Show simple item record

dc.contributor.advisorSyaukat, Yusman
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorSinaga, Bonar M
dc.contributor.authorAriyanto, Anto
dc.date.accessioned2021-05-25T06:12:39Z
dc.date.available2021-05-25T06:12:39Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106842
dc.description.abstractPenelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi adopsi teknologi budidaya kelapa sawit yang telah direkomendasikan oleh pemerintah (Permentan RI No : 131 /Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Budidaya Kelapa Sawit yang Baik atau good agricultural practices) terhadap efisiensi teknis dari perkebunan rakyat pada pola kemitraan PIR dan Swadaya di Riau dan Kalimantan Barat, dengan memperkirakan produktivitas, intensitas adopsi dan efisiensi produksi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi dari petani rakyat pola kemitraan PIR dan swadaya. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : (1) mengukur intensitas adopsi teknologi pada perkebunan kelapa sawit rakyat, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi pada perkebunan kelapa sawit rakyat, (3) mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa sawit rakyat, (4) mengestimasi efisiensi teknis dari perkebunan rakyat, dan (5) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis pada perkebunan rakyat. Metode-metode analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan di atas adalah : frekuensi relatif, regresi Poisson dan model stokastik frontier. Intensitas adopsi mengukur jumlah teknologi yang diadopsi. Frekuensi relatif digunakan untuk memperkirakan intensitas adopsi teknologi (proporsi produsen mengadopsi sejumlah teknologi), sedangkan regresi Poisson digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi. Model frontier stokastik digunakan untuk memperkirakan produktivitas, tingkat efisiensi teknis dan inefisiensi produsen dengan menggunakan model translog dan cobb-douglass untuk diperoleh model estimasi yang paling cocok dan konsisten. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Survey rumahtangga usaha perkebunan tahun 2014, yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) di Riau dan Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat intensitas adopsi teknologi untuk petani kelapa sawit rakyat di Provinsi Kalimantan Barat sedikit lebih baik dibandingkan dengan di Riau. Sekitar 80.73 persen petani sawit rakyat di Kalimantan Barat telah mengadopsi 5-6 paket teknologi yang dianjurkan oleh Permentan dimaksud, sementara di Riau hanya 57.15 persen petani yang mengadopsi 5-6 paket anjuran. Apabila ditinjau berdasarkan pola pengelolaan, tingkat intensitas adopsi teknologi pada petani kemitraan PIR lebih baik dibandingkan pada petani swadaya. Sekitar 74.1 persen petani kemitraan telah mengadopsi 5-6 paket anjuran, sementara pada petani swadaya hanya 39 persen mengadopsi 4-5 paket anjuran Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas adopsi teknologi di Kalimantan Barat dan Riau relatif berbeda. Faktor-faktor penentu adopsi teknologi di Kalimantan Barat adalah penyuluhan, umur tanaman dan pendapatan petani, sementara di Riau adalah akses kredit, anggota kelompok tani, bantuan terhadap petani, pendidikan petani, pendapatan petani dan umur tanaman. . Faktor-faktor positif yang signifikan terhadap tingkat intensitas adopsi teknologi di Riau adalah akses kredit, anggota kelompok tani, bantuan terhadap petani, pendidikan petani, pendapatan petani dan umur tanaman. Sedangkan di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa penyuluhan, umur tanaman dan pendapatan petani adalah faktor utama yang secara signifikan mempengaruhi intensitas adopsi teknologi. Produktivitas kelapa sawit di provinsi Riau berkorelasi positif dengan penggunaan pupuk urea, SP36 dan MOP serta umur tanaman. Sementara di Kalimantan Barat dipengaruhi oleh luas lahan dan penggunaan pupuk SP36. Efisiensi teknis usahatani kelapa sawit rakyat di Riau dan Kalimantan Barat pada pola kemitraan PIR lebih tinggi dari pada usahatani kelapa sawit rakyat pada pola swadaya. Temuan di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat menunjukkan bahwa petani yang melakukan adopsi teknologi semakin baik, akan meningkatkan efisiensi teknis dan tingkat produksi. Berdasarkan umur tanaman efisiensi teknis kelapa sawit rakyat di provinsi Riau dan Kalimantan barat, bahwa umur kelapa sawit 21-25 tahun efisiensinya lebih baik dibandingkan pada kelompok umur lainnya. Inefisiensi produksi kelapa sawit masih relatif tinggi baik pola kemitraan PIR maupun swadaya. Inefisiensi produksi masih dapat diturunkan dengan meningkatkan adopsi teknologi baik di perkebunan kemitraan maupun swadaya. Oleh karena itu akses petani terhadap teknologi harus ditingkatkan. Penyuluhan juga berperan positif dan signifikan dalam menekan inefisiensi produksi kelapa sawit.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengaruh Intensitas Adopsi Teknologi terhadap Efisiensi Teknis dan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit Rakyatid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordGood agricultural practicesid
dc.subject.keywordstochastic frontier modelsid
dc.subject.keyworddependent and independent farmersid
dc.subject.keywordintensity of technology adoptionid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record