Pengembangan Model Kewirausahaan Akademik Berbasis Riset Nanoteknologi di Indonesia
Date
2020Author
Ikono, Radyum
Syarief, Rizal
Kirbrandoko, Kirbrandoko
Rochman, Nurul Taufiqu
Metadata
Show full item recordAbstract
Tema mengenai kewirausahaan akademik menjadi salah satu topik yang banyak dikaji di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Salah satu masalah yang dihadapi pada kewirausahaan akademik adalah rendahnya keberhasilan pelaku bisnis yang umumnya terhambat pada valley of death. Nanoteknologi merupakan bidang yang dianggap akan memiliki implikasi disrupsi yang besar pada masyarakat di masa depan, namun hingga kini kajian mengenai kewirausahaan akademik pada tema spesifik nanoteknologi di Indonesia belum banyak dilakukan. Disertasi ini bertujuan untuk membangun model yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan keberhasilan kewirausahaan akademik berbasis riset nanoteknologi di Indonesia. Studi diawali dengan melakukan analisis situasional menggunakan metode survei untuk mendapatkan kondisi terkini tentang kewirausahaan akademik berbasis nanoteknologi di Indonesia. Survei dilakukan terhadap 77 peneliti nanoteknologi yang tersebar di lebih dari 30 universitas dan lembaga penelitian di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3% dapat melanjutkan ke tahap 2 (invensi), 58,3% melanjutkan dari tahap 2 ke tahap 3 (Product Development), 28,6% dari tahap 3 yang dapat maju ke tahap 4 (komersial), dan akhirnya 25% dari tahap 4 ke tahap 5 (growth). Analisis dengan menggunakan metode regresi ordinal menunjukkan bahwa pengalaman berwirausaha sebelumnya, interaksi dengan mitra industri, dan partisipasi dalam inkubator adalah tiga faktor paling penting dalam keberhasilan kewirausahaan akademik berbasis nanoteknologi. Gap analysis kemudian dilakukan untuk mengukur gap antara ekspektasi tenant (perusahaan startup) terhadap fasilitas yang diberikan inkubator, dibandingkan dengan persepsi terhadap fasilitas yang diberikan oleh inkubator kepada tenant. Gap terbesar ditemukan pada dua fasilitas yaitu fasilitas pembukaan jejaring dan fasilitas pendampingan/mentoring bisnis yang diberikan oleh inkubator dengan nilai mulai dari -1,4 hingga -2,2. Data analisis awal tersebut dimanfaatkan untuk menyusun rich picture, root definition, dan model konseptual, serta perbandingan antara model konseptual dengan kondisi di dunia nyata dalam kerangka soft system methodology. Selanjutnya dilakukan analisis dengan interpretive structural modelling (ISM) untuk mendapatkan sub-elemen yang memiliki daya ungkit tertinggi untuk penyusunan model. Berbasis studi literatur, in-depth interview, analisis dengan SSM dan ISM yang telah dilakukan tersebut, kemudian dibangun model kewirausahaan akademik berbasis riset nanoteknologi yang dibagi menjadi 3 sub-model. Sub-model 1 menguraikan pengembangan riset menjadi produk yang terdaftar pada HKI dan dapat menyesuaikan spesifikasi pasar, dengan penekanan diberikan pada peneliti, didukung berbagai pihak seperti inkubator dan Universitas/Lembaga Riset. Sub- model 2 menekankan pada aspek komersialisasi, dengan penekanan pada peran inkubator sebagai jembatan yang menghubungkan antara fase penelitian dan fase komersial, dengan melibatkan aktor baru seperti surrogate entrepreneur dalam proses seawal mungkin. Sementara sub-model 3 menguraikan model untuk menumbuhkan perusahaan startup berbasis riset nanoteknologi untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan besar, dengan penekanan pada peran inkubator untuk dapat menjembatani jejaring dengan investor. Kemudian dilakukan sintesis untuk mendapatkan model komprehensif dalam perspektif valley of death dan readiness level. Pada model yang dikembangkan, Kemenristekdikti, asosiasi profesi serta surrogate entrepreneur memiliki peran sentral dalam tantangan utama untuk menghindari valley of death dalam pengembangan startup berbasis riset nanoteknologi. Disertasi ini dapat menjadi referensi untuk merumuskan rekomendasi kebijakan untuk mendukung kewirausahaan akademik di Indonesia khususnya di bidang nanoteknologi.
Collections
- DT - Business [327]