Show simple item record

dc.contributor.advisorPasaribu, Fachriyan Hasmi
dc.contributor.advisorIndrawati, Agustin
dc.contributor.authorHermana, Nabila Swarna Puspa
dc.date.accessioned2020-11-22T06:58:40Z
dc.date.available2020-11-22T06:58:40Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104062
dc.description.abstractPeternakan ayam memegang peranan penting dalam suplai makanan sebagai salah satu sumber protein penting di Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki populasi ayam terbanyak di Indonesia, dengan Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur sebagai produsen ayam terbesar. Peternak umumnya memberikan antibiotika sebagai profilaksis, terapi dan pemicu pertumbuhan. Penggunaan antibiotika secara ekstensif umumnya ditemukan di negara miskin dan berkembang untuk menjaga nilai produksi ayam. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Staphylococcus aureus merupakan patogen oportunistik pada manusia dan spesies hewan lainnya. S. aureus dapat menyebabkan penyakit seperti stafilokokosis, osteomyelitis, artritis, dan bumble foot pada ayam. Penggunaan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, dan eritromisin diberikan untuk mengatasi infeksi akibat S. aureus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pola resistensi S. aureus yang diisolasi dari usap kloaka ayam dari peternakan ayam di Bogor, Sukabumi, dan Cianjur, Jawa Barat. Tujuan lainnya yaitu untuk mengidentifikasi gen resistensi terhadap antibitotika pada S. aureus. Isolat positif S. aureus diuji resistensinya tergadap antibiotika dengan metode disk diffusion Kirby-Bauer. DNA isolat yang resisten kemudian diekstraksi dan dideteksi gen yang menyandi resistensi terhadap antibiotika. Sebanyak 244 usap kloaka diperoleh dari peternakan di ketiga kabupaten. Sebanyak 55 sampel positif S. aureus berdasarkan uji biokimia dan identifikasi molekuler. Sebagian besar isolat mengalami resistensi terhadap antibiotika yang sering digunakan seperti tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritromisin, ampisilin, dan asam nalidiksat. Isolat masih sensitif terhadap antibiotika yang jarang digunakan seperti gentamisin dan kloramfenikol. Semua isolat dikategorikan sebagai multi-drug resistant karena mengalami resistensi terhadap tiga atau lebih dari tiga jenis antibiotika. Sebanyak 24 isolat dianalisis secara molekuler untuk mengetahui gen resistensi. Gen resistensi yang diujikan antara lain gyrA (91%), tetA (83%), blaTEM (100%), dan ermB (58,3%)id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcMedical Microbiologyid
dc.titleIsolasi Gen Resistensi terhadap Antibiotika pada Staphylococcus aureus dari Peternakan Ayam di Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordantibiotikaid
dc.subject.keywordayamid
dc.subject.keywordgenid
dc.subject.keywordresistensiid
dc.subject.keywordS. aureusid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record