Karakteristik dan Kemampuan Bacillus spp. Anti Quorum Sensing Penghambat Patogenitas Vibrio Parahaemolyticus pada Udang Vaname
View/ Open
Date
2020Author
Widiyastuti, Emei
Rusmana, Iman
Yuhana, Munti
Metadata
Show full item recordAbstract
Vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus masih menjadi
masalah pada budidaya udang vaname di Indonesia. Vibriosis dapat dicegah dan
dikendalikan dengan mekanisme anti quorum sensing (AQS). Quorum sensing
(QS) pada bakteri adalah komunikasi antar sel yang terkait proses regulasi gen
dalam merespon perubahan kepadatan populasi sel dengan mensintesis,
melepaskan dan mendeteksi molekul sinyal yang disebut autoinduser (AI)
(Defoirdt et al. 2004). Ekspresi faktor virulen pada V. parahaemolyticus
dipengaruhi oleh sistem quorum sensing. Salah satu strategi anti quorum sensing
yaitu dengan mendegradasi molekul sinyal komunikasi sel bakteri (autoinduser).
Molekul sinyal QS yang dihasilkan V. parahaemolyticus adalah acyl homoserin
lactones (AHL) berupa 3-oxo-C6-HSL. Pendegradasi autoinduser yang umum
berperan dalam AQS terhadap bakteri patogen Gram negatif adalah laktonase.
Penelitian ini bertujuan untuk menseleksi dan mengkarakterisasi bakteri penghasil
AHL laktonase yang berpotensi mampu menghambat patogenitas V.
parahaemolyticus pada udang vaname.
Penelitian ini meliputi isolasi, seleksi, identifikasi dan karakterisasi bakteri
AQS sebagai kandidat agen biokontrol penghambat V. parahaemolyticus. Isolasi
bakteri dilakukan dari sampel saluran pencernaan udang vaname, air dan sedimen
tambak. Seleksi bakteri AQS meliputi 1). Bioessai bakteri AQS terhadap C.
violaceum, parameter yang diamati adalah indeks degradasi AHL; 2). Produksi
violacein pada kultur C. violaceum, parameter yang diamati adalah unit violacein;
3). Patogenitas bakteri uji AQS secara in vitro, parameter yang diamati zona
bening di sekitar biakan bakteri pada agar darah; 4). Patogenitas bakteri uji AQS
secara in vivo, parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup PL vaname; 5).
Penghambatan bakteri AQS terhadap patogenitas V. parahaemolyticus secara in
vitro, parameter yang diamati adalah zona bening disekitar biakan bakteri AQS
pada media SWC yang mengandung V. parahaemolyticus; 6). Deteksi keberadaan
gen aiiA penyandi AHL laktonase dengan PCR dan sekuensing. Identifikasi
bakteri AQS berdasarkan sifat biokimia serta molekuler gen 16S rRNA
mengunakan PCR dan sekuensing. Kemampuan bakteri AQS menghambat
patogenitas V. parahemolyticus secara in vivo diamati berdasarkan persentase
kelangsungan hidup PL vaname yang diberi perlakuan bakteri AQS.
Sebanyak 18 dari 111 isolat yang diisolasi menunjukan adanya aktivitas
AQS terhadap bioindikator Chromobacterium violaceum. Aktifitas AQS yang
dihasilkan dari supernatan kedelapan belas isolat tersebut merupakan hasil
inkubasi selama 72 jam pada suhu 30 ºC sebagai masa inkubasi optimum.
Sebanyak 11 isolat diduga menggunakan mekanisme AQS dalam menghambat
produksi violacein berdasarkan pengukuran unit violacein pada kultur yang diberi
supernatan bakteri AQS. Selanjutnya didapat 3 isolat bakteri AQS yang tidak
menunjukan aktivitas hemolisis pada agar darah yaitu B5, K4 dan S12. Begitupula
dengan uji patogenitas ketiga isolat terhadap larva vaname secara in vivo,
menunjukan persentase kelangsungan hidup tergolong tinggi antara 91.67% -
100%, sehingga ketiga isolat tersebut aman untuk digunakan pada uji in vivo.
Konfirmasi dan analisis gen aiiA menggunakan Blast-X, isolat B5 dan S12
memiliki kesamaan dengan AHL laktonase pada Bacillus cereus dengan nilai
homologi masing-masing adalah 98.75% dan 99.17%, sedangkan K4 memiliki
similaritas 99.55% dengan AHL laktonase pada multispesies Bacillus sp. Ketiga
isolat tersebut teridentifikasi sebagai Bacillus siamensis (B5), Bacillus cereus
(K4) dan Bacillus amyloliquefaciens (S12) dengan nilai homologi berturut-turut
adalah 99.93%, 99.25% dan 99.93% berdasarkan gen 16S rRNA. Isolat K4 diduga
bekerja hanya mekanisme AQS sedangkan pada isolat B5 dan S12 terjadi dua
mekanisme bersama (antibiosis dan AQS) berdasarkan uji antagonis dan kultur
bersama V. parahemolyticus. Penghambatan patogenitas V. parahemolyticus
secara in vivo pada pascalarva udang vaname, secara umum menunjukan
persentase tingkat kelangsungan hidup yang tergolong tinggi yaitu B5 (83.33%),
K4 (95%) dan S12 (96.67%) dibandingkan dengan kontrol positif (30%). Hal ini
menandakan bahwa ketiga bakteri AQS tersebut mampu menghambat patogenitas
V. parahaemolyticus dan potensial sebagai kandidat agen biokontrol pada
kegiatan akuakultur.
