Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorFatchiya, Anna
dc.contributor.advisorTjitropranoto, Prabowo
dc.contributor.authorSudarko
dc.date.accessioned2021-05-07T02:59:42Z
dc.date.available2021-05-07T02:59:42Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106756
dc.description.abstractIndonesia merupakan produsen kopi keempat dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia dan kopi merupakan salah satu komoditas unggulan perdagangan dan memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Sebagian besar (96 persen) sektor perkebunan kopi di Indonesia dikelola oleh petani rakyat yang masih tradisional, skala kecil dan tergolong berpendapatan rendah. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia data rata-rata lima tahun terakhir adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jawa Timur menjadi pusat pengembangan kopi di Indonesia. Luas total areal perkebunan kopi di Jatim 109.758 ha dengan produksi 64.529 ton. Jumlah petani kopi di Jatim 338.776 kk dan penyerapan tenaga kerja 47.249 orang. Tingkat produktivitas 0,793 ton/ha. Kurang lebih 66 persen perkebunan kopi di Jawa Timur dikelola oleh rakyat, 16,30 persen dikelola perkebunan Negara dan sebesar 17,70 persen dikelola perkebunan swasta (Dirjen Perkebunan, 2019). Agribisnis kopi di Jawa Timur juga masih banyak menghadapi kendala baik pada tingkat hulu maupun tingkat hilirnya. Kendala tersebut dapat dilihat dari tingkat produktivitas dan mutu produksi masih rendah, penggunaan teknologi pengolahan masih minim, pascapanen dan akses kelembagaan pemasaran juga masih terbatas. Umumnya petani kopi masih menjual produknya dalam bentuk pengolahan primer (kopi bentuk biji kering). Kondisi ini terjadi karena petani kopi masih lemah dalam inovasi dan diversifikasi produk kopi olahan sesuai permintaan pasar domestik dan internasional, sehingga akses pasar petani masih terbatas. Bahkan struktur pasar kopi mendekati persaingan monopsoni dan oligopsoni, sehingga petani kurang memiliki daya tawar/bargaining dalam pemasaran hasil produksi. Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis tingkat kapasitas kewirausahaan, kapasitas agribisnis, kemandirian dan keberlanjutan petani kopi serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya; (2) Menganalisis pengaruh kapasitas kewirausahaan dan kapasitas agribisnis terhadap kemandirian dan keberlanjutan perkebunan kopi rakyat; dan (3) Merumuskan strategi penyuluhan yang efektif dalam penguatan kapasitas kewirausahaan dan agribisnis untuk meningkatkan kemandirian petani dan keberlanjutan perkebunan kopi rakyat. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilengkapi data kualitatif. Waktu pelaksanan penelitian pada rentang bulan Juli-Oktober 2019. Lokasi penelitian yaitu di sentra utama pengembangan komoditas kopi rakyat. Jawa Timur yaitu di Kabupaten Malang (topografi sedang kopi jenis Robusta) dan Kabupaten Bondowoso (topografi tinggi kopi Arabika). Semua petani kopi yang bergabung dalam kelompok tani merupakan populasi penelitian, dengan jumlah 6.470 orang terdiri dari 917 orang dari Kabupaten Bondowoso dan sebesar 5.553 petani dari Kabupaten Malang. Jumlah sampel sebannyak 376 petani kopi berdasarkan rumus Slovin dengan margin of error lima persen. Responden tersebut terdiri dari 76 petani kopi dari wilayah sentra kopi rakyat Bondowoso dan 300 petani kopi rakyat Malang. Sampel responden dengan teknik multistage random sampling. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dengan observasi dan wawancara. Pada penelitian variabel bebasnya yaitu: (X1) dukungan karateristik individu petani. Indikatornya dari karakteristik individu dalam penelitian ini yaitu: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi berusaha, penguasaan lahan, kekosmopolitan, dan skala usaha tani. (X2) dukungan penyuluhan pemerintah. Indikator dukungan penyuluhan, yaitu : intensitas kegiatan penyuluhan, ketepatan metode penyuluhan, kesesuaian materi penyuluhan, dan pemanfaatan teknologi informasi dalam penyuluhan. (X3) dukungan penyuluh swadaya, yaitu : peran penyuluh swadaya sebagai fasilitator, peran penyuluh swadaya sebagai mediator dan peran penyuluh swadaya sebagai motivator. (X4) dukungan penyuluh swasta, yaitu : peran penyuluh swasta sebagai fasilitator, peran penyuluh swasta sebagai mediator dan peran penyuluh swasta sebagai motivator. (X5) dukungan kemitraan, yaitu penyediaan bantuan modal, penyediaan sarana produksi, menjamin pemasaran. (X6) dukungan lingkungan dan (X7) adalah dukungan kelembagaan. Indikator dari peran kelembagaan dalam penelitian, yaitu kelembagaan pemerintah, swasta dan kelembagaan kemasyarakatan. Selanjutnya untuk variabel terikatnya (tidak bebas) yaitu: (Y1) kapasitas agribisnis, yaitu: penggunaan input, produksi, pengelolaan usaha tani, penanganan pemanenan, penanganan pascapanen, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tersier, pemasaran hasil produksi. (Y2) kapasitas kewirausahaan. Indikator dari variabel kapasitas kewiraushaan pada penelitian ini, yaitu; memiliki tekad untuk berhasil, antisipasi masa depan, percaya diri, berani mengambil risiko, kreatif inovatif dan kemampuan kerja sama. (Y3) kemandirian petani. Indikator variabel tingkat kemandirian pada penelitian ini yaitu tingkat daya saring, daya saing dan daya sanding petani dalam mengelola usaha tani kopi rakyat. (Y4) keberlanjutan perkebunan kopi rakyat. Indikator tingkat keberlanjutan perkebunan kopi rakyat dapat dibagi menjadi 4 dimensi, yaitu: tingkat keberlanjutan pada dimensi ekonomi, sosial, lingkungan dan tingkat keberlanjutan pada dimensi kesehatan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis statistik inferensial dengan menggunakan (1) uji-t (uji beda) untuk menguji perbedaan karakteristik petani kopi non organik dan petani kopi organik,, (2) uji Regresi Linier Berganda dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22.0 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi variabel dependen penelitian dan (3) analisis SEM (Structural Equation Model) dengan bantuan program Linier Structural Relationships (LISREL) untuk menyusun pengaruh variabel dalam struktur model dan strategi penyuluhan untuk penguatan kapasitas kewirausahaan dan agribisnis menuju kemandirian petani serta keberlanjutan perkebunan kopi rakyat. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan penting, yaitu: karakteristik petani kopi rakyat dengan sistem organik dan non organik memiliki beberapa perbedaan kuat yaitu: rata-rata petani kopi organik memiliki umur dan kekosmopolitan yang lebih tinggi, pengalaman usahatani kopi yang lebih lama, dan motivasi yang lebih rendah. Aktivitas penyuluhan pemerintah, penggunaan teknologi informasi, peran penyuluh swadaya sebagai fasilitator dan motivator, lebih tinggi pada petani kopi non organik.Sedangkan peran penyuluh swasta baik sebagai fasilitator, motivator dan mediator lebih tinggi pada petani kopi organik. Kemitraan lebih bermanfaat pada petani non organik pada penyedian modal dan penjaminan pasar pada petani organik.dukungan kondisi lingkungan aspek ekologis dan penggunan media massa konvensional lebih tinggi pada petani kopi non organik. Kapasitas kewirausahan lebih tinggi petani kopi non organik terutama aspeks percaya diri dalam usahatani kopi. Kapasitas agribisnis aspek pengolahan kopi primer lebih tinggi petani kopi organik, sedangkan kapasitas pengolahan sekunder dan tersier lebih tinggi petani kopi non organik. Petani kopi organik lebih mandiri dibandingkan petani non organik terutama aspek daya sandingnya. Tingkat keberlanjutan petani organik lebih tinggi dibandingkan petani kopi non organik, namun petani organik butuh pendampingan yang memadai dari semua stakeholders perkopian. Kapasitas kewirausahan petani kopi sedang, yang dipengaruhi secara dominan oleh: lemahnya motivasi pengembangan usaha, dukungan penyuluh pemerintah dan penyuluh swasta, kemitraan, dan dukungan lingkungan. Kapasitas agribisnis petani kopi cenderung lemah yang dipengaruhi oleh rendahnya dukungan penyuluh pemerintah, penyuluh swadaya, penyuluh swasta. Selain itu rendahnya kapasitas agribisnis juga disebabkan oleh belum optimalnya pengalaman petani dalam berusaha tani, kapasitas kewirausahaan dan kerja sama kemitraan. Strategi penguatan kemandirian dapat diupayakan dengan meningkatkan kapasitas agribisnis dan kewirausahaan petani kopi melalui intensitas dan sinergisme dukungan penyuluhan pemerintah, penyuluh swadaya, penyuluh swasta, kerja sama kemitraan, dan peran kelembagaan. Kondisi petani kopi rakyat masih membutuhkan perhatian, penyuluhaan, pendampingan dan pemberdayaan yang memadai; karena petani kopi rata-rata berumur lanjut, pendidikan formal dan non formal rendah, pengalaman berusaha tani cukup lama, penguasaaan lahan, skala usaha dan kekosmopolitan juga lemah. Dukungan penyuluhan, kelembagaan, lingkungan dan kemitraan di wilayah Bondowoso lebih tinggi dari pada wilayah Malang karena dukungan pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso lebih tinggi terbukti dengan dicapainnya sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dan adanya Perda khusus tataniaga kopi di wilayah klaster industri kopi dan juga kopi diangkat sebagai produk ungulan daerah dengan jargon Bondowoso Republik Kopi. Adanya peningkatan penyuluhan, pendampingan dan pemberdayaan yang memadai dapat meningkatkan kapasitas kewirausahan dan agribisnis petani kopi yang akhirnya memperkuat kemandirian petani menuju keberlanjutan ekonomi, sosial, lingkungan serta kesehatan para petani kopi rakyat. Strategi penyuluhan jangka pendek untuk peningkatan kemandirian yaitu peningkatan peran penyuluhan pemerintah dan swasta untuk pelaku utama dalam meningkatkan kesadaran untuk peningkatan produktivitas, mutu dan kontinyuitas produk kopi untuk memperkuat kemandirian petani kopi rakyat menuju keberlanjutan. Strategi penyuluhan jangka menengah untuk peningkatan kemandirian yaitu; peningkatan peran kemitraan dan multi-kelembagaaan dalam pengolahan panen dan pascapanen tingkat primer, sekunder dan tersier untuk memperkuat kemandirian petani kopi rakyat menuju keberlanjutan. Startegi penyuluhan jangka panjang untuk peningkatan kemandirian yaitu peningkatan peran penyuluh swadaya untuk penguatan kapasitas kewirausahaan dan agribisnis terintegrasi menuju kemandirian petani kopi rakyat menuju keberlanju.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKapasitas Kewirausahaan dan Agribisnis Kopi Rakyat Menuju Kemandirian Petani di Jawa Timur.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordCoffee farmersid
dc.subject.keywordagribusiness capacityid
dc.subject.keywordentrepreneurialid
dc.subject.keywordfarmer‟ autonomyid
dc.subject.keywordsustainability.id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record