Penguatan Modal Sosial Melalui Media Sosial untuk Peningkatan Resiliensi Rumah Tangga Menghadapi Bencana di Bantaran Sungai
Date
2021-02-15Author
Irwan
Kolopaking, Lala M.
Muljono, Pudji
Yonvitner
Metadata
Show full item recordAbstract
Rumah tangga yang menetap di Bantaran Sungai Ciliwung rentan terkena bencana banjir dan longsor. Bencana yang terjadi mengakibatkan kehilangan harta benda hingga nyawa. Mengatasi bencana, telah dilakukan berbagai upaya dan program maupun aksi-aksi baik dari pemerintah maupun komunitas. Program maupun aksi-aksi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dan komunitas belum optimal dalam menangani bencana banjir maupun longsor. Ini terbukti hingga tahun 2019 Bantaran Sungai Ciliwung masih mengalami bencana. Persoalan yang penting ditelaah adalah mengapa rumah tangga-rumah tangga yang tinggal menetap di Bantaran Sungai Ciliwung tetap bertahan tinggal di areal yang rawan bencana? Dalam kondisi tersebut, kehidupan rumah tangga-rumah tangga yang bertahan tinggal menetap dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital, khususnya penggunaan media aplikasi percakapan (WhatsApp) dan media sosial (Facebook atau Instagram). Dengan demikian, menjadi menarik untuk menganalisis perspektif sosiologis digital dan sosiologi bencana dalam gejala hubungan antar anggota rumah tangga maupun hubungan antar rumah tangga yang bertahan menetap di Bantaran Sungai Ciliwung dan semakin intensif menggunakan media aplikasi percakapan dan media sosial. Tujuan penelitian, Pertama, melacak dan menganalisis hubungan media sosial yang digunakan oleh rumah tangga-rumah tangga dengan modal sosial dalam mitigasi bencana di Bantaran Sungai Ciliwung. Kedua, menganalisis pengaruh modal sosial dengan resiliensi rumah tangga dalam menghadapi bencana. Ketiga, menganalisis keterkaitan resiliensi rumah tangga dari mereka yang tinggal di Bantaran Sungai Ciliwung dengan pengembangan tata kelola kolaborasi kerjasama antar ragam aktor mengendalikan bencana banjir dan longsor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Campuran (Mix-Method Research). Pengumpulan melalui observasi, wawancara mendalam dan diskusi-diskusi tidak terstruktur dengan melalui teknik survei (kuesioner). Unit analisis adalah individu dan rumah tangga di tingkat RW dan RT. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman (1992) pada analisis kualitatif dan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis regresi, analisis korelasi dan Importance Performance Analysis (IPA).
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rumah tangga maupun antar rumah tangga telah menggunakan media aplikasi percakapan dan media sosial sebagai sumber informasi tentang bencana. Media sosial dan media aplikasi percakapan tidak hanya digunakan pada saat bencana melainkan sebelum dan setelah bencana. Media aplikasi percakapan dan media sosial yang digunakan anggota rumah tangga mendorong terbangunnya hubungan sosial dalam rumah tangga maupun antar rumah tangga untuk membangun jejaring interaksi sosial berbasis media sosial. Hal ini mendorong tingginya tingkat kepercayaan rumah tangga maupun antar rumah tangga terhadap media aplikasi percakapan dan media sosial. Perkembangan media aplikasi percakapan dan media sosial yang lebih cepat dan lebih rinci dalam memberikan informasi (teks, gambar, video) menyebabkan
terhubung dalam jejaring media sosial. Jejaring media sosial memperkuat dalam hal pemberian informasi, membuka ruang untuk tindakan bersama dan pencapaian tujuan bersama serta saling percaya dalam memperoleh informasi. Penggunaan media sosial yang menguatkan modal sosial disebabkan rumah tangga maupun antar rumah tangga selalu aktif dalam dialog tentang menangani banjir dan longsor, media sosial memperkuat solidaritas yang memiliki rasa sepenanggungan dan sikap tolong-menolong. Disamping itu juga, media sosial mampu membentuk perilaku dan pencapaian tujuan bersama dengan melakukan kegiatan bersama. Oleh sebab itu, media sosial mampu menyakinkan rumah tangga maupun antar rumah tangga untuk memperkuat modal sosial. Temuan lain dalam penelitian ini bahwa modal sosial juga memberikan pengaruh terhadap resiliensi rumah tangga serta peningkatan resiliensi rumah tangga pada wilayah bencana. Hal ini didorong dengan adanya jejaring sosial berbasis media sosial melalui perluasan akses informasi untuk mengurangi risiko, kerentanan, peningkatan kualitas sumber daya dan pemulihan dalam menghadapi bencana secara mandiri serta cepat. Resiliensi rumah tangga meningkat dengan membentuk perilaku dan pencapaian tujuan bersama serta kemampuan bekerjasama. Disamping itu, rumah tangga tetap resiliensi karena memunculkan kekuatan mobilisasi sumber daya. Peningkatan tersebut terlihat dengan adanya keaktifan dalam mengikuti kegiatan pengurangan risiko dan kerentanan, ketersediaan sumberdaya untuk mendukung kebertahanan hidup dan adanya peningkatan diversity. Oleh sebab itu, kekuatan modal sosial meningkatkan resiliensi rumah tangga pada wilayah bencana. Selain itu, penguatan resiliensi rumah tangga semakin kuat akibat keberhasilan rumah tangga maupun antar rumah tangga dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak baik pada aras lokal, nasional hingga internasional. Disamping itu juga, dinamika kolaborasi menguatkan resiliensi rumah tangga untuk keterlibatan dalam pengurangan risiko, kerentanan, motivasi bersama dan adanya kapasitas untuk melakukan tindakan bersama. Bahkan, komunitas digital dapat menjadi penyebaran informasi tentang upaya mitigasi banjir dan longsor yang dilakukan oleh pemerintah secara struktural dengan membangun waduk daerah hulu. Adanya tata kelola kolaborasi memunculkan perubahan untuk tidak merusak lingkungan yang telah ada. Oleh karena itu, teknologi digital menggunakan media sosial mampu memperkuat modal sosial, modal sosial yang terbangun dengan melalui media sosial meningkatkan resiliensi rumah tangga untuk tetap bertahan pada wilayah bencana dengan melalui kolaborasi, tata kelola kolaborasi yang dilakukan membentuk peningkatan atau penguatan resiliensi rumah tangga pada wilayah bencana.
Saran dalam kajian ini bahwa penyelesaian pengurangan risiko, kerentanan hubungan anggota rumah tangga maupun antar rumah tangga yang tinggal di Bantaran Sungai Ciliwung dalam kaitan mitigasi bencana perlu ditangani tidak hanya mengutamakan teknologi, pembangunan infrastruktur dan persoalan penegakan hukum. Kajian berkaitan dengan pemahaman sosiologis yang menjelaskan tentang pilihan-pilihan untuk tidak tinggal di pemukiman yang sekarang penting dilakukan. Hal ini, semakin penting apabila akan dilakukan relokasi pemindahan, kajian sosiologis perlu diikuti pendekatan pengembangan komunitas melibatkan rumah tangga untuk menentukan alternatif kehidupan yang lebih baik di daerah sebagai lokasi untuk mereka memulai kehidupan. Households who live on the banks of the Ciliwung River are prone to flooding and landslides. The disaster that occurred results the loss of property to life. There are various efforts and programs have been carried out as well as actions from both the government and the community to prevent disaster. Programs and actions implemented by the government and communities have not been optimal in dealing with floods and landslides. It is proven until 2019 the Ciliwung Riverbank is still experiencing disasters. An issue that is important to examine is why do households in the Ciliwung Riverbank continue to live in disaster-prone areas? Under these conditions, the life of households that survive is affected by the development of digital technology, particularly the use of chat application media (WhatsApp) and social media (Facebook or Instagram). Thus, it becomes interesting to analyze digital sociological perspectives and sociology of disasters between household members and between households that persist in the Ciliwung Riverbank and increasingly use conversation application media and social media. The research objectives were: 1). To track and analyze the relationship between social media used by households and social capital in disaster mitigation in the Ciliwung Riverbanks, 2). To analyze the effect of social capital on household resilience in facing disasters, 3). to analyze the relationship between household resilience of those who live in the Ciliwung Riverbanks with the development of collaborative governance among various actors in controlling floods and landslides.
This study used a Mix-Method Research approach. Collection data through observation, in-depth interviews and unstructured discussions using survey techniques (questionnaires). The units of analysis were individuals and households at the RW and RT levels. Data analysis used the model of Miles and Huberman (1992) in qualitative analysis and quantitative approach using descriptive statistical analysis, regression analysis, correlation analysis and Importance Performance Analysis (IPA). The results showed that both households and between households had used conversation application media and social media as a source of information about disasters. Social media and chat application media were not only used during a disaster but before and after a disaster. Conversation application media and social media used by household members encourage the building of social relationships within households and between households to build social media-based social interaction networks. This encourages the high level of trust between households and households in the application of conversation media and social media. The development of conversational media and social media applications that are faster and more detailed in providing information (text, video images) has led to links in social media networks. Social media networks strengthen the provision of information, open space for collective action and the achievement of common goals and mutual trust in obtaining information.
The use of social media that strengthens social capital is because households and between households are always active in performing dialogue about dealing with floods and landslides, social media strengthen solidarity that has a sense of responsibility and an attitude of mutual help. Besides that, social media is able to shape behavior and achieve common goals by carrying out joint activities. Therefore, social media is able to convince households and between households to strengthen social capital. Another finding in this study is that social capital also affects household resilience and increases household resilience in disaster areas. It is driven by the existence of social media based on social media through expanding access to information to reduce risk, vulnerability, increase the quality of resources and recover in the face of disasters independently and quickly. Household resilience increases by shaping behavior and achieving common goals and the ability to work together. In addition, households remain resilient because they generate power in resource mobilization. This increase can be seen from the activeness in participating in risk and vulnerability reduction activities, the availability of resources to support survival and the increase in diversity. Therefore, the strength of social capital increases household resilience in disaster areas. In addition, strengthening household resilience is getting stronger due to the success of households and between households in building cooperation with various parties at the local, national and international levels. In addition, the dynamic of collaboration strengthens household resilience to be involved in reducing risk, vulnerability, mutual motivation and the capacity to take collective action. In fact, the digital community can disseminate information about flood and landslide mitigation efforts carried out by the government structurally by building reservoirs upstream areas. The existence of collaborative governance creates changes so as not to damage the existing environment. Therefore, digital technology using social media is able to strengthen social capital that is built through social media. Social capital may increase household resilience to survive in disaster areas through collaboration, collaborative governance can shape increased or strengthened household resilience. in the disaster area.
The suggestion in this study is the resolution of risk reduction, the vulnerability of the relationship between household members and between households living in the Ciliwung Riverbanks related to disaster mitigation needs to be addressed not only prioritizing technology, infrastructure development and law enforcement issues. The study is related to sociological understanding that explains the options to not live in settlements that are currently important. It is increasingly important if relocation is carried out, sociological studies need to be followed by a community development approach that involves households to determine better alternative life in the area as a location for them to start life.
Collections
- DT - Human Ecology [537]