Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Dinamika Stok Karbon dan Fluks Gas Rumah Kaca di Pesisir Kabupaten Muna Barat
View/ Open
Date
2020Author
Rahman
Wardiatno, Yusli
Yulianda, Fredinan
Rusmana, Iman
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanasan global merupakan salah satu fenomena alam yang perlu
diwaspadai dan harus mendapatkan perhatian serius, bukan hanya di Indonesia,
tetapi berkembang menjadi isu global. Ekosistem mangrove merupakan tipe
ekosistem pesisir yang memiliki kemampuan sangat baik untuk menyimpan
karbon dan mereduksi emisi karbon di atmosfir. Stok karbon mangrove
mengalami dinamika seiring dengan pertumbuhan diameter, perubahan luas dan
kerapatan mangrove baik secara alami maupun oleh tekanan antropogenik. Selain
menyimpan karbon, mangrove juga melepaskan gas rumah kaca (CO2, CH4, dan
N2O) melalui dekomposisi serasah. Pengelolaan ekosistem mangrove umumnya
terdiri atas pengelolaan konservatif dan pengelolaan destruktif. Pada perpektif
dinamika karbon, penentuan kondisi maksimal dan minimal ekosistem akan
berbeda dengan pendekatan ekologi lainnya. Dinamika karbon ditentukan oleh
produksi semai dan laju pertumbuhan diameter. Tujuan khusus penelitian ini yaitu
untuk (1) menganalisis dinamika stok karbon mangrove (2) menganalisis fluks gas
rumah kaca. Adapun tujuan umumnya adalah untuk merumuskan pengelolaan
ekosistem mangrove berbasis dinamika stok karbon dan fluks gas rumah kaca di
pesisir Kabupaten Muna Barat.
Penelitian ini dilakukan di kawasan desa pesisir Kabupaten Muna Barat
yaitu Kecamatan Maginti, Kecamatan Tiworo Tengah, Kecamatan Tiworo
Kepulauan, dan Kecamatan Sawerigadi. Pengumpulan data dilakukan selama
bulan Januari - Desember 2019. Data yang dikumpulkan adalah data ekologi
mangrove dan data sosial. Parameter ekologi mangrove yang diambil meliputi
data kerapatan, diameter, fluks gas rumah kaca, dan kualitas perairan, sedangkan
parameter sosial pengguna sumberdaya, penyedia infrastruktur, dan beberapa
parameter fisik infrastruktur yang terdapat di kawasan ekosistem mangrove. Data
aspek ekologi diperoleh melalui survei lapangan dan analisis laboratorium,
sedangkan data aspek sosial dan budaya juga diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan masyarakat, tokoh adat, dan tokoh masyarakat terutama
pemerintah setempat. Analisis stok karbon dilakukan dengan menggunkan
persamaan allometrik terbaik yang diperoleh melalui uji statistik berdasarkan
model pertumbuhan diameter, analisis fluks gas rumah kaca dilakukan melalui
metode kromatografi gas, dan analisis permasalahan sistem sosial ekologi
dilakukan dengan metode DPSIR (Drive – Pressures – State – Impact –
Responsses), serta analisis jaringan dan konektivitas sistem sosial – ekologi
dilakukan secara deskriptif kuantitatif melalui pendekatan spidergram approach.
Hasil analisis dinamika stok karbon menunjukkan bahwa pada skenario II –
IV stok karbon pada masing – masing spesies mangrove meningkat secara
signifikan. Spesies dengan stok karbon terbesar pada tahun 2019 adalah R. stylosa
dan S. alba dengan nilai masing – masing 81.3 tonC/ha dan 63.6 tonC/ha ,
sedangkan yang terkecil adalah B. cylindrica dan B. gymnorrhiza dengan nilai
stok karbon yaitu 2.7 tonC/ha dan 8.9 tonC/ha. Komposisi stok karbon terbesar
dan terkecil tidak mengalami perubahan hingga tahun 2119. Stok karbon terbesar
vi
adalah 1,504.8 tonC/ha untuk R. stylosa dan 832.7 tonC/ha untuk S. alba,
sedangkan yang terkecil yaitu B. cylindrica dan B. gymnorrhiza dengan nilai stok
karbon masing – masing 171.5 tonC/ha dan 444.9 tonC/ha II. Adapun pada
skenario V, spesies yang masih memiliki nilai stok karbon mangrove adalah R.
apiculata, R. mucronata, R. stylosa dan S. alba dengan stok karbon masing –
masing sebesar 146.8 tonC/ha, 21 tonC/ha, 224.6 tonC/ha, dan 97.8 tonC/ha.
