Seleksi Resipien Untuk Mendukung Keberhasilan Transfer Embrio Beku Belgian Blue
Date
2020Author
Kurniati, Weni
Agil, Muhammad
Purwantara, Bambang
Imron, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Transfer embrio (TE) beku Belgian Blue (BB) merupakan upaya pemenuhan daging di Indonesia. Keberhasilan TE di Indonesia masih sangat variatif, salah satu penyebabnya dalah sulitnya untuk mendapatkan resipien layak transfer. Seleksi resipien pada aplikasi TE bergantung pada keakuratan deteksi berahi dan kualitas korpus luteum saat transfer. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gejala berahi diam dinaiki dan karakteristik CL terhadap keberhasilan TE embrio beku BB. Penelitian dilakukan terhadap 55 ekor sapi resipien dengan 62 kali aplikasi TE. Tujuh ekor sapi yang tidak bunting pada aplikasi pertama dilakukan aplikasi kembali pada siklus berikutnya. Resipien dibagi dalam tiga kelompok perlakuan yaitu; sinkronisasi berahi FTET (Fixed Time Embryo Transfer) (n=14), pengamatan berahi alam 24 jam (n=30) dan pngamatan berahi alam dua kali sehari (n=18).
Tujuan utama perlakuan FTET menggunakan preparat hormon Cue-mate®- estradiol-progesteron adalah untuk melakukan sinkronisasi ovulasi. Pada penelitian ini perlakuan FTET dilakukan dengan modifikasi pengamatan berahi selama 24 jam antara hari ke-9 dan 10. Perlakuan kedua adalah pengamatan berahi alam yang dilakukan 4 kali selam 30 menit dan perlakuan ketiga adalah berahi alam dengan pengamatan berahi pagi-sore selama 90 menit. Karakteristik CL diamati dengan menggunakan USG pada hari pelaksanaan TE. Pemerikasaan kebuntingan dilakukan pda hari ke-20, 30 dan 50 dengan menggunakan USG.
Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara gejala berahi diam dinaiki dengan keberhasilan TE hari ke-20 dan hari ke-50 (P<0.05). Keberhasilan TE resipien yang menunjukkan gejala berahi diam dinaiki pada hari ke 20 dan 50 berturut turut adalah 44% dan 36 %. Sementara itu untuk resipien yang tidak menunjukkan gejala berahi diam dinaiki adalah 13.51% dan 8,11%. Angka kehilangan kebuntingan untuk resipien yang menunjukkan gejala berahi diam dinaiki adalah 18.18% sementara resipien tidak diam dinaiki 40% (p>0.05). Apabila dilihat dari metode pengamatan berahi, tidak ada perbedaan signifikan antara metode modifikasi FTET, pengamatan berahi alam 24 jam dan pengamatan berahi alam pagi sore (p>0.05), dengan persentase kebuntingan secara berturut-turut adalah 35.71 %, 26.6% dan 16.7%. Karakteristik CL pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya korelasi antara diameter CL dengan keberhasilan kebuntingan TE (p>0.05).
Collections
- MT - Veterinary Science [911]