Show simple item record

dc.contributor.advisorWijayanto, Nurheni
dc.contributor.advisorTrikoesoemaningtyas
dc.contributor.advisorMansur, Irdika
dc.contributor.authorJuliarti, Anna
dc.date.accessioned2021-04-01T01:11:46Z
dc.date.available2021-04-01T01:11:46Z
dc.date.issued2021-03
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106476
dc.description.abstractUpaya reklamasi lahan bekas tambang di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Sebelum tahun 1990, reklamasi banyak mengalami kendala akibat pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Perusahaan yang berhasil mereklamasi lahan bekas tambangnya masih sedikit. Periode tahun 1990–2000, usaha reklamasi lahan bekas tambang telah mengalami kemajuan. Perusahaan berhasil mereklamasi lahan bekas tambang dengan menanami jenis rumput dan cover crop jenis legum untuk mengurangi erosi. Selanjutnya ditanami jenis pohon yang cepat tumbuh dan adaptif terhadap kondisi lahan. Jenis pohon yang ditanam diantaranya adalah Akasia (Acacia mangium) dan Sengon (Paraserianthes falcataria). Periode setelah tahun 2000, pemilihan jenis pohon kehutanan dalam reklamasi lahan bekas tambang menjadi prioritas utama, terutama jenis pohon lokal komersial. Serangkaian penelitian dilakukan untuk menghasilkan teknologi tepat guna bagi tanaman lokal komersial dalam mereklamasi lahan bekas tambang. Periode ini menjadi awal dari upaya reklamasi lahan bekas tambang dengan tujuan memperbaiki lingkungan dan meningkatkan produktivitas lahan. Pohon lokal komersial yang ditanam diharapkan mempercepat penutupan lahan dan secara ekonomi menghasilkan hasil hutan dan bukan kayu, seperti buah, bunga, biji, getah, kulit dan minyak atsiri. Salah satu jenis tanaman hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang ditanam di lahan bekas tambang adalah jenis kayu putih. Kayu putih (Melaleuca cajuputi) merupakan salah satu jenis MPTS (Multiple Purpose Tree Species) dan HHBK yang ditanam di areal reklamasi bekas tambang dengan status APL (Areal Penggunaan Lain). Kayu putih dipilih sebagai tanaman pokok dalam reklamasi karena termasuk jenis pionir, memiliki adaptasi tinggi, cepat tumbuh, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi, dan menghasilkan minyak atsiri. Revegetasi merupakan salah satu kegiatan dalam mereklamasi lahan bekas tambang. Model revegetasi yang cocok dalam upaya pemanfaatan lahan di antara tanaman pokok adalah agroforestri. Model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi, reforestrasi dan agroforestri. Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman pertanian dan bertujuan meningkatkan keuntungan secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Pemanfaatan lahan diantara tanaman pokok bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Upaya peningkatan produktivitas lahan dilakukan dengan menanam kayu putih dan serehwangi dengan pola agroforestri. Aplikasi pola agroforestri pada lahan reklamasi diharapkan meningkatkan kualitas lingkungan dan produksi tanaman. Serehwangi dipilih sebagai cover crop, karena tidak disukai ternak, pertumbuhannya cepat, adaptif, mampu menahan erosi, cepat membentuk kanopi, bernilai ekonomis, dan tidak toksik bagi tanaman pokok. Penelitian dilakukan meliputi 3 tahapan kegiatan yaitu: (1) Agroforestri kayu putih dan serehwangi di lahan reklamasi bekas tambang batubara; (2) Kualitas fisik dan kimia tanah di lahan monokultur kayu putih dan agroforestri, dan (3) Pertumbuhan kayu putih di lahan bekas tambang batubara dengan aplikasi pupuk kompos. