Kajian Prospek Keberlanjutan Kedih (Presbytis thomasi) Di Cagar Alam Pinus Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
Date
2021Author
Ruskhanidar, Ruskhanidar
Alikodra, Hadi Sukadi Alikodra
Iskandar, Entang Iskandar
Santoso, Nyoto Santoso
Mansjoer, Sri Supraptini Mansjoer
Metadata
Show full item recordAbstract
Kedih (Presbytis thomasi) merupakan satwa primata endemik Sumatera, yang sebarannya terbatas di wilayah Aceh dan sebagian kecil Sumatera Utara. Populasi spesies ini sangat terancam karena gangguan habitat. Status konservasinya tercatat vulnerable dalam daftar IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan Apendix II dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Habitatnya banyak mengalami gangguan terutama kebakaran hutan dan pembalakan liar. Kondisi ini menyebabkan kehilangan sejumlah pohon yang berfungsi sebagai sumber pakan, pohon tidur dan tempat beraktivitas. Hilangnya sejumlah pohon akan mempersempit ruang gerak kedih dan terbatasnya sumber pakan, sehingga berdampak buruk bagi keberlanjutan kedih di CAPJ. Kondisi ini jika terus berlanjut akan menekan pertumbuhan kedih dan dapat mengakibatkan kepunahan pada skala lokal. Masyarakat juga punya andil besar dalam keberlanjutan hidup kedih di CAPJ. Terdapat empat kampung yang berbatasan langsung dengan CAPJ, dan mereka juga masuk dalam kawasan untuk mengambil hasil hutan bukan kayu. Hadirnya masyarakat dalam kawasan secara tidak langsung dapat mengganggu kehidupan kedih. Tiga aspek yang akan menentukan prospek keberlanjutan hidup kedih yakni populasi kedih, habitat kedih dan masyarakat sekitar kawasan CAPJ yang dapat berperan dalam konservasi kedih.
Penelitian prospek keberlanjutan kedih ini bertujuan untuk menganalisis populasi dan habitat kedih, masyarakat sekitar CAPJ dan prospek keberlanjutan kedih di CAPJ. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bentuk data dan informasi sebagai dasar untuk konservasi kedih di CAPJ. Lokasi penelitian berada pada blok rehabilitasi dan blok perlindungan dengan luas sampel 6,7 km2 dari 15.000 ha CAPJ. Pengumpulan data lapangan pada penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yakni Desember 2017 hingga September 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode line transect untuk mendapatkan data populasi kedih. Pengumpulan data dilakukan dari pagi sampai sore hari dengan cara menelusuri jalur transek. Luas wilayah jelah diperoleh dengan cara menelusuri jalur transek, mengikuti dua kelompok kedih target secara bergantian, sejak pagi hari saat kedih aktif dari pohon tidur hingga sore hari saat masuk kembali ke pohon tidur. Penelitian habitat diamati dengan menggunakan petak contoh sebanyak 10 petak contoh pada blok rehabilitasi dan 50 petak contoh pada blok perlindungan.
Total kelompok kedih yang ditemukan selama pengamatan adalah sebanyak tujuh kelompok dengan jumlah idividu sebanyak 34 individu. Kepadatan populasi sebesar 1,16 individu/km2 dan kepadatan kelompok sebesar 0,24 klp/km2. Struktur populasi kedih secara menyeluruh kelompok anak sebesar 14,71% (lima individu), kelompok remaja 35,29% (12 individu), betina dewasa 26,47% (Sembilan individu), dan jantan dewasa 23,53% (delapan individu), dengan nisbah kelamin individu dewasa 1:1,6. Aktivitas perergerakan atau berpindah dilakukan kedih untuk mencari sumber pakan dan tempat beristirahat. Panjang lintasan jelajah harian kedih bervariasi rata-rata berkisar antara 144,92 m hingga 242,3 m hari, dengan luas daerah jelajah antara 25 hektar hingga 27 hektar.
Total jenis tumbuhan yang teridentifikasi di habitat kedih sebanyak 106 jenis. Vegetasi pohon pada habitat kedih ini didominasi oleh jenis beringin (Ficus sp) dan beberapa jenis tumbuhan lain seperti Erythrna subumbrans, Toona sureni dan Macaranga tacius. Total jenis tumbuhan sumber pakan kedih yang ditemukan sebanyak 106 jenis dan Indeks keanekaragaman termasuk dalam katagori tinggi lebih besar dari tiga. Masyarakat di sekitar CAPJ jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masih rendah. Pemilikan lahan masih dalam skala kecil yakni 2500 m sawah dan satu hektar lahan kebun, dengan jarak paling jauh tiga km dari perkampungan. Kepemilikan lahan sawah dan kebun juga jarak dengan kawasan serta aktifitas usaha tani masyarakat tidak mengganggu kehidupan kedih karena semuanya masih di luar kawasan CAPJ.
Prospek keberlanjutan kedih dari indikator populasi kurang berlanjut. Agar populasi kedih dapat berlanjut dan populasi dapat tumbuh berkembang menjadi lebih banyak jumlahnya dapat dilakukan melalui upaya restocking dengan menambahkan sejumlah induk betina baru yang didatangkan dari luar habitat CAPJ sebanyak 15 individu. Tindakan lain yang dapat dilakukan dengan memperbaiki habitat melalui pengayaan jenis pada lokasi bekas kebakaran hutan dan blok rehabilitasi yang jumlah vegetasi dan kerapatannya masih rendah. Pengayaan vegetasi ini diharapkan dapat menjadi koridor bagi kedih di CAPJ dan dapat berhubungan dengan kedih di luar CAPJ. Indikator habitat dapat mendukung kedih di CAPJ karena struktur tegakan tingkat tiang dan pohon lebih tinggi. Kedua struktur ini dibutuhkan kedih sebagai satwa arboreal untuk beristirahat dan bermain juga melakukan aktifitas sosial lainnya. Berdasarkan indikator masyarakat kedih juga dapat berlanjut di CAPJ, karena masyarakat tidak melakukan perburuan terhadap kedih. Aktifitas memanen ikan dan madu lebah hutan serta jerenang belum pada tingkat membahayakan hidup kedih, karena masyarakat berada pada lantai hutan dan kedih berada pada ketinggian di atas 10 m.
Kata kunci: cagar alam, endemik, habitat, kedih, populasi