Show simple item record

dc.contributor.advisorHartono, Arief
dc.contributor.advisorAnwar, Syaiful
dc.contributor.advisorNugroho, Budi
dc.contributor.authorNdua, Natalia Desy Djata
dc.date.accessioned2020-12-23T06:33:38Z
dc.date.available2020-12-23T06:33:38Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104327
dc.description.abstractIndonesia berkontribusi pada ekspansi perkebunan kelapa sawit yang cepat di Asia Tenggara dan menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Ekspansi perkebunan kelapa sawit yang masif menyebabkan beberapa perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit. Perubahan penggunaan lahan tersebut diduga mengakibatkan perubahan beberapa sifat kimia tanah seperti status hara fosfor (P) dan perubahan fraksi P. Oleh karena itu perlu kajian terhadap perubahan fraksi P akibat perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. P merupakan hara makro esensial yang berfungsi dalam transfer energi pada proses metabolisme tanaman. Di dalam tanah P terdiri atas bentuk Porganik (Po) dan Pinorganik (Pi) yang terdapat dalam fraksi labil, agak labil, dan residual. Kadar bahan organik, keberadaan aluminium (Al) dan besi (Fe) hidrus oksida, serta pH tanah mempengaruhi ketersediaan P di tanah bagi tanaman. Secara umum distribusi P di tanah-tanah masam lahan kering di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keberadaan Al dan Fe hidrus oksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fraksi P pada lapisan permukaan tanah di lahan hutan dan perkebunan kelapa sawit di Jambi, serta korelasinya dengan sifat kimia tanah. Contoh tanah diwakili oleh 3 profil tanah di lahan hutan dan 3 profil tanah di perkebunan kelapa sawit. Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah berdasarkan horizon tanah yaitu Ah, A, dan E. Pengambilan contoh tanah di perkebunan kelapa sawit dilakukan di pasar pikul sebagai contoh tanah pewakil perubahan penggunaan lahan dari hutan ke perkebunan kelapa sawit. Fraksi P dianalisis secara sekuensial sehingga mendapatkan P yang labil dan agak labil baik yang inorganik dan organik. Sifat kimia tanah lain sebagai pendukung yang dianalisis adalah pH H2O (1:5), karbon organik (C-organik), Al dan Fe yang diekstrak menggunakan dithionit sitrat bikarbonat (Ald dan Fed) serta Al dan Fe yang diekstrak menggunakan amonium oksalat (Alo dan Feo). Ald dan Fed merupakan Al dan Fe hidrus oksida yang kristalin sementara Alo dan Feo merupakan Al dan Fe hidrus oksida yang amorf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah pada lahan hutan maupun perkebunan kelapa sawit tergolong sangat masam pada semua horizon tanah yang dievaluasi. Penurunan kandungan C-organik setelah lahan hutan dijadikan perkebunan kelapa sawit terjadi pada kedalaman tanah yang relatif kecil yakni berkisar 0–5 cm (horizon Ah). Pada penggunaan lahan hutan maupun perkebunan kelapa sawit bentuk Al dan Fe hidrus oksida yang kristalin lebih dominan pada semua horizon tanah yang dievaluasi dibandingkan yang berbentuk amorf. Nilai rerata pada kedalaman 0 – 30 cm dalam persen menunjukkan bahwa fraksi P agak labil yaitu NaOH-Po dan - Pi merupakan fraksi yang ditemukan dominan di hutan dan perkebunan kelapa sawit. Persentase P labil (resin-Pi, NaHCO3-Pi,-Po) dan P organik agak labil (NaOH-Po) dari total fraksi P ditemukan lebih tinggi di lahan hutan dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Hal ini disebabkan dengan lebih tingginya C-organik tanah di Hutan dibandingkan dengan di perkebunan kelapa sawit. Nilai rerata pada kedalaman 0 – 30 cm dalam persen menunjukkan bahwa fraksi NaOH-Pi di perkebunan kelapa sawit lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan di hutan. Hal ini menunjukkan bahwa secara alami perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kelapa sawit merubah distribusi fraksi P sebagai akibat transformasi dari bentuk P-organik ke bentuk P-inorganik. Analisis korelasi menunjukkan bahwa hampir semua fraksi P berkorelasi nyata positif dengan C organik, artinya semakin tinggi kandungan C organik maka semakin tinggi pula fraksi P. Hal ini menunjukkan bahwa C organik tanah mengontrol distribusi fraksi P pada lapisan permukaan tanah di lahan hutan dan perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan dari hutan ke perkebunan kelapa sawit mengakibatkan perubahan C-organik pada kedalaman 0 – 5 cm. NaOH-Pi,-Po yang merupakan bentuk-bentuk P yang agak labil adalah fraksi P yang dominan baik di hutan dan perkebunan kelapa sawit. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa C-organik mengontrol perubahan fraksi P. Saran dari hasil penelitian ini adalah aplikasi bahan organik ke dalam tanah pada perkebunan kelapa sawit untuk mempertahankan kecukupan C-organik tanah dan mengurangi transformasi bentuk P organik ke bentuk P inorganik yang agak labil.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcSoil Scienceid
dc.titleFraksi Fosfor Tanah pada Lapisan Olah dan Korelasinya dengan Beberapa Sifat Kimia Tanah Hutan dan Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordC-organikid
dc.subject.keyworddinamika Pid
dc.subject.keywordhorizonid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record