Hasil penelitian terhadap fluks gas rumah kaca menunjukkan bahwa fluks
gas CO2 terbesar terjadi di bulan April (dh = 2.03 jam/hari) pada spesies B.
cylindrica dengan nilai fluks sebesar 79.29 mg/m2/jam, dan terendah di bulan Juli
(dh = 0.34) pada spesies S. alba dengan nilai fluks sebesar 6.32 mg/m2/jam. Fluks
gas CH4 terbesar terjadi di bulan April (dh = 2.03 jam/hari) pada spesies R.
mucronata sebesar 57.16 mg/m2/jam, sedangkan terendah terjadi di bulan Juli (dh
= 0.34 jam/hari) pada spesies B. gymnorrhiza sebesar 11.38 mg/m2/jam. Fluks gas
N2O terbesar terjadi di bulan Juni (dh = 1.22 jam/hari) pada spesies S. alba
sebesar 6.08 mg/m2/jam, dan terendah terjadi di bulan Juli (dh = 0.34 jam/hari)
pada spesies B. cylindrica sebesar 0.43 mg/m2/jam. Durasi hujan memiliki
korelasi yang tinggi terhadap fluks gas CO2 pada spesies B. cylindrica dan B.
gymnorrhiza dan terhadap fluks gas CH4 pada spesies R. mucronata dan S. alba
dengan nilai korelasi masing – masing yaitu r = 0.6318, r = 0.5071, r = 0.6371
dan r = 0.5076. Namun tidak berkorelasi terhadap fluks gas N2O pada masing –
masing spesies terutama S. alba dan B. gymnorrhiza dengan nilai korelasi masing
– masing r = 0.0002 dan r = 0.0003.
Pada pengelolaan ekowisata mangrove yang berbasis dinamika stok karbon
mangrove, kisaran minimal total stok karbon yang harus dipertahankan adalah
208.52 – 347.53 tonC/ha. Berdasarkan indikator tersebut, maka wilayah yang
sesuai untuk pengelolaan ekowisata mangrove di Kabupaten Muna Barat adalah
Kecamatan Maginti dan Kecamatan Sawerigadi. Kesesuaian ekowisata mangrove
di wilayah tersebut juga ditunjang oleh pengetahuan dan persepsi masyarakat
yang berada pada kategori cukup baik. Wilayah Kecamatan Tiworo tengah dan
Tiworo kepulauan tidak sesuai untuk pengelolaan ekowisata karena memiliki nilai
stok karbon yang lebih kecil dibandingkan nilai stok karbon minimal dalam
pengelolaan ekowisata mangrove yang berbasis pada dinamika stok karbon,
sehingga diperlukan strategi rehabilitasi. Pada pengelolaan budidaya stok karbon
yang dapat dikonversi dari ekosistem dengan stok awal sebesar 194.83 – 324.72
tonC/ha adalah 65.48 – 109.09 tonC/ha. Pengelolaan kegiatan budidaya di
Kecamatan Maginti dan Tiworo Kepulauan dapat dilakukan di lahan eksisting dan
tanpa melakukan konversi mangrove, kegiatan budidaya di Kecamatan Tiworo
tengah tidak dapat dilakukan karena stok karbon minimal tidak terpenuhi dan
tidak tersedianya lahan eksisting, sedangkan untuk kegiatan budidaya di
Kecamatan Sawerigadi dapat dilakukan dengan melakukan konversi mangrove
sebesar 113.48 tonC/ha.
Collections
- DT - Fisheries [711]