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pertumbuhan, rendemen, dan minyak atsiri kayu putih dan serehwangi, menganalisis perubahan sifat fisik dan kimia tanah di lahan monokultur kayu putih dan agroforestri, dan menganalisis pengaruh pemberian kompos pada pertumbuhan kayu putih. Pada penelitian dengan topik ‘Agroforestri kayu putih dan serehwangi di lahan reklamasi bekas tambang batubara’, dilakukan pengamatan pertumbuhan, rendemen dan kandungan minyak atsiri kayu putih dan serehwangi selama 12 bulan. Rancangan penelitian adalah Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split-split Plot Design) dengan 3 faktor, yaitu faktor pola tanam, dosis pupuk kompos dan jarak tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pola tanam tidak meningkatkan tinggi, diameter, lebar tajuk dan kandungan Sineol kayu putih, tetapi meningkatkan produksi daun kayu putih produksi panen 2 dan rendemen panen 1. Pola tanam agroforestri (varietas G2 dan Sitrona 2 Agribun) menghasilkan produksi daun kayu putih pada panen 2 dan rendemen panen 1 lebih tinggi dibandingkan pola tanam monokultur. Interaksi agroforestri–serehwangi varietas G2– dosis pupuk kompos 0,3 kg–jarak tanam 0,5m x 0,5m menghasilkan produksi daun panen 2 dan Sineol panen 2 lebih tinggi dibandingkan interaksi perlakuan lainnya. Hasil penelitian serehwangi menunjukkan bahwa perlakuan pola tanam meningkatkan jumlah anakan per rumpun, panjang daun, lebar tajuk, produksi daun, dan rendemen serehwangi namun tidak meningkatkan kandungan Sitronellal dan Geraniol serehwangi. Pola tanam agroforestri G2 menghasilkan jumlah anakan per rumpun, panjang daun, lebar tajuk dan produksi daun serehwangi lebih besar dibandingkan monokultur–varietas G2, monokultur–varietas Sitrona 2A dan agroforestri–varietas Sitrona 2A. Serehwangi varietas G2 menghasilkan pertumbuhan terbaik (monokultur dan agroforestri). Serehwangi varietas Sitrona 2 agribun (monokultur dan agroforestri) menghasilkan rendemen terbaik. Hasil penelitian dengan topik ‘Kualitas fisik dan kimia tanah di lahan monokultur kayu putih dan agroforestri’, menunjukkan bahwa pola agroforestri belum menghasilkan perubahan sifat fisik dan kimia tanah selama 1 tahun, kecuali penurunan rasio C / N dan KTK secara signifikan dibandingkan dengan pola tanah monokultur kayu putih. Perubahan rasio C / N dari sangat tinggi ke sedang dan KTK dari sangat tinggi ke rendah Pertumbuhan kayu putih di lahan bekas tambang batubara dengan aplikasi pupuk kompos dilakukan dengan perlakuan aplikasi pupuk kompos pada taraf tanpa pupuk, 1,6 kg/tanaman, dan 2,4 kg/tanaman. Pengamatan dilaksanakan selama 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kompos meningkatkan pertambahan tinggi kayu putih, tetapi tidak meningkatkan pertambahan diameter dan lebar tajuk. Pemberian pupuk kompos sebanyak 2,4 kg/tanaman menghasilkan tinggi kayu putih lebih besar dibandingkan tanpa pupuk, dan pemberian dosis pupuk kompos sebanyak 1,6 kg/tanaman.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleCajuput (Melaleuca cajuputi (L.) Powell.) and Citronella (Cymbopogon nardus (L.) Rendle.) Agroforestry in Ex-Coal Mining Reclamation Landid
dc.title.alternativeCajuput (Melaleuca cajuputi (L.) Powell.) and Citronella (Cymbopogon nardus (L.) Rendle.) Agroforestry in Ex-Coal Mining Reclamation Land.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordagroforestryid
dc.subject.keywordcajuputid
dc.subject.keywordcitronellaid
dc.subject.keywordex-coal mining landid
dc.subject.keywordmonocultureid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record