Show simple item record

dc.contributor.authorPrawigit, Wito
dc.date.accessioned2010-05-03T06:19:54Z
dc.date.available2010-05-03T06:19:54Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10545
dc.description.abstractRusa timor (Cervus timorensis) adalah satwa yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas ternak baru. Keberadaan dan populasi rusa pada berbagai tempat di Indonesia sangat bervariasi. Bahkan dari beberapa laporan menyatakan populasi rusa dari waktu ke waktu menurun karena perburuan yang dilakukan masyarakat. Upaya pengembangbiakan rusa di luar habitatnya adalah dengan introduksi teknologi inseminasi buatan (IB) menggunakan semen beku pada betina hasil sinkronisasi. Di Indonesia standar keberhasilan IB pada spesies rusa belum ada. Keberhasilan IB pada spesies kelompok cervidae masih rendah karena sedikitnya informasi siklus reproduksi, waktu ovulasi dan manipulasi estrus pada rusa betina. Hal ini berkaitan dengan waktu optimum inseminasi untuk keberhasilan kebuntingan pada IB pertama. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta selama satu tahun. Materi penelitian menggunakan enam ekor rusa percobaan berumur dua sampai tiga tahun dengan dua perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan I adalah waktu IB 24 jam (W1; n=3) dan perlakuan II dengan waktu IB 30 jam (W2; n=3) setelah onset estrus. Kedua perlakuan IB tersebut menggunakan semen beku dengan motilitas pasca thawing antara 30-40 %, dosis IB yang dipakai 150 juta spermatozoa motil per straw. Hasil pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG), dari kelompok rusa perlakuan waktu IB 30 jam yang berintensitas sedang, menghasilkan satu ekor bunting (33,33 %) jika dibandingkan dengan kelompok rusa waktu IB 24 jam setelah onset estrus yang tidak menghasilkan kebuntingan. Dari hasil pemeriksaan dengan USG, selanjutnya dilakuan analisa metabolit hormon progesteron (P4) dengan pemgambilan contoh feses sebanyak 12 sampel dari enam ekor rusa. Hasil uji immunoreaksi progesteron (iP4) menunjukkan tiga ekor rusa dinyatakan bunting, yaitu satu ekor rusa bunting hasil IB dengan konsentrasi iP4 rata-rata 106,75±14,2 ng/ml dan dua ekor rusa bunting oleh jantan, masing-masing dengan konsentrasi iP4 antara 53,13±13,25 ng/ml dan 42,5±5 ng/ml. Hasil analisa iP4 yang diuji oleh Laboratorium Klinik Prodia Pusat Jakarta menunjukkan metode yang dapat dilakukan untuk diagnosa kebuntingan secara non invasif pada rusa timor dalam mendukung hasil pemeriksaaan dengan menggunakan USG. Namun validasi independen harus dilakukan sebelum diaplikasikan untuk kegiatan rutin.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleInseminasi Buatan dan Diagnosa Kebuntingan melalui Teknik Ultrasonografi dan Analisa Metabolit Hormon Progesteron pada Rusa Timor (Cervus timorensis) Hasil Sinkronisasiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record