dc.description.abstract | Tuntutan konsumen akan masalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas kopi
mendorong perusahaan pengolah kopi maupun eksportir kopi melakukan kemitraan
contract farming dengan petani kopi. Contract farming yang dilakukan oleh
perusahaan pengolahan dan eksportir kopi dengan petani kopi di Lampung
merupakan bagian dari program keberlanjutan yang didorong oleh kepentingan
global dalam menerapkan standar dan sertifikasi produk kopi yang diperdagangkan.
Contract farming merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang pembentukannya
ditujukan untuk meningkatkan produktivitas, meminimumkan biaya transaksi dan
meningkatkan kesejahteraan petani. Mekanisme kontrak antara perusahaan dan
petani kopi memungkinkan adanya transfer informasi dan teknologi, penyediaan
input produksi, akses kredit dan pasar.
Dampak contract farming terhadap kinerja ekonomi rumah tangga petani kopi
tidak dapat dilihat dari perilaku usahataninya saja tetapi harus dilihat dari perilaku
ekonomi rumah tangga petani secara keseluruhan. Usahatani kopi umumnya
merupakan usahatani kecil dimana keputusan petani merupakan keputusan rumah
tangga petani yang berperan sebagai produsen dan juga konsumen. Keputusan
produksi rumah tangga petani kopi akan mempengaruhi keputusan curahan waktu
kerja dan pengeluaran rumah tangga petani. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis: (1) struktur dan besaran biaya transaksi yang dikeluarkan oleh rumah
tangga petani kopi, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku produksi,
curahan waktu kerja dan pengeluaran rumah tangga petani kopi, dan (3) dampak
perubahan faktor eksternal dan internal terhadap produksi, pendapatan dan
kesejahteraan rumah tangga petani kopi.
Fokus analisis adalah rumah tangga petani kopi dan kelembagaan contract
farming. Penelitian menggunakan konsep ekonomi kelembagaan dengan
pendekatan biaya transaksi danmodel ekonomi rumah tangga. Data yang digunakan
adalah data cross section hasil survey tahun 2018 di Kabupaten Lampung Barat
dan Tanggamus. Sampel rumah tangga petani dalam penelitian ini berjumlah
170 responden, 98 petani kontrak dan 72 petani non kontrak. Struktur dan besaran
biaya transaksi dianalisis secara deskriptif tabulasi dan perilaku ekonomi rumah
tangga dianalisis menggunakan model ekonometrika dalam bentuk sistem
persamaan simultan. Model ekonomi rumah tangga petani kopi di Lampung
diestimasi menggunakan Two Stage Least Squares (2SLS) dan validasi model
menggunakan kriteria U-Theil. Analisis dampak perubahan faktor eksternal dan
internal terhadap produksi, pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga petani
menggunakan simulasi model.
Contract farming yang terjalin antara petani kopi dengan salah satu
perusahaan penyangraian multinasional di Lampung merupakan contract farming
dengan tipe intermediary model (model perantara). Intermediary model dicirikan
dengan adanya sub-kontrak yang dilakukan oleh perusahaan dengan Kelompok
Usaha Bersama (KUB). KUB merupakan perantara antara petani dan perusahaan
dalam menyediakan layanan (berupa pembinaan) kepada petani, menampung dan
membeli kopi biji dari petani kemudian menjualnya ke perusahaan. Kelembagaan
contract farming berperan menurunkan biaya transaksi yang dikeluarkan oleh
rumah tangga petani kopi. Petani kontrak mengeluarkan biaya transaksi yang lebih
sedikit dibandingkan petani non kontrak. Komponen biaya terbesar dalam struktur
biaya transaksi adalah biaya transportasi pemasaran kopi. Kondisi jalan dan jarak
pasar menjadi salah satu faktor tingginya biaya transportasi pemasaran kopi.
Keputusan produksi, alokasi waktu kerja dan pengeluaran rumah tangga
petani kopi merupakan keputusan rumah tangga yang tidak dapat dipisahkan (nonseparable).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh
penggunaan input produksi dan teknologi yang digunakan. Penggunaan input
produksi (input pupuk dan pestisida) dipengaruhi oleh harga input, harga output,
pendapatan, dan pengeluaran rumah tangga petani. Curahan waktu kerja pria pada
usahatani kopi sangat dipengaruhi oleh karakteristik usahatani (seperti luas areal
panen kopi), sedangkan curahan waktu kerja wanita lebih dipengaruhi oleh
karakteristik rumah tangga (seperti jumlah anak balita dalam rumah tangga).
Curahan waktu kerja pria dan wanita pada selain kopi dipengaruhi oleh curahan
waktu kerja pada kopi, curahan waktu kerja keluarga pada usaha yang sama,
pengeluaran, serta karakteristik individu. Pengeluaran rumah tangga petani untuk
konsumsi pangan, non pangan dan investasi pendidikan dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga, jumlah anak sekolah, dan pendapatan rumah tangga. Pengeluaran
rumah tangga untuk investasi pendidikan bersaing dengan pengeluaran untuk
konsumsi pangan. Peningkatan pengeluaran untuk konsumsi pangan akan
mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan sebaliknya. Introduksi teknologi
dan kelembagaan dalam contract farming berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas kopi, efisiensi tenaga kerja dan penurunan biaya transaksi rumah
tangga petani kopi.
Dampak perubahan faktor eksternal dan internal (kenaikan harga pupuk atau
upah tenaga kerja) tidak mampu dikompensasi dengan penurunan biaya transaksi
(jarak pasar yang lebih pendek, waktu yang lebih sedikit untuk mencari informasi,
dan waktu yang lebih sedikit untuk negosiasi) terhadap produksi, pendapatan, dan
kesejahteraan rumah tangga petani kopi. Dampak kenaikan harga pupuk atau biaya
tenaga kerja dapat dikompensasi dengan kenaikan harga kopi atau produktivitas
marjinal urea. Peningkatan produktivitas marjinal pupuk urea memiliki dampak
yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan harga kopi terhadap produksi
kopi, pendapatan, dan kesejahteraan rumah tangga petani kopi. | id |