Karakterisasi Genomik Daya Adaptasi Shorea balangeran (Korth.) Burck.
Date
2020-12Author
Indriani, Fitri
Siregar, Iskandar Zulkarnaen
Juniarti, Ulfah
Matra, Deden Derajat
Metadata
Show full item recordAbstract
Shorea balangeran secara alami tumbuh di hutan rawa gambut dengan
kondisi genangan sedang, juga dapat tumbuh dengan baik pada hutan kerangas
dengan suhu dan intensitas cahaya yang tinggi dan areal yang kering. Kondisi ini
menjadikan balangeran memungkinkan untuk digunakan sebagai tanaman restorasi.
Selain itu, balangeran merupakan jenis asli gambut dan jenis cepat tumbuh serta
jenis yang memerlukan cahaya matahari. Hal tersebut menjadikan balangeran
cocok untuk kegiatan restorasi karena kondisi area yang terdegradasi umumnya
merupakan area yang terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi. Penggunaan
balangeran sebagai tanaman restorasi membawa konsekuensi pentingnya
pemahaman mekanisme adaptasi pada level ekologi dan molekuler untuk
mengembangkan strategi untuk pemilihan jenis.
Balangeran di Cagar Alam Muara Kendawangan, Kalimantan Barat tumbuh
pada hutan gambut dan hutan kerangas. Berdasarkan indeks nilai penting dan
indeks dominansi balangeran merupakan jenis yang dominan pada dua lokasi.
Namun jumlah permudaan balangeran di kawasan ini tergolong rendah apabila
kondisi ini terus berlangsung dapat menyebabkan kepunahan jenis. Balangeran
berasosiasi positif dengan puspa, ubah merah, pentapatan dan perapat yang
menunjukkan jenis-jenis tersebut memiliki relung ekologi yang sama. Balangeran
berasosiasi negatif dengan pentapaian dan gerunggang yang merupakan jenis pioner
yang menunjukkan terjadinya kompetisi antara jenis pioner dan klimaks dalam
mendapatkan cahaya, unsur hara dan ruang.
Keragaman genetik dianalisis menggunakan penanda RAPD dengan 10
primer polimorfik dan AFLP menggunakan sepasang primer. Hasil menunjukkan
bahwa baik pada hutan kerangas maupun hutan gambut dua penanda menunjukkan
bahwa balangeran memiliki nilai keragaman genetik yang tinggi pada tingkat
spesies dibandingkan dengan jenis Shorea lainnya. Nilai diferensiasi genetik yang
dihasilkan tergolong rendah yang mengindikasikan terjadi homogenitas pada
populasi di CA Muara Kendawangan. Hal ini dapat dilihat pada hasil PCoA dengan
pola klustering yang dihasilkan tidak berasosiasi dengan jarak genetik dan sesuai
dengan hasil AMOVA yang menunjukkan rendahnya nilai variasi antar populasi.
Selain itu, penggunaan penanda RAPD dan AFLP tidak menyebabkan terjadi
pemisahan antar populasi yang menandakan balangeran di CA Muara
Kendawangan secara genetik pohon tersebut cenderung sama.
Penelitian dengan mengidentifikasi gen fungsional dan mekanisme toleransi
yang menjadi informasi dasar bagi balangeran untuk menoleransi variasi ekologi.
Penelitian ini melaporkan dua dataset transkriptom dari sampel daun dan batang
bibit yang ditanam pada media tanah gambut dan tanah mineral. RNA sekuensing
digunakan untuk mendapatkan fungsional pathways dan gen yang terekspresi pada
balangeran. Didapatkan 440 665 dan 187 297 contigs dari batang dan daun.
Metabolisme thiamine dan purine merupakan pathway dengan ekspresi tertinggi
pada respon adaptasi tanaman terhadap cekaman abiotik. Analisis differentially
expressed genes (DEGs) menunjukkan gen yang ter up-regulated berperan dalam
adaptasi tanaman terhadap cekaman abiotik terutama terhadap genangan dan
kekeringan. Gen-gen yang terlibat dalam fotosintesis ter down-regulated pada daun
dibawah cekaman air terutama gen yang berhubungan dengan sintesis klorofil.
Collections
- DT - Forestry [344]