Deteksi Molekuler Gen Penyandi Resistansi Antibiotik pada Klebsiella pneumoniae dari Kucing Klinik di Kota Bogor
Abstract
Kucing merupakan karnivora kecil dari famili Felidae yang telah
didomestikasi selama ribuan tahun dan dekat dengan manusia karena memiliki daya
adaptasi yang cukup baik. Proses domestikasi ini dapat menyebabkan kucing mudah
terserang penyakit, infeksi pada saluran pernapasan merupakan infeksi yang sering
terjadi pada kucing. Penyakit saluran pernapasan pada kucing umumnya disebabkan
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit saluran
pernapasan dapat terjadi akibat infeksi bakteri Klebsiella pneumoniae.
Adanya infeksi bakteri dapat ditanggulangi dengan pemberian antibiotik.
Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh ketepatan dosis, lama pemberian, dan
pemilihan obat yang tepat. Penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat
menyebabkan terjadinya resistansi antibiotik. Resistansi antibiotik dapat
meningkatkan risiko kegagalan penggunaan antibiotik, tidak hanya pada manusia
tetapi juga pada hewan peliharaan. Permasalahan resistansi antibiotik pada hewan
kesayangan menjadi perhatian besar di seluruh dunia. Kejadian resistansi bakteri
terhadap antibiotik sangatlah penting untuk diperhatikan karena telah terbukti bahwa
bakteri yang resistan dapat menyebabkan penyakit yang serius pada hewan peliharaan
dan dapat mempersulit pengobatan.
Penelitian ini bertujuan mendeteksi adanya resistansi antibiotik serta gen
penyandi resistansi antibiotik terhadap Klebsiella pneumoniae yang diisolasi dari
kucing klinik di kota Bogor. Resistansi secara fenotipik diukur dengan metode Disk
Diffusion Kirby-Bauer, sedangkan PCR digunakan untuk mendeteksi secara genotip.
Total sampel penelitian terdiri dari 58 usap laring dan sputum dari kucing klinik di
kota Bogor. Sampel diisolasi dan diidentifikasi secara makroskopis, mikroskopis,
biokimia dan molekuler. Isolat yang positif dilakukan uji resistansi terhadap
antibiotik menggunakan metode Kirby-Bauer disk diffusion kemudian dilanjutkan
dengan uji PCR untuk mendeteksi gen penyandi resistansi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat resistansi Klebsiella pneumoniae
tertinggi terjadi pada golongan β-laktam (ampisilin 76%) yang diikuti oleh golongan
tetrasiklin (oksitetrasiklin 72% dan tetrasiklin 68%), golongan kuinolon
(enrofloksasin 52%), serta golongan aminoglikosida (gentamisin 44%). Hasil
penelitian juga menunjukkan adanya Multi Drug Resistance (MDR) 56%. Deteksi
gen resistansi pada isolat Klebsiella pneumoniae menunjukkan 100% memiliki gen
blaTEM, 57,2% memiliki gen tetA, 33,3% memiliki gen aac3-IV dan QnrS, serta
30,4% memiliki gen blaSHV. Isolat Klebsiella pneumoniae pada penelitian ini telah
resistan terhadap seluruh antibiotik dan memiliki gen penyandi resistansi antibiotik
dengan persentase yang berbeda-beda. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam pemakaian antibiotik untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella pneumoniae
Collections
- MT - Professional Master [875]