Show simple item record

dc.contributor.advisorHakim, Dedi Budiman, Bambang, Sahara Juanda, Sahara
dc.contributor.advisorHakim, Dedi Budiman
dc.contributor.authorBahri, T. Saiful
dc.date.accessioned2021-04-30T01:33:50Z
dc.date.available2021-04-30T01:33:50Z
dc.date.issued2021-01-29
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106708
dc.description.abstractRantai nilai merupakan suatu kerangka kerja untuk mengetahui bagaimana input dan servis (jasa) dilaksanakan bersama dan kemudian digunakan untuk berkembang, proses transformasi, pemindahan produk dari produsen ke konsumen, dan peningkatan nilai produk sepanjang proses yang dilalui. Analisis rantai nilai berfungsi untuk mengidentifikasi tahap-tahap rantai nilai di mana industri dapat meningkatkan nilai tambah (value added) bagi pelanggan dan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan. Potensi besar Provinsi Aceh sebagai produses gabah belum diiringi dengan kemampuannya memproduksi beras yang besar pula. Hal ini dipengaruhi kapasitas pelaku usaha yang terkait dalam rantai nilai produksi padi/beras tersebut. Pengembangan kapasitas produksi penggilingan padi masih menemui hambatan, hal ini bisa disebabkan terutama oleh faktor internal dari pengusaha/perusahaan maupun faktor eksternal. Perhatian terhadap pengembangan kapasitas perusahaan penggilingan padi sangat penting sebab perusahaan ini adalah pelaku usaha utama pencipta nilai tambah. Namun saat ini belum tersedia pengetahuan tentang hubungan kapasitas pelaku penggilingan padi terhadap kinerja usaha (seperti produktivitas, profitabilitas dan effisiensi). Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan perspektif Resource-Based View/RBV diyakini dapat menjawab permasalahan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisa efisiensi pelaku usaha agribisnis padi, (2) mengidentifikasi hubungan struktural yang terjadi antara kapasitas pelaku penggilingan padi terhadap kinerja usaha (seperti faktor-faktor input, produktivitas, profitabilitas) berdasarkan kerangka kerja Resources Based View (RBV), dan (3) Mengidentifikasi sistem rantai nilai yang terbentuk pada agribinsis padi/beras di Aceh, meliputi besaran struktur biaya, nilai tambah, pemetaan peran aktor dan pengaruhnya terhadap ekonomi wilayah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat tiga pelauku utama dalam rantai nilai beras yaitu petani, pedagang pengepul, dan industri pengolahan (penggilingan). Pada tingkat petani, petani di Kabupaten Pidie cenderung efisien (= 1) dan mendekati efisien (> 0,9), Petani Aceh Besar cenderung efisien dan mendekati efisien, namun tidak sebaik kondisi di Pidie. Kondisi terburuk adalah Petani di Aceh Utara yang cenderung tidak efisien (< 0,9). In efisiensi yang terbanyak bersumber dari biaya benih yakni 25 petani yang mengalaminya dari 90 petani. Selain benih, sumber inefisiensi lainnya adalah tenaga kerja (15 petani), dan dari pupuk (13 petani). Pada tingkat pedagang pengepul, pengepul gabah yang efisien terdapat di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Pidie, sedangkan Kabupaten Aceh Besar cenderung inefisien. Selanjtunya pada tingkat industri pengolahan (penggilingan), penggilingan padi di Kabupaten Aceh Besar tidak efisien yang berada dalam status DRTS (decreasing return to scale) dengan besaran 45,5%, sedangkan Kabupaten Aceh Utara cenderung dalam status IRTS (increasing return to scale) dengan besaran 55,6%. Kondisi DRTS sebagaimana dialami pengilingan padi di Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa jika industri ini ditambah faktor produksinya, maka tidak akan meningkatkan pendapatan. Sedangkan kondisi IRTS sebagaimana di Kabupaten Aceh Utara menunjukkan bahwa jika industri ini ditambah faktor produksinya, maka akan dapat meningkatkan pendapatan. Hasil identifikasi hubungan struktural yang terjadi antara kapasitas pelaku penggilingan padi terhadap kinerja usaha juga menunjukkan bahwa faktor biaya merupakan faktor terpenting dalam menentukan kinerja perusahaan penggilingan padi. Biaya dalam hal ini meliputi biaya angkutan, biaya drying, dan biaya tenaga kerja. Konstrak biaya memiliki pengaruh langsung terbesar terhadap kinerja dipengaruhi oleh konstrak reputasi, yang diukur dari kepemilikan modal kerja dan adanya kredit dari bank. Ketiga asset dasar perusahaan berupa tangible asset, reputasi dan human capital memiliki hubungan langsung yang tidak nyata terhadap kinerja, namun memiliki hubungan tidak langsung yang nyata pada jalur yang sesuai. Secara struktural aspek reputasi memiliki kontribusi terbesar dengan agregat besaran koefisein jalurnya adalah 0,8557. Hasil identifikasi sistem rantai nilai yang meliputi besaran struktur biaya, nilai tambah, pemetaan peran aktor dan pengaruhnya terhadap ekonomi wilayah menunjukkan bahwa Kabupaten Pidie merupakan wilayah yang paling besar menciptakan nilai tambah dalam rantai nilai padi/beras, sedangkan Kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah yang nilai tambahnya terkecil. Industri pengolahan (penggilingan beras) memberikan nilai tambah terbesar dalam rantai nilai beras. Potential loss yang terjadi di Provinsi Aceh akibat gabah dijual keluar dan belum diolah di dalam provinsi adalah sebesar Rp. 358.611.466.900,- dan kehilangan kesempatan kerja sebesar 913 orang per tahun Kata kunci: beras, nilai tambah, rantai nilai, Resource-Based Viewid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Rantai Nilai Industri Beras dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Ekonomi Wilayah di Provinsi Acehid
dc.title.alternativeAnalysis of the Rice Industry Value Chain and Impact on Regional Economic Development in Aceh Provinceid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordadded valueid
dc.subject.keywordResource-Based Viewid
dc.subject.keywordriceid
dc.subject.keywordvalue chainid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record