Show simple item record

dc.contributor.advisorDasanto, Bambang Dwi
dc.contributor.advisorFaqih, Akhmad
dc.contributor.authorSetiawan, Ahmad Juang
dc.date.accessioned2020-12-27T01:43:12Z
dc.date.available2020-12-27T01:43:12Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104873
dc.description.abstractMasyarakat adat adalah kelompok yang memiliki asal usul leluhur yang sama di wilayah geografis tertentu, serta memiliki nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan wilayah sendiri. Masing-masing kelompok masyarakat adat memiliki sebuah inti budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari yang disebut sebagai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah pengetahuan, praktik, dan keyakinan yang dipahami oleh sekelompok masyarakat dan diturunkan secara turun-temurun melalui sebuah proses transmisi budaya yang memperhatikan hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan. Salah satu kearifan lokal yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adat adalah prediksi musim. Masyarakat adat di Banten Selatan memiliki kearifan lokal untuk memprediksi awal musim yang membuat mereka swasembada pangan dalam skala lokal. Penelitian ini bertujuan menggali informasi kearifan lokal yang digunakan masyarakat adat di wilayah Banten Selatan dalam prediksi awal musim, dan melihat kemampuan model kearifan lokal masyarakat adat di wilayah Banten Selatan dan model kontemporer. Pengumpulan data kearifan lokal menggunakan teknik snowball dari narasumber satu ke narasumber lainnya. Model kontemporer dibangun menggunakan regresi linear sederhana dengan prediktor indeks anomali Nino 3.4 luaran beberapa model prediksi. Perbandingan kemampuan model-model prediksi ditampilkan dengan diagram taylor. Masyarakat adat di Banten Selatan menggunakan kalender dan beberapa tanda alam dalam sistem pengambilan keputusan oleh para pemimpin adat mereka untuk prediksi awal musim hujan. Model kearifan lokal memiliki kemampuan yang paling bagus dibanding model-model lainnya. Hal ini terjadi karena wilayah kajian cenderung dipengaruhi oleh faktor lokal dibanding anomali Nino 3.4. Faktor lokal yang dimaksud yaitu topografi wilayah kajian berupa pegunungan yang dapat menyebabkan pembelokan angin yang membawa massa udara lembab, terjadi perubahan sistem tekanan rendah, dan terjadi arus konveksi lokal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcGeophysics and Meteorologyid
dc.titleEtnometerologi: Pendekatan Kearifan Lokal untuk Prediksi Awal Musim Hujan di Banten Selatanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keyworddiagram taylorid
dc.subject.keywordkasepuhanid
dc.subject.keywordmasyarakat adatid
dc.subject.keywordNino.34id
dc.subject.keywordregresi linear sederhana.id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record