Show simple item record

dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorKusnadi, Nunung
dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.authorVarina, Firna
dc.date.accessioned2021-02-15T03:41:34Z
dc.date.available2021-02-15T03:41:34Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105909
dc.description.abstractPerkebunan kelapa sawit rakyat di Indonesia berperan penting dalam industri kelapa sawit nasional. Pada tahun 2018 perkebunan rakyat menguasai 40,6 % luas areal kelapa sawit Indonesia dengan kontribusi 35,7 % dari produksi kelapa sawit (CPO) nasional. Produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat adalah 3,24 ton CPO/ha masih berada di bawah produktivitas perkebunan besar yang mencapai 3,70 ton CPO/ha. Ada dua tipe pekebun menurut pola pengelolaan, yaitu pekebun mandiri dan pekebun mitra. Pekebun mitra adalah pekebun yang terikat kontrak dengan dukungan perusahaan besar perkebunan, sedangkan pekebun mandiri mengadopsi pengelolaan usahatani secara mandiri. Perbedaan teknologi produksi pada pola pengelolaan ini diduga akan memengaruhi produksi kelapa sawit rakyat. Dengan menggunakan metafrontier akan mengungkap kesenjangan teknologi antara kedua pola pengelolaan terhadap teknologi produksi perkebunan kelapa sawit rakyat. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan analisis untuk: (1) Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi produksi perkebunan kelapa sawit rakyat pola kemitraan dan mandiri; (2) Menelaah faktor-faktor yang menentukan efisiensi teknis perkebunan kelapa sawit rakyat pola kemitraan dan mandiri; (3) Menganalisis kesenjangan teknologi menurut pola pengelolaan terhadap teknologi produksi perkebunan kelapa sawit rakyat; (4) Mengukur efisiensi perkebunan kelapa sawit rakyat pola kemitraan dan mandiri dengan metafrontier Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan data sekunder dari hasil survei rumah tangga usaha perkebunan tahun 2014 (ST2013 SKB) yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dengan jumlah pekebun terpilih 21.040 pekebun yang terdiri dari pekebun mandiri 18.003 orang dan pekebun mitra 3.037 orang. Analisis fungsi produksi untuk masing-masing pola pengelolaan menggunakan pendekatan model stokastik frontier dengan bentuk fungsional translog. Analisis efek inefisiensi teknis menggunakan pendekatan Battese dan Coelli (1995) dan analisis kesenjangan teknologi menggunakan pendekatan stokastik metafrontier menurut Huang et al. (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pekebun kelapa sawit rakyat didominasi oleh pekebun dewasa dan tua dengan tingkat pendidikan relatif rendah. Luas tanaman relatif kecil (kurang dari 2 hektar) dengan umur tanaman sangat beragam, sistem pengelolaan yang tradisional dan belum mengikuti petunjuk teknis yang benar. Lahan perkebunan umumnya adalah lahan milik sendiri, dan sebagian besar pekebun menggunakan modal sendiri dalam membiayai usahataninya. Dari sisi kelembagaan dan pemasaran hasil panen, pekebun mitra relatif lebih baik dibandingkan pekebun mandiri. Dari sisi produksi dan pendapatan, kinerja pekebun mitra relatif lebih baik dibandingkan pekebun mandiri, namun rata-rata produktivitas keduanya masih jauh dibawah potensi produksinya. Faktor umur tanaman, sebagai ciri khas fungsi produksi tanaman tahunan berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit. Faktor-faktor produksi lainnya seperti jumlah pohon produktif, tenaga kerja, pupuk kimia dan pestisida, memengaruhi produksi secara positif dan signifikan pada kedua pola pengelolaan, kecuali pestisida yang tidak signifikan pada pekebun mandiri. Model efek inefisiensi teknis menyarankan bahwa variabel-variabel dalam karakteristik pekebun (umur dan pendididkan), kelembagaan pertanian (penyuluhan dan keanggotaan poktan) dan karakteristik usahatani (kepemilikan lahan dan sumber pembiayaan) merupakan faktor-faktor yang mampu memperbaiki efisiensi teknis produksi kelapa sawit pekebun mandiri. Sebaliknya pada pekebun mitra, kelembagaan pertanian dan kepemilikan lahan yang mampu memperbaiki efisiensi teknis produksi, namun variabel sumber pembiayaan dan bantuan justru akan menurunkan efisiensi teknis. Karakteristik pekebun tidak memengaruhi efisiensi teknis pekebun mitra. Statistik rasio kesenjangan teknologi menunjukkan bahwa teknologi produksi pada kedua pola pengelolaan hampir mendekati teknologi produksi pada perkebunan kelapa sawit rakyat, yang berarti pekebun telah menggunakan teknologi yang tersedia di sektor perkebunan kelapa sawit rakyat. Tidak ada perbedaan rata-rata kesenjangan teknologi antara kedua pola pengelolaan terhadap metafrontier perkebunan kelapa sawit rakyat. Ukuran efisiensi teknis terhadap metafrontier menunjukkan bahwa pekebun mitra lebih efisien dibandingkan pekebun mandiri. Masih terdapat ruang untuk peningkatan produksi kelapa sawit rakyat melalui efisiensi. Peningkatan produktivitas kelapa sawit rakyat dapat dicapai dengan cara penggunaan teknologi yang lebih baik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi teknis pekebun adalah dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas pekebun melalui pendidikan dan penyuluhan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEfisiensi Teknis dan Kesenjangan Teknologi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Indonesiaid
dc.title.alternativeTechnical Efficiency and Technology Gap of Oil Palm Smallholder Production in Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordindependent farmersid
dc.subject.keywordmetafrontierid
dc.subject.keywordpartner farmersid
dc.subject.keywordtechnical efficiencyid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record