Potensi Jenis Burung sebagai Penyebar Benalu Teh dan Kandungan Metabolit Benalu Teh di Kebun Gunung Mas Bogor

Abstract

Teh atau Camellia sinensis (L.) Kuntze merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Teh yang tidak dirawat dapat ditumbuhi benalu. Penyebaran biji benalu pada tumbuhan teh sampai saat ini diketahui disebarkan oleh satwa liar, dalam hal ini burung. Teh yang ditumbuhi benalu diketahui terjadi perubahan kandungan metabolit dibandingkan dengan teh yang tidak ditumbuhi benalu. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi burung-burung penyebar benalu teh; (2) mengidentifikasi jenis-jenis benalu teh; (3) mengidentifikasi dan menganalisis kandungan metabolit benalu teh (bagian daun dan batang) yang berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai perubahan metabolit teh yang menjadi inang benalu dengan yang tidak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemanfaatan teh dan juga benalu teh dalam bidang lainnya seperti untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengamatan burung adalah concentration count dengan titik pusat pengamatan pada pohon teh sebagai inang benalu. Identifikasi jenis benalu dilakukan dengan mencocokkan morfologi daun dengan hasil-hasil penelitian. Selanjutnya dalam mengidentifikasi perubahan senyawa kimia pada daun dan batang pohon teh inang yang telah ditumbuhi oleh tiga jenis benalu teh dibandingkan dengan pohon teh kontrol menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pola KLT untuk tiap benalu juga ditentukan sebagai perbandingan perbedaan metabolit yang dihasilkan oleh benalu dan inangnya. Jenis-jenis burung yang teramati mendatangi pohon teh berbenalu sebanyak 8 jenis burung. Tingkat keseringan tertinggi jenis burung yang mendatangi benalu teh adalah burung madu (Nectarinia jugularis dan Arachnothera longirostra), namun kedua jenis burung tersebut tidak memakan buah benalu teh. Adapun jenis burung yang diduga berpotensi menyebarkan benalu teh adalah Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolentum). Berdasarkan hasil identifikasi jenis-jenis benalu teh, ditemukan tiga jenis benalu teh yaitu Scurrula atropurpurea (Blume) Danser, Taxillus sp., dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. Ketiga jenis benalu yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk dalam famili Loranthaceae. Scurrula atropurpurea (Blume) Danser memiliki daun yang hampir menyerupai daun durian dengan warna coklat muda mengkilap, buah berbentuk bulat dan berukuran kecil. Taxillus sp. memiliki batang berbentuk kotak. Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. memiliki bentuk daun yang hampir sama dengan daun teh. Daun jenis ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, tunas bunga berwarna merah. Perbedaan metabolit ditentukan pada batang dan daun teh yang ditumbuhi benalu dan tidak. Pola kromatografi lapis tipis ekstrak batang teh yang tidak ditumbuhi oleh benalu teh maupun yang ditumbuhi oleh benalu teh tidak menunjukkan jumlah pita yang berbeda. Hanya intensitas pita yang sedikit berbeda yaitu pada bagian atas dan bawah kromatogram pada ekstrak batang teh yang ditumbuhi oleh benalu, ketebalan pitanya menurun terutama yang ditumbuhi oleh benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan metabolit pada bagian batang tidak banyak terjadi. Pola KLT ekstrak daun dan batang teh berbeda yang menunjukkan bahwa senyawa ataupun komponen senyawa kimia pada batang dan daun teh berbeda. Pola KLT daun teh juga berbeda antara yang tidak ditumbuhi oleh benalu (kontrol) maupun yang ditumbuhi benalu (inang). Ekstrak daun teh yang tidak ditumbuhi benalu memiliki jumlah pita yang lebih banyak dan lebih tebal dibandingkan dengan yang ditumbuhi oleh benalu. Ekstrak daun teh yang menjadi inang bagi benalu jenis Scurrula atropurpurea (Blume) Danser dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq memiliki lebih sedikit pita, sedangkan yang menjadi inang bagi benalu Taxillus sp. masih memiliki jumlah pita yang lebih banyak, baik pada UV 254 nm maupun UV 366 nm. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan senyawa kimia pada daun teh saat daun teh tersebut menjadi inang bagi benalu. Perbedaan intensitas pita ditunjukkan hasil Image J pada kromatogram yang dideteksi pada UV 366 nm. Senyawa yang terkandung pada ekstrak daun benalu pada tiga jenis benalu yang diteliti pada studi ini berbeda seperti terlihat pada pola KLTnya. Hal ini menunjukkan ketiga benalu berasal dari jenis yang berbeda sehingga menghasilkan metabolit yang berbeda pula. Selain itu, komponen metabolit pada bagian batang dan daun benalu juga terlihat berbeda berdasarkan pola pita yang tampak pada UV 254 nm dan juga pola dan warna pita yang tampak pada UV 366 nm. Perbedaan komponen senyawa pada jenis benalu yang berbeda dan juga bagian benalu yang berbeda perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat menentukan jenis benalu yang berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya. Perbedaan komponen ini tentunya akan berhubungan dengan perbedaan pemanfaatan dari benalu maupun teh yang ditumbuhi benalu. Burung Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolentum) merupakan jenis burung yang berpotensi menyebarkan benalu teh dari 8 jenis burung yang mendatangi pohon teh berbenalu. Scurrula atropurpurea (Blume) Danser, Taxillus sp., dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. merupakan jenis benalu yang tumbuh di pohon teh yang tidak dirawat. Jenis benalu Taxillus sp. dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. mengalami perubahan ketebalan pita paling banyak artinya terjadi paling banyak perubahan metabolit.

Tea tree or Camellia sinensis (L.) Kuntze is a commodity plantation that has an important role in economic activity in Indonesia. Untended tea tree can trigger the development of parasitic plants. The dispersal of the parasitic plant’s seeds on tea trees is known to be spread by wildlife, in this case, birds. Infested tea tree by the parasitic plants cause changes in the metabolite compound compared to the not infested one. The objectives of this research are: (1) to identify bird species that disseminate tea tree’s parasitic plants; (2) to identify the species of tea tree’s parasitic plants; (3) to identify and analyze metabolites of tea tree parasites (leaves and stems) which have the potential to be an anticancer agent. This research is expected to provide scientific information regarding changes in tea tree metabolites with and without the parasites. This study are expected to be a consideration for the use of tea and the tea tree parasites in other field of study (e.g. improving public health). The method used in bird watching is concentration count with the tea tree as the observation center point as the host of the parasite. Identification of parasites was carried out by matching the leaf morphology with the research results. Furthermore, in identifying changes in chemical compounds in the leaves and stems of the tea tree that had been overgrown by three species of parasitic plants compared to control tea trees using Thin Layer Chromatography (TLC) method. TLC pattern for each parasite was also determined as a comparison of the differences in metabolites produced by the parasite and its host. There were as many as eight species of birds observed on the tea tree which is infested with parasites. The highest frequency of bird species visiting the tea parasitic plants is honey bird (Nectarinia jugularis and Arachnothera longirostra). However, the two species of birds exclude the fruit of the parasitic plants as their feed. Therefore, the species of bird considered to have the potential to disperse the tea parasites is Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolentum). Based on the identification results, three species of parasitic plants were found, namely Scurrula atropurpurea (Blume) Danser, Taxillus sp., and Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. Three species of parasitic plants found in this study belong to the Loranthaceae family. Scurrula atropurpurea (Blume) Danser has leaves that almost resemble durian leaves with shiny light brown color, round fruit and small size. Taxillus sp. has a box shaped trunk. Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. has a leaf shape similar to tea leaves. Leaves of this species are round and small, red flower buds. The differences in metabolites were determined in the stem and tea leaves that were infested with and without parasites. TLC pattern of tea stem extracts that were neither infested nor not infested by the parasitic plants did not show any different number of bands. The only intensities of the band that were slightly different were at the top and bottom of the chromatogram on the tea stem extract that was overgrown with parasites. The thickness of the tape decreased, especially those infested by Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. This shows that there are not many metabolite changes in the stem. TLC patterns of leaf and tea stem extracts were different, which indicate that compounds or chemical compounds in the tea stems and leaves were different. TLC patterns of tea leaves also differ between those that were not infested by parasites (control) and those that were infested by parasites (host). Tea leaf extract that was not overgrown with parasites had a greater number of ribbons and was thicker than those overgrowned with parasites. Tea leaf extract which is the host for Scurrula atropurpurea (Blume) Danser and Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. has fewer bands, while the host for Taxillus sp. still has a higher number of bands, both at UV 254 nm and UV 366 nm. This shows that there is a change in chemical compounds in the tea leaves when the tea leaves become the host for parasites. The difference in band intensity is shown by the results of Image J on the chromatogram detected at UV 366 nm. Compounds contained in the parasite leaf extract in the three species of the parasitic plants examined in this study were different as seen in the TLC pattern. This shows that the three parasitic plants belong to different species, hence they produce different metabolites. In addition, metabolite components in the stems and leaves of the parasitic plants also look different based on the band pattern seen at UV 254 nm and also band pattern and color seen at UV 366 nm. Differences in the components of the compounds in different species of parasites and also different parts of parasites need to be studied further to be able to determine which parasitic plant species that have the potential to be developed further. The difference in these components will, of course, be related to differences in the use of parasites and tea that is grown by parasites. In conclusion, Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolentum) is one of bird species that has the potential to spread tea tree parasites from eight species of birds that come to the tea tree with seeds. Scurrula atropurpurea (Blume) Danser, Taxillus sp., and Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. are parasites that grow on untended tea trees. Species of parasitic plant Taxillus sp. and Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. experiencing most changes in band thickness. Which means, Taxillus sp. and Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. have the most metabolite changes.