Fraksionasi Bahan Organik Tanah Inceptisols di Bawah Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) pada Umur dan Lereng Berbeda

Abstract

Bahan Organik Tanah (BOT) merupakan komponen sangat penting yang menentukan sifat dan ciri tanah. Perbedaan faktor pembentuk tanah seperti jenis dan kadar komponen non-organik tanah, perbedaan lereng, jenis dan umur vegetasi, dapat menyebabkan perbedaan kadar, bentuk dan distribusi BOT. Karet merupakan komoditas perkebunan penting yang dibudidayakan di Indonesia, terutama pada Inceptisols dan Ultisols. Tujuan penelitian ini mengkaji distribusi BOT dari Inceptisols berdasarkan bentuk ikatan dan kedalaman tanah serta hubungan kadar klei dengan kadar BOT di bawah tegakan karet pada umur dan lereng yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada Inceptisols Dramaga, Bogor, pada lereng 0% dengan karet berumur 10 dan 25 tahun, pada lereng 15% dengan karet berumur 10 tahun, dan pada lereng 20% dengan karet berumur 25 tahun. Kadar dan distribusi BOT ditetapkan pada setiap horison dari masing-masing profil tanah pewakil meliputi kadar BOT Total dan fraksionasi BOT ke dalam bentuk bebas, terikat klei, dan terikat seskuioksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk BOT terikat seskuioksida dominan terhadap proporsi bentuk BOT bebas dan BOT terikat klei. Kadar mutlak bentuk-bentuk BOT di bawah tegakan karet berumur 25 tahun lebih tinggi dibanding di bawah tegakan karet berumur 10 tahun namun proporsinya terhadap BOT Total relatif sama. Kadar mutlak bentuk-bentuk BOT maupun proporsinya terhadap BOT Total pada lereng datar lebih tinggi daripada lereng miring. Klei berikatan dengan BOT pada lapisan permukaan profil di bawah tegakan karet berumur 25 tahun dan pada lereng datar lebih tinggi daripada di bawah tegakan karet berumur 10 tahun dan pada lereng miring. Semakin meningkat kedalaman tanah, bahan organik lebih banyak diikat oleh seskuioksida, tertinggi pada profil di bawah tegakan karet berumur 25 tahun pada lereng 15%.

Soil Organic Matter (SOM) is a significant component that determines soil properties and characteristics. Differences in soil-forming factors such as the types and contents of non-organic soil components, differences in slopes, types and ages of vegetation, can cause differences in the content, form, and distribution of SOM. Rubber is an important plantation commodity cultivated in Indonesia, especially on Inceptisols and Ultisols. The purpose of this study was to examine the SOM distribution of Inceptisols based on the bonding mechanism and soil depth, and the relationship between clay and SOM content under rubber plantations at different ages and slopes. This research was conducted at Inceptisols Dramaga, Bogor, on a 0% slope with rubber aged 10 and 25 years, on a 15% slope with 10 years old rubber, and a 20% slope with 25 years old rubber. The content and distribution of SOM were determined at each horizon of each representative soil profile including the Total SOM content and SOM fractionation into free, bound by clay, and bound by sesquioxide. The results showed that the form of SOM bound by sesquioxide was dominant in the proportion of the form of free SOM and SOM bound by clay. The absolute SOM contents under 25 years old rubber plantations are higher than that under 10 years old rubber plantations but their proportions to the Total SOM are relatively similar. The absolute SOM contents and their proportion to the Total SOM on a flat slope are higher than the inclined slope. Clay bonded to SOM on the surface layer of profiles under 25 years old rubber plantations and on flat slopes higher than under 10 years old rubber plantations and inclined slopes. As the depth of soil advances, SOM tends to be bonded by sesquioxide, the highest can be witnessed through the soil profile under the 25 years old rubber plantation on a 15% slope.