (Cu), dan mangan (Mn) yang identik. Rumput laut S. polycystum menjadi ciri khas pantai Pulau Sebesi dan Bintan dengan indeks ekologi dan indeks nilai penting (INP). Dominasi ini erat kaitannya dengan keberadaan variasi barium, tembaga, mangan, DO, dan nitrat (NO3-) di perairan kedua pulau tersebut.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan, variabel lingkungan yang berbeda antar lokasi dan musim memengaruhi adanya keragaman morfometrik berupa panjang talus, panjang total, diameter primary stipe, diameter holdfast, ukuran blade atau bilah, diameter talus, diameter air bladder, jarak percabangan ke 1 dari holdfast, dan jarak percabangan ke 2 dari holdfast di semua perairan dan musim. Ukuran talus maksimal didapatkan dari perairan Tidung sedangkan ukuran jarak percabangan, diameter holdfast dan batang talus terbesar ditemukan dari perairan Sebesi terutama dari musim peralihan II. Namun demikian, variasi blade atau bilah merata antar perairan dan musim. Keragaman yang terjadi berkorelasi dengan variasi unsur trace element berupa mangan (Mn), besi (Fe), dan seng (Zn), serta variasi nitrat, amonia, DO dan suhu perairan. Keragaman terbesar berdasarkan habitat terdapat pada S. polycystum yang tumbuh di perairan Pulau Sebesi.
Presentase tertinggi dan terendah karakteristik mutu bahan baku membentuk pola sebagai berikut: abu > air > serat kasar > protein > lemak. Mutu alginat yang didapatkan berupa rendemen 10.96-22%, abu 27.7-36.57%, kadar air 9.47-17.83%, pH 8.14-8.36, dan viskositas 284.71-499.1 Cps. Variasi rasio M/G sebesar 0.35-0.84 dengan blok G dominan di semua pulau dan musim. Selanjutnya, kandungan fukosantin sebesar 0.155-0.587 mg/g. Jumlah fukosantin bervariasi antar pulau, namun hanya musim yang berpengaruh secara signifikan (p<0.05). Selain itu, lokasi dan musim berpengaruh nyata terhadap karakteristik alginat dalam hal rendemen, kadar air, abu, dan rasio M/G. Viskositas dan rasio M/G memiliki hubungan dengan keberadaan nitrat, amonia, konsentrasi DO, dan salinitas yang tinggi, sedangkan variasi fukosantin berkaitan dengan suhu dan pH serta keberadaan unsur tembaga di perairan.
Penelitian ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan suatu perairan di pulau dengan tipe berbeda dan musim yang berbeda memengaruhi indeks ekologi, INP, karakteristik morfometri, dan kuantitas metabolit dari rumput laut cokelat S. polycystum. Hal ini dapat menjadi acuan pemanfaatan yang lebih optimal terhadap produk hidrokoloid dan bioaktif serta dapat menjadi pemicu kegiatan yang lebih eksploratif yaitu budidaya rumput laut jenis ini. Variabel kualitas perairan utama dapat digunakan sebagai standar dalam pengembangan budidaya sehingga ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan komunitas di alam dapat terjaga dengan baik. | id |