dc.description.abstract | Kabupaten Ciamis mengalami pemekaran wilayah yang menghasilkan dua
Daerah Otonom Baru (DOB) yaitu Kota Banjar pada tahun 2002 dan Kabupaten
Pangandaran pada tahun 2012. Pemekaran wilayah tersebut cenderung
mempengaruhi dinamika perubahan tutupan lahan karena berkembangnya
berbagai aktivitas mendorong terjadinya alih fungsi lahan, meningkatnya jumlah
dan jenis fasilitas serta tingkat perkembangan wilayah. Tujuan penelitian ini
adalah (1) mengidentifikasi jenis tutupan lahan di Kabupaten Ciamis beserta
wilayah pemekarannya tahun 2000, 2009 dan 2018; (2) menganalisis perubahan
tutupan lahan yang terjadi pada tahun 2000-2018; (3) menganalisis tingkat
perkembangan wilayah di Kabupaten Ciamis beserta wilayah pemekarannya; dan
(4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan
wilayah.
Identifikasi jenis dan perubahan tutupan lahan di wilayah studi dari tahun
2000 hingga 2018 dianalisis dengan software ArcGIS 10.3. Analisis tingkat
perkembangan wilayah dilakukan dengan metode skalogram menggunakan data
PODES tahun 2008 dan 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
perkembangan wilayah dianalisis dengan metode forward stepwise regresi
berganda serta dengan geographically weighted regression (GWR).
Jenis tutupan lahan di Kabupaten Ciamis beserta wilayah pemekarannya
terdiri dari hutan, kebun campuran, permukiman, lahan kering, sawah dan badan
air. Lahan kering merupakan tutupan lahan yang dominan pada tahun 2000-2018.
Terdapat 11 kombinasi perubahan tutupan lahan pada periode 2000-2009 dan 13
kombinasi perubahan tutupan lahan untuk periode 2009-2018. Hasil analisis
skalogram menunjukkan kenaikan tingkat perkembangan wilayah antar waktu
yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK).
Analisis regresi berganda mengidentifikasi empat faktor yang berpengaruh nyata
terhadap tingkat perkembangan wilayah, antara lain luas permukiman, jumlah
SD/MI, jumlah rumah sakit dan fasilitas ekonomi. Selanjutnya, hasil analisis
GWR menunjukkan pengaruh variabel bebas lebih besar di wilayah kecamatan
bagian utara dimana nilai local R2 berkisar 0,934-0,936. Hasil analisis GWR
menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas berbeda-beda di setiap lokasi. Hal
tersebut merupakan salah satu keunggulan analisis GWR dibandingkan dengan
regresi berganda yaitu dapat menunjukkan keragaman spasial pengaruh setiap
faktor terhadap tingkat perkembangan wilayah. | id |