Budidaya Tanaman Melaleuca alternifolia (Maiden & Betche) Cheel untuk Produksi Minyak Atsiri Tea Tree
Date
2020Author
Amelia, Zhafira Rizky
Supriyanto
Wulandari, Arum Sekar
Metadata
Show full item recordAbstract
Melaleuca alternifolia merupakan tanaman penghasil utama minyak atsiri
tea tree atau tea tree oil (TTO) yang pemanfaatnya sebagai antimikrob, antijamur,
antiinflamasi dan analgesik. Bagian tanaman yang menghasilkan TTO yaitu: daun
dengan cara proses destilasi. Permintaan yang tinggi terhadap TTO mempengaruhi
teknik silvikultur untuk memproduksi daun M. alternifolia. Produksi biomassa daun
M. alternifolia akan berpengaruh terhadap jumlah minyak atsiri yang dihasilkan.
Peningkatan pertumbuhan biomassa daun terdiri atas pemunculan dan pertumbuhan
tunas aksiler, pemanjangan cabang, dan jumlah tunas apikal. Hal tersebut dapat
diinduksi dengan hormon sitokinin jenis 6-BAP dan penambahan nutrisi berupa
pupuk daun melalui teknik penyemprotan. Minyak atsiri merupakan hasil
metabolisme sekunder yang dapat terbentuk secara konstituf dan induktif. Minyak
atsiri TTO dari tanaman M. alternifolia dihasilkan secara konstutif, yang mudah
ditingkatkan kuantitasnya melalui pemupukan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan biomassa daun melalui
induksi tunas aksiler dengan menggunakan hormon 6-BAP dan pupuk daun (2)
menganalisis kuantitas dan kualitas TTO hasil perlakuan induksi tunas dan
pemupukan. Bibit M. alternifolia diperoleh dari pembibitan masyarakat di Cipanas
(1.400 mdpl) Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, hasil cangkokan umur
(kurang lebih 5 bulan). Bibit ditanam dalam polibag yang berisi media tumbuh
arang sekam: kompos: kokopit: dengan perbandingan 1:1:2 (v/v) di Persemaian
Permanen Dramaga IPB Bogor (192 mdpl). Perlakuan hormon 6-BAP (dosis 0, 5,
10, 15, 20 ppm) ditujukan untuk menginduksi pertumbuhan tunas aksiler yang
dipacu dengan penambahan nutrisi berupa pupuk daun (dosis 0, 5, 10 g/L) untuk
meningkatkan biomassa daun M. alternifolia.
Penyemprotan hormon 6-BAP sebanyak 10–15 ppm mampu meningkatkan
jumlah tunas apikal. Pada dosis hormon 6-BAP 10 ppm dan 15 ppm meningkatkan
jumlah tunas apikal masing-masing sebesar 33,9% dan 22,4% dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan hormon 6-BAP pada dosis 10 ppm dan 15 ppm juga dapat
meningkatkan biomassa total per bibit masing-masing sebesar 131,46% dan
92,86% dibandingkan dengan kontrol. Penambahan nutrisi pupuk daun sebanyak 5
g/L mampu meningkatkan jumlah tunas aksiler 40,65% dan tunas apikal 20,54%
dibandingkan kontrol. Biomassa total per bibit meningkat 67,61% pada dosis 5 g/L
dan 26,17% pada dosis 10 g/L dibandingkan dengan kontrol. Biomassa tersebut
untuk menghasilkan minyak atsiri TTO. Kombinasi perlakuan antara hormon 6-
BAP dengan pupuk daun yang menghasilkan biomassa total terbanyak diperoleh
pada kombinasi hormon 6-BAP 10 ppm+pupuk daun 5 g/L dan hormon 6-BAP 15
ppm+pupuk daun 10 g/L, atau meningkat sebesar 389,33% dan 298,15%
dibandingkan dengan kontrol.
Hasil destilasi (penyulingan) daun Melaleuca alternifolia pada tingkat bibit
umur 14 bulan menghasilkan rendemen antara 0,038%–0,3%. Hasil analisis GCMS
TTO menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan bahan aktif antara standar
ISO 4730:2017, Australia dan Kebun Raya Cibodas. Perbedaan bahan aktif tersebut
meliputi: α-thujene (9,36%–10,5%); β-phellandrene (2,72%–7,18%); 2-β-pinene
(4,54%–5,1%), 1-β-pinene (4,36%); β-myrcene (8,73%–9,75%); benzene,
methyl(1-methylethyl)- (CAS) C (13,13%–16,55%); 1,3,6-octatriene, 3,7-
dimethyl-, (E)- (CAS) (13,25%–16,7%) dan α-terpinolene (13,22%–17,63%).
Persamaan bahan aktif antara ISO 4730:2017 dan Australia yaitu: α-pinene
(5,63%–6,19%) yang lebih tinggi dari standar ISO 4730:2017 dan Australia.
Sementara itu α-terpinene (7,6%–8,5%) dan g-terpinene (12,67%–14,52%) masih
berada dalam kisaran standar ISO 4730:2017 dan Australia. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh suhu lingkungan karena perbedaan geografis dan ketinggian
tempat.
Collections
- MT - Forestry [1